Episode 14

7 1 0
                                    

Hai... gimana episode sebelumnya???... 
Semoga episode kali ini menyenangkan yaa......

"Ini aku gak akan kehilangan kamu, kan?"
-Rinai-

Sudah beberapa hari ini Rinai merasakan kebahagiaan yang sudah sejak setahun hilang kini kembali lagi. Dengan kembalinya Nilam dalam hidupnya membuat Rinai merasakan kebahagiaan kecil yang rasanya sudah sejak lama tidak ada. Rinai senang, karena pada akhirnya dia bisa kembali bermain bersama Nilam meski tidak sesering dulu. Namun, Rinai tetap senang karena pada akhirnya pertemanan nya kembali membaik setelah terjadi kesalah pahaman yang membuat keduanya memiliki kecewa yang tidak bisa diungkapkan satu sama lain.

Namun, meski Rinai kini merasa bahagia karena kembalinya Nilam kedalam hidupnya, ternyata semua itu tidak dapat membuat Rinai bahagia seutuhnya. Karena pikiran Rinai selalu tertuju pada sosok lelaki yang sudah beberapa hari ini menghilang tanpa kabar. Pesan-pesan yang Rinai kirimkan tidak ada yang dibalas. Rinai resah. Karena sejak pertemuan Arta dengan Ayahnya Arta menghilang tanpa kabar. Rinai pun mulai curiga dengan Ayahnya, apa yang sudah Rendi bicarakan pada Arta hari itu hingga membuat Arta menghilang sampai hari ini. Semua ini benar-benar membuat nya kebingungan dan resah. tanpa disadari, Rinai mulai takut kehilangan lelaki yang pernah membawakannya permen kapas hanya untuk membuat rasa sedihnya hilang.

Kelas mulai sepi dan Rinai masih terdiam menatap ponsel nya yang sejak tadi menampilkan isi pesannya untuk Arta yang sampai saat ini belum mendapatkan jawaban. Pikiran nya menerawang jauh, menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi dengan Arta. Dari depan kelas, Lora yang juga tengah terdiam menatap temannya yang kini sedang melamun didalam kelas. Lora menghela napasnya kasar dan berjalan kearah Rinai.

"Telpon coba, Rin," ujar Lora seraya mendudukkan dirinya disamping Rinai.

Rinai yang tersadar dari lamunan nya setelah mendengar ucapan Lora sedikit tersentak. "Udah, Ra."

Lora lagi-lagi menghela napasnya kasar, "Aneh bener tuh manusia."

"Udah gapapa, mungkin emang beneran lagi banyak urusan, Ra," ucap Rinai pelan sambil membereskan beberapa buku nya dan memasukkan nya kedalam tas. Setelah selesai, Rinai dan Lora beranjak keluar meninggalkan kelas.

Selama perjalanan, Rinai hanya terdiam sambil menatap sekeliling sekolah yang mulai sepi. Lora yang melihat Rinai murung beberapa hari ini pun bingung bagaimana dia harus bersikap. Dia ingin membantu Rinai, namun dia pun tidak tahu harus dengan cara apa agar Rinai tidak murung.

Tiba-tiba Rinai membuka suaranya, "Bener kata kamu, Ra."

Lora pun menoleh kearah Rinai dengan tatapan bingung, "Hah? Gue bilang apa emang?"

Rinai menghela napas pelan, "Iya, jangan terlalu cepet buat jatuh hati sama seseorang yang kehidupannya aja aku gak tahu," matanya menerawang jauh kedepan.

"Yaudah gapapa, jangan terlalu di pikirin, Rin. Mungkin Arta emang beneran lagi sibuk." ujar Lora berusaha menenangkan Rinai.

Rinai hanya menganggukkan kepalanya pelan. Dia pun berusaha meyakinkan dirinya untuk tidak terlalu memikirkan Arta. Lagipula, siapa dia hingga harus khawatir sampai segininya.

Tapi, ini aku gak akan kehilangan kamu, kan?, tanya nya dalam hati.

^^^

Malam harinya, Arta duduk di Rooftop tempat favoritnya. Namun, kali ini dia tidak sendiri. Ada seseorang yang tengah berdiri tepat dihadapan Arta.

"Mau sampe kapan lo kaya gini, hah?" tanya seseorang itu dengan nada sedikit marah.

Arta menghela napasnya pelan, "Gue gak bisa."

"Lo belum bener-bener ngadepin nya dan bilang gak bisa?"

"Tapi gue bener-bener gak bisa, Lora," ucap lagi pada seseorang yang ternyata Lora. Kali ini dengan nada yang sedikit keras.

"Terus lo mau sampe kapan kaya gini, anjing? Lari dari semua masalah, mau sampe kapan?!"

Arta beranjak dari duduknya dan menatap Lora yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam. "Berani banget lo sekarang ngomong anjing ke gue, kenapa lo? Peduli banget sama hidup gue?"

"Karena lo selalu gini, Arta. lo selalu lari dari masalah lo. Lo selalu lari dari orang-orang yang udah terlanjur terlibat di hidup lo." ucap Lora dengan nada yang tak kalah keras dari Arta. Dia mulai merasakan bahwa Arta mulai emosi dengan pembahasan nya kali ini.

"Pergi deh lo. Kalo cuma hal kaya gitu yang mau lo omongin mending pergi aja. Gak minat gue." ujar Arta dengan nada yang mulai pelan, namun tetap terdengar dingin.

"Gue selama ini masih berusaha maklumin lo dan semua luka-luka lo yang gak pernah lo usahain buat sembuh, Ta. Tapi kali ini enggak, lo udah terlanjur masuk ke kehidupan seseorang yang ada di sekitar gue dan gue gak akan ngebiarin lo ninggalin masalah lo gitu aja." jelas Lora tegas.

Arta menghela napasnya kasar, menyibak rambutnya yang tertiup angin malam yang cukup kencang. Kali ini dia memilih diam tanpa menjawab ucapan Lora yang kini tengah menatapnya dengan marah.

"Jangan jadi brengsek, Ta, jangan pengecut. Hadepin semuanya. Jangan sampe lo nyesel karena udah ninggalin sesuatu yang sebenarnya bisa lo pertahanin." Setelah itu, Lora pun pergi meninggalkan Arta yang masih terdiam tanpa mengubris ucapan Lora yang kini berjalan menjauh dari tempatnya berdiri.

Hati nya sedikit terusik dengan ucapan Lora, seorang perempuan yang sudah sejak lama mengetahui berbagai lukanya, luka yang dibiarkan tanpa pernah diobati. Iya, Lora perempuan yang cukup paham bagaimana Arta menjalani hari-harinya sejak bertahun-tahun lamanya. Perempuan yang begitu banyak menjadi saksi, bagaimana Arta menghadapi berbagai masalahnya. Tanpa Arta bercerita, maka Lora akan segera mengerti.

Arta pun terdiam, berusaha untuk tidak terlalu memikirkan ucapan Lora. Pikirannya berusaha untuk tetap mempertahankan bahwa memang dia tidak bisa menghadapinya, namun hatinya tetap tidak bisa di bohongi.

Lagian, emang semua bakal tetep ninggalin gue, kan?, ujarnya dalam hati.

Lagian, emang semua bakal tetep ninggalin gue, kan?, ujarnya dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bersambung.....

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang