Episode 21🌻

4 0 0
                                    

Beberapa hari setelahnya, Rinai kembali menatap sebuah pesan singkat yang belum lama ini dikirimkan oleh Arta. Besok libur sekolah, dan Rinai ingin mengajak Arta pergi ke tempat toko buku yang pernah mereka datangi pertama kali. Meski Rinai senang dengan Arta yang mengiyakan ajakn Rinai, namun Rinai juga sedikit merasa aneh. Karena isi pesan tersebut menyatakan bahwa Arta sedikit menyinggung perihal permen kapas yang beberapa hari lalu dia dapatkan dari Regan. Permen kapas yang Rinai posting di Twitter ternyata membuat Arta terlihat aneh di mata Rinai. Dari pesan yang dikirimkan Arta, seolah-olah Arta cemburu dengan postingan Rinai. Dan hal itu membuat Rinai terheran-heran.

Sekedar temen boleh cemburu, ya? Tanya Rinai dalam hati.

Padahal, beberapa hari yang lalu, Arta meminta nya untuk tetap berteman dengan nya. Dan hal itu membuat Rinai kecewa. Namun, rasa sayang nya pada Arta saat ini jauh lebih besar dibanding rasa kecewanya. Maka, dengan cepat dia melupakan perkataan Arta malam itu dan kembali menjadi Rinai yang berani berharap untuk bisa mendapatkan hati Arta. Kembali percaya bahwa takdir akan tetap memilih Arta untuknya suatu hari nanti. Ya, perihal Arta, Rinai menjadi sosok yang penuh dengan kepercayaan diri. Rinai menjadi sosok yang sangat yakin, bahwa suatu saat nanti, semesta akan memberikan Arta untuknya. Iya, suatu saat nanti. Di hari yang entah kapan akan tiba.

Minggu pagi yang cerah ini, Rinai tersenyum sambil menatap dirinya di cermin. Hati nya begitu senang karena hari ini dia akan pergi ke toko buku tempat pertama kali dia datangi bersama Arta beberapa bulan lalu. Rinai sedikit tersadar, sudah sejauh ini ternyata mereka kenal dan menjadi teman dekat. Rinai kembali tersenyum mengingat hari-hari dimana mereka pertama saling kenal.

Pandangan nya beralih kearah ponsel yang sejak tadi terletak di atas meja rias. Sudah hampir setengah jam dia menunggu pesan dari Arta yang sampai saat ini tidak ada. perasaan nya mulai gelisah. Berusaha untuk tetap berpikir positif karena tidak mungkin Arta melupakan janjinya begitu saja. Namun, semakin dia menunggu semakin gelisah hatinya. Sudah satu jam lebih namun Arta tidak segera mengabarinya. Tidak mungkin Arta lupa gitu aja, ucap batinnya.

Sudah banyak sekali Rinai mengirimkan pesan kepada Arta. Namun, ponsel nya justru tidak aktif sejak semalam. Dan hal ini membuat Rinai semakin khawatir. Takut terjadi sesuatu pada Arta.

Hingga tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok Regan yang hanya mengenakan kaos hitam dan celana pendek dengan warna senada. Regan menatap Rinai dengan heran. Melihat adik nya tengah duduk dengan gelisah.

"Rapih amat nih, mau kemana?" tanya Regan santai.

"Mau keluar," jawab Rinai singkat.

Regan berjalan memasuki kamar Rinai, "Keluar sama siapa?" tanya nya lagi.

Rinai terdiam sesaat, "Temen",

Regan menatap Rinai heran, "Kenapa sih? Gelisah banget kayanya,"

"Gapapa," jawab Rinai pelan.

Regan semakin heran dengan adik kecil nya itu.

"Kenapa? Temen lo belum dateng sampe sekarang?" tanya Regan dengan nada selembut mungkin agar tidak menyinggung perasaan Rinai yang sedang terlihat tidak baik.

Rinai menghela napasnya berat, tatapan nya masih tertuju pada ponsel yang masih berada di genggaman nya. "Sebentar lagi juga dateng kok, Bang." Jawab nya pelan.

"Yakin lo bakal dateng bentar lagi? Gue tau ya, Nai, lo dandan rapih kaya gini udah dua jam lebih. Yakin bakal dateng temen lo itu?" tanya Regan dengan nada yang kurang yakin.

"Siapa sih temen nya emang?" tanya nya lagi.

Rinai hanya menghela napasnya pelan enggan menjawab pertanyaan Regan. Rinai tahu, kakak laki-laki nya itu kesal melihat dirinya yang sejak tadi gelisah. Perasaan kecewa mulai muncul di hati Rinai. Kini, lelaki itu kembali mengecewakan nya untuk yang kedua kali nya. Setelah hati nya kembali yakin atas semua harapan-harapan nya kepada Arta, kini yang didapat hanya rasa kecewa.

"Keluar sama gue aja yuk," ajak Regan sambil menarik tangan Rinai pelan.

Rinai mengangguk dan akhirnya memutuskan untuk pergi keluar bersama Regan. Dengan perasaan yang campur aduk, dia berusaha untuk tetap yakin. Yakin atas semua harapan-harapan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja hanya karena rasa kecewa nya terhadap Arta. Baginya, perasaan nya tidak semudah itu hilang hanya karena Arta tidak bisa menepati janjinya hari ini. Lagi-lagi, soal Arta, Rinai selalu menjadi sosok yang paling percaya diri.

Perasaan ku tidak akan semudah itu hilang hanya karena rasa kecewa dari harapan yang aku ciptakan sendiri, ucap batin nya.

Perasaan ku tidak akan semudah itu hilang hanya karena rasa kecewa dari harapan yang aku ciptakan sendiri, ucap batin nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haloo... gimana sama episode kali ini??
Mulai semakin dekat dengan era episode-episode penuh harap yang Rinai rayakan sendirian, nih....
Semoga perjalanan kali ini dan kedepannya bisa menghibur dan menemani hari-hari kalian, yaa...

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang