Episode 50🌻

3 1 0
                                    

Seminggu sudah setelah kejadian hari itu. Selama satu Minggu kemarin Rinai tidak menghubungi siapapun. Termasuk Lora yang sudah beberapa kali berusaha menghubunginya. Bahkan ketika disekolah, Lora berusaha untuk mengajak Rinai berbicara, namun Rinai selalu menghindari Lora. Tidak. Rinai tidak marah pada Lora. Dia hanya perlu waktu untuk memikirkan semuanya. Maka dari itu Rinai memutuskan untuk membuat jarak sementara dengan Lora.

Kalau kepada Lora saja Rinai menghindar, apalagi dengan Arta. Gadis itu tidak berusaha menghubungi Arta seperti yang dilakukannya kemarin-kemarin. Rinai rasa sudah cukup dirinya sampai disini. Rinai harus tahu batasannya. Meski begitu, Rinai masih perlu penjelasan dari Arta. Dia perlu mendengar beberapa hal yang tidak dia ketahui dari Arta. Termasuk Nilam. Rinai juga tidak lagi berusaha menghubungi teman kecilnya itu karena hatinya masih belum bisa menerima semuanya. Banyak sekali yang memenuhi isi kepala Rinai. Diantara semua perempuan, kenapa harus sahabat kecilnya?

Di minggu ini, hari sudah menunjukkan pukul sembilan pagi dan Rinai belum juga beranjak dari kasurnya. Sejak bangun dari tidurnya, Rinai enggan untuk keluar kamar. Lagi pula ini hari libur, tidak akan ada yang memarahinya. Rumahnya kosong hari ini. Arin sang bunda pergi sejak tadi pagi, ayahnya ada tugas keluar kota, sementara Regan berada di apartemennya. Lelaki itu menyadari ada yang tidak beres dengan Rinai. Namun untuk saat ini dia memilih diam karena tahu, Rinai masih perlu waktu untuk sendiri. Tentu dengan isi kepala yang sudah berisik tidak karuan.

Setelah beberapa jam Rinai hanya terbaring dikasurnya, kini dia segera beranjak dan pergi menuju kamar mandi. Dia harus menyelesaikan semuanya. Rinai harus segera menemui manusia-manusia yang membuat pikiran dan hatinya kacau belakangan ini. Meski jauh di dalam lubuk hatinya, Rinai sangat tidak siap bertemu dengan siapa pun. Rinai belum siap dengan segala jawaban yang ada. Hatinya sudah yakin untuk segera mengakhiri semuanya, namun disisi lain, hatinya berkata sebaliknya. Sisi lain itu masih meminta Rinai dan meyakinkan dirinya untuk tetap bertahan dengan segala perasaan yang dia punya. Rinai bersusah payah untuk mengutamakan logikanya kali ini. Dia tidak ingin terjebak lagi dengan perasaannya sendiri. Rinai harus selesai dengan segala isi pikirannya yang rumit dan perasaannya yang terlanjur sakit. Dan hari ini, Rinai memutuskan untuk pergi menemui Nilam. Yang paling pertama Rinai ingin lakukan adalah menemui sahabat kecilnya itu.

Dan disinilah Rinai sekarang. Berdiri di depan sebuah rumah yang selalu menjadi tempat favoritnya sejak kecil. Rumah Nilam. Rumah yang menyimpan banyak kenangan didalamnya. Bukan hanya kenangan indah, namun juga kenangan pahit dan menyakitkan berada di dalamnya. Hari ini Rinai berdiri dengan perasaan yang kosong. Tidak ada kerinduan akan masa lalu di dalamnya. Tidak ada nostlagia. Perasaannya kosong. Begitu juga dengan pikirannya. Isi pikirannya jauh lebih kosong ketimbang perasaannya.

Tak cukup lama Rinai terdiam di dalam rumah Nilam. Tiba-tiba saja sosok yang menghantui isi pikiran Rinai muncul dari arah kamar. Begitu mendengar langkah kaki yang turun dari tangga, sontak Rinai mendongakkan kepalanya dan mendapati Nilam tengah tersenyum tipis ke arahnya. Mendadak hati Rinai ngilu melihat senyum Nilam. Isi pikirannya kembali pada beberapa minggu yang lalu. Saat dirinya tak sengaja melihat Nilam dan Arta sedang bersama.

Begitu tepat berada di hadapan Rinai, Nilam duduk di sampingnya. "Tumben, Nai, kenapa?"

"Tumben ya, Lam?" tanya balik Rinai dengan nada datarnya.

Rinai berani bersumpah, bahwa dirinya sudah mencoba untuk tetap terlihat baik-baik saja di depan Nilam. Namun, perasaan ini sudah terlalu sakit untuk diajak pura-pura. Rinai sudah tidak bisa.

Melihat raut wajah Rinai yang berbeda, membuat Nilam sedikit bingung. "Kenapa, Nai?"

"Aku kesini mau tanya, Lam."

"Boleh, tanya aja. Kamu kenapa? Kenapa muka kamu gitu, Nai?"

Rinai menggeleng pelan sambil berusaha tersenyum. "Lam, kamu kenal Arta?"

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang