Episode 23🌻

8 1 0
                                    

"Disaat aku menjadikan kamu tokoh utama di hidupku, kenapa di hidupmu aku justru hanya jadi tokoh asing, Ta?" -Rinai-

Malam hari nya, Rinai bersama dengan keluarga nya tengah makan malam bersama. Rutinitas yang akhirnya kembali, setelah kesalah pahaman yang pernah terjadi di antara mereka, terutama antara Rinai dan Regan. Setelah semuanya tuntas, mereka menjalani hari-hari seperti sebelum mereka bertikai. Regan yang pada akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah dan hanya sesekali datang ke apartement nya hanya untuk istirahat. Regan senang sekali. Karena pada akhirnya semua masalahnya selesai dan bisa kembali bersama keluarga nya. Namun, sebenarnya malam ini ada sesuatu yang mengganggu pikiran nya sejak tadi sore. Regan yang sore tadi tanpa sengaja melihat Rinai pulang sekolah bersama seorang lelaki yang wajahnya tampak begitu familiar di otak nya. Seperti seseorang yang pernah dia kenal namun entah siapa. Regan ingin bertanya pada Rinai namun dia menunggu makan malam selesai.

Sampai akhirnya, makan malam pun selesai dan semuanya kembali ke kamar mereka masing-masing untuk istirahat. Begitupun dengan Rinai, dia langsung bergegas masuk kedalam kamar karena malam ini dia harus belajar untuk besok ulangan harian di sekolahnya.

Hingga tak lama Rinai berada di kamarnya, Regan datang menghampiri Rinai. Dia berjalan kearah meja belajar Rinai dan membuat Rinai sontak menoleh kearah Regan.

"Kenapa, bang?" tanya Rinai.

"Belajar apa, Nai?" tanya balik Regan seraya mendudukkan dirinya di pinggir kasur.

"Belajar buat besok nih, ada ulangan harian," jawab Rinai dengan nada mengeluh.

Regan tersenyum kecil mendengarnya, "Semangat lah belajar nya, gak boleh males," pesan Regan.

"Padahal malem ini ada novel yang harus Rinai tamatin," keluh Rinai lagi.

Regan pun terkekeh pelan, "Belajar dulu bocil, novel Mulu lo baca baca buku pelajaran males bener," ucapnya.

Rinai hanya mendengus kasar mendengar ucapan sang kakak.

"Oh iya, by the way ngapain Abang kekamar Rinai jam segini?" tanya Rinai ketika menyadari apa maksud kedatangan Regan.

"Gak boleh gue liat adik gue sendiri disini?" tanya Regan balik.

"Bolehhhh abanggg. Cuma tuh anehhhh kaya kenapa gitu lho tumbenn, ish," ucap nya dengan nada yang sedikit dibuat kesal.

Regan hanya tertawa mendengarnya.

"Tadi pulang sama siapa lo?" tanya Regan dengan nada berubah serius.

"Oh tadii, sama temen Rinai, kenapa?"

"Temen sekolah?"

"Iya, satu sekolah aku sama dia,"

"Siapa namanya?"

"Apa sih? Kok kepo bangett?" tanya Rinai dengan penuh keheranan.

"Ya, harus kepo lah gue, dia nganter adek gue pulang, jadi gue harus tau dia siapa," jawab Regan santai.

Rinai mendengus pelan, "Arta namanya,"

Regan sontak terdiam. Dugaan nya benar ternyata. Padahal sejak tadi isi kepalanya berusaha menolak bahwa itu adalah Arta, meski hati nya bersikeras mengatakan bahwa memang itulah Arta. Dugaan nya benar sejak sore tadi. Arta datang kerumah nya. Iya, Arta yang sama. Arta yang setahun lalu masih menjadi teman baik nya. Arta yang dia temui ketika di sekolah tempatnya KKN hari itu. Sekolah yang tengah mengadakan olimpiade Nasional yang dimana ada Arta didalamnya.  Iya, dia Arta yang sama.

Rinai yang melihat Regan terdiam menatap kakak nya dengan bingung. "Bang," panggil Rinai.

Regan sontak tersadar dari lamunan nya, "Kenapa, Nai?"

"Kenapa malah bengong?" tanya Rinai heran.

Regan hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum. Tak lama setelahnya, dia bangkit dari kasur Rinai.

"Gue kebawah ya, laper mau makan, lo jangan sampe gak makan ya," ucap Regan sambil mengelus kepala Rinai lembut.

Rinai menganggukkan kepalanya, "Siap, bang," respon Rinai.

Sebelum Regan benar-benar keluar dari kamar Rinai, langkah nya terhenti dan kembali menoleh kearah Rinai.

"Besok kalo balik sama Arta disuruh masuk ya, Nai," ucap Regan sebelum akhirnya benar-benar pergi dari hadapan Rinai.

Rinai hanya menatap Regan heran dan tidak mau ambil pusing atas ucapan kakak nya itu. Mungkin Regan mau kenalan sama Arta, pikirnya.

***

"Nai kenapa belum tidur jam segini?" tanya Arta di seberang sana.

Rinai tersenyum sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dengan handphone yang berada di dekat telinganya. Iya, malam ini mereka tengah berbincang lewat via telefon.

"Belum ngantuk, Ta," jawab Rinai.

Arta hanya berdehem pelan.

Seketika Rinai teringat sesuatu. Lantas Rinai segera bangkit dari tidur nya dan duduk di tepian kasur. "Oh iya, Ta,"

"Kenapa, Nai?" tanya Arta.

"Tadi Abang nanyain kamu," jawab Rinai dengan semangat.

beberapa detik Arta terdiam. "Tanya gimana?"

"Dia nanya tadi aku pulang sama siapa, soalnya dia liat kamu di depan rumah aku," jelas Rinai.

Arta masih terdiam mendengarkan Rinai bercerita, Rinai pun melanjutkan cerita nya. "Terus dia tanya nama kamu siapa, pas aku kasih tau katanya kenapa gak disuruh masuk, gitu," lanjutnya.

Arta terkekeh pelan, "Terus lo jawab apa?"

"Aku jawab dia ada urusan jadi buru-buru, gitu," jawab Rinai.

Rinai terdiam beberapa saat, "Terus, Ta,"

"Kenapa?"

"Kata Abang besok kalo anter aku balik lagi disuruh masuk biar ketemu Abang katanya," jelas Rinai.

Arta terdiam. Bagaimana mungkin dia bisa menemui Regan. Kenapa Regan terdengar seperti tidak terjadi apa-apa?. Arta heran sekaligus merasa senang. Tidak, kenyataan nya dia tidak begitu senang. Dia takut. Takut untuk menemui Regan. Dia belum siap. Bagaimana jika nanti Regan justru memintanya untuk menjauhi Rinai? Arta tidak siap untuk itu.

Rinai segara sadar Arta tidak ada suaranya sejak tadi. "Arta," panggilnya.

Sontak Arta yang berada di seberang sana pun segera tersadar dari lamunan nya, "Iya, nai,"

"Kamu bengong, ya?"

"Enggak kok,"

"Abisnya kamu diem aja gak ada respon apa-apa Aku cerita daritadi," ucap Rinai dengan nada sedikit kesal.

Arta hanya terkekeh pelan mendengarnya. "Maaf ya, Nai."

Rinai mendengus pelan, "Iyaa, Ta, gapapa," ucap nya. Bagaimana pun, dia tidak bisa marah pada Arta. Tidak jika hanya untuk mengalahkan perasaan sayang nya terhadap laki-laki ini.

"Yaudah, lo istirahat, Nai, gue juga mau istirahat nih," ujar Arta.

"Oke, Ta," jawab Rinai.

"Oh iya, Nai,"

"Hm, kenapa, Ta?"

"Besok kita gak bareng dulu, ya? gue besok gak bakal masuk sekolah kayanya," ucap Arta.

Rinai heran,aelas Arta.

"Oh gitu, Oke," jawab Rinai.

Tak lama kemudian, panggilan telefon pun terputus. Sisa Rinai yang masih menatap handphone dengan gamang. Merasa heran dengan ucapan Arta. Tapi entah apa yang membuat nya bingung. Seperti ada yang tengah Arta sembunyikan dari nya. Tapi Rinai tidak tahu apa. Sampai akhirnya dia tersadar, bahwa Arta memang tidak bisa seterbuka itu untuknya. Lagian, dia siapa di hidup Arta? Sampai harus berharap Arta akan terbuka padanya.

Disaat aku menjadikan kamu tokoh utama di hidup aku, kenapa dihidupmu aku justru hanya jadi tokoh asing, Ta? Tanya nya dalam hati.

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang