Episode 9

11 2 0
                                    

"Perjalanan ini baru saja dimulai, dengan tokoh baru dengan segala tujuan-tujuan manisnya." 
-Rinai-

Sejak hari itu, Rinai memiliki teman baru dalam hidupnya. Setelah Nilam dan Lora, kini dia menemukan sosok Arta yang pendiam namun selalu memiliki sesuatu yang tidak terduga dengan segala isi otaknya yang tidak bisa ditembus oleh Rinai. Bagi Rinai, Arta adalah manusia menyenangkan sekaligus manusia yang membuat Rinai bertanya-tanya tentang kehidupan seperti apa yang sebenarnya Arta jalani. Sehingga rasanya selalu menyenangkan di mata Rinai. Ditengah beberapa masalah Rinai yang belum terselesaikan sampai hari ini, semesta justru menghadirkan Arta untuk membuatnya merasa lebih yakin, bahwa didunia ini ada banyak hal menyenangkan yang jarang diketahui.

Hari ini, Rinai dan Lora tengah berada di kantin yang begitu ramai dengan seluruh siswa siswi yang suaranya memenuhi seisi kantin.

Lora mulai bertanya tentang bagaimana perjalanan kencan Rinai kemarin bersama Arta. "Gimana, Rin? Kencan lo kemarin sama Arta?"

Rinai menjawab dengan santai. "Kencan apaan? Aku cuma nemenin dia ke toko buku," ujar Rnaiyang sontak membuat Lora tersenyum.

Lora kembali berkata sambil tertawa. "Ya, itu kencan namanya. Kencan berkedok nemenin ke toko buku." Rinai menatap Lora dengan kesal.

"Kamu tuh pikirannya udah kesana si, Ra. Padahal emang cuma teman biasa doang," ucap Rinai yang membuat Lora tersenyum penuh arti.

"Iya temen aja kok," sahut Lora dengan nada meledek, membuat Rinai lagi-lagi dibuat kesal olehnya. Sedangkan Lora hanya tertawa melihat Rinai yang tengah menatapnya dengan kesal.

"Rin," Panggil Lora tiba-tiba. Rinai seketika menoleh ke arah Lora sambil mengangkat kedua alisnya.

"Saran gue, jangan terburu-buru sama perasaan lo." Lora berucap yang membuat Rinai menatap Lora dengan sedikit terkejut. Tidak mengerti dengan maksud ucapan Lora.

"Kenapa?" Rinai bertanya dengan pelan.

"Gapapa, cuma gue gak mau aja kalo nanti dia macem-macem sama lo, Rin." Lora menjawab dengan santai, membuat Rinai semakin kebingungan. Namun dia memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh karena dia takut Lora mengira bahwa Rinai benar memiliki perasaan pada Arta. Akhirnya, Rinai melanjutkan makanan nya begitupun dengan Lora.

^^^

"Laporan bulan depan udah beres, lo bisa ambil cuti buat sebulan kedepan," ucap seseorang pada lelaki yang kini tengah menatap beberapa berkas dengan tatapan kosong. Seorang pria dihadapannya yang kini menatap bos sekaligus teman baiknya dari semasa di kampus dengan tatapan prihatin.

"Lo harus istirahat dulu, bro," ujar lelaki ini lagi. Namun, pria yang kini masih setia melamun hanya diam tidak bergeming, membuat lelaki yang berdiri di hadapannya sedikit merasa kesal.

"Regan," Panggil lelaki ini kepada pria yang ternyata pemilik nama Regan yang tak lain adalah kakak laki-laki Rinai. Regan menoleh ke arah teman dekatnya dengan tatapan lelah.

"Istirahat gue bilang."

"Gak bisa, Van. Gue gak bisa cuti," sahut Regan dengan pelan. Lelaki yang ternyata memiliki nama Jevan menghela nafasnya kasar.

Jevan bertanya pada Regan yang kini tengah menatap ke arah luar jendela. "Mau sampe kapan, Bro?"

"Gatau," jawab Regan singkat.

Jevan pun berusaha memberikan saran dengan nada yang hati-hati, takut menyinggung perasaan Regan. "Bro, gue paham sama masalah lo, cuma lo gak bisa terus-terusan diem kaya gini. Lo harus bisa selesain semuanya."

Regan berujar dengan nada pesimis. "Gak bakal bisa, udah terlalu lama, Van, basi."

Jevan menghela nafasnya pelan. Sangat paham dengan apa yang dirasakan Regan. Namun, dia tidak boleh membiarkan teman baiknya terus-terusan seperti ini. "Gak ada kata basi, lo cuma terlalu takut buat nyelesain semuanya secara tuntas. Bro, jangan nyiksa diri lo terus-terusan. Gue tau lo butuh pulang, lo butuh nyokap bokap lo buat suport lo setiap hari, lo butuh pelukan mereka, lo butuh buat ngejailin adik kecil lo yang bahkan saat ini pun lo lupa gimana rasanya ngeliat dia nangis ngerengek karna ulah lo."

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang