Episode 53🌻

1 0 0
                                    

Catatan Rinai "Hari-hari setelah melepaskan"

Rinai berjalan menyusuri jalanan kota yang selalu padat dengan banyaknya manusia yang berlalu lalang. Sore ini setelah pulang sekolah, Rinai memutuskan untuk pulang menggunakan kendaraan umum. Padahal sebelumnya Regan sudah menawarkan untuk menjemput Rinai, namun gadis itu menolak. Rinai memutuskan untuk pulang sendiri.

Hari ini tepat seminggu setelah percakapan terakhirnya dengan Arta hari itu. Percakapan terakhir yang pada akhirnya Rinai harus melewati hari yang tidak mudah baginya. Hari-hari yang terasa berat. Mungkin ini terlihat berlebihan, namun siapa sangka perasaan yang terlihat sederhana ini ternyata harus sulit ketika memasuki fase melupakan. Nyatanya, Rinai tidak benar-benar menyerah pada perasaannya. Dia hanya lelah dan memilih untuk tidak lagi muncul di hadapan Arta. Karena Rinai tahu bahwa lelaki itu tidak sepenuhnya menginginkan Rinai. Maka Rinai mencoba untuk menjauh dan pergi dari hidup Arta.

Sedari tadi Rinai hanya terdiam menatap manusia yang berlalu lalang di hadapannya. Sudah dua kendaraan umum yang Rinai naiki sejak dari sekolahnya. Terakhir, Rinai memilih untuk berjalan kaki hanya karena ingin menikmati suasana sore hari dengan kepadatan kota ini.

Begitu sampai di halte dekat perumahan rumahnya, Rinai terduduk. Sesekali menatap beberapa manusia yang melewatinya dengan tatapan datarnya. Beberapa kali juga dia menatap sepasang kekasih yang tampak begitu bahagia. Sontak dirinya tersenyum dengan sangat tipis. Entah kenapa melihat pasangan itu, Rinai merasa hangat. Seolah-olah Rinai bisa merasakan kebahagiaan mereka.

Seketika, Rinai kembali memasang wajah datarnya. 'Apa kebahagiaan itu akan berlangsung lama?' lirihnya dalam hati.

Hari sudah semakin sore dan Rinai belum juga beranjak dari duduknya. Rinai merasa enggan untuk pergi meninggalkan tempat ini. Banyak kenangan yang dia habiskan disini bersama Arta. Lelaki yang pernah menawarkan permen kapas ketika dirinya sedang tidak baik-baik saja kala itu. Lelaki yang pernah menawarkan kebahagiaan ditempat ini. Lelaki itu, Rinai sangat merindukannya. Rinai sangat ingin kembali dengan hari itu. Rinai mungkin bisa membohongi orang-orang terdekatnya, mengatakan bahwa dirinya kini sudah tidak terlalu memikirkan Arta, dan mereka mempercayainya karena yang mereka tahu, Rinai sudah terlampau kecewa dengan Arta. Namun, Rinai tidak pernah benar-benar melupakan Arta. Rinai tidak benar-benar melepaskan lelaki yang sangat dia sayangi. Rinai kecewa dan banyak luka yang disebabkan oleh Arta, namun perasaan sayangnya jauh lebih besar dibanding kecewa dan lukanya. Perasaan ingin kembali jauh lebih kuat dibanding dengan keputusannya ketika ingin menjauhi Arta.

Sungguh, Rinai sudah banyak membohongi dirinya sendiri. Namun kali ini, kebohongan paling besarnya dan paling menyakitkan.

^^^

Catatan Arta

Mungkin beberapa hal rumit bisa menyelamatkan kita dari beberapa hal yang tidak perlu kita cari tahu kebenarannya. Atau justru sebaliknya, kerumitan bisa jadi yang paling menghancurkan bagi kita ketika kita mulai menyadari bahwa kesederhanaan, hanya bisa di bicarakan dengan hal-hal sederhana. Tidak perlu ada kerumitan didalamnya. Beberapa hari ini Arta menyadari banyak hal, bahwa mungkin ada bagian yang memilih untuk pergi karena disebabkan diri sendiri yang enggan untuk berbagi. Terlalu rumit sampai harus kehilangan banyak hal yang seharusnya bisa jadi hal yang membahagiakan.

Nyatanya bukan hanya Rinai yang merasakan kehilangan, Arta pun sama. Justru dialah yang saat ini sangat merasa kehilangan. Karena jauh didalam hatinya, dia tidak pernah benar-benar menginginkan Rinai pergi. Tidak pernah menginginkan perempuan itu menyerah atas perasaannya. Sesunggunya, Arta ingin gadis itu menetap sedikit lebih lama. Namun, Arta juga tidak bisa berbuat apa-apa karena kenyataannya dialah penyebab kepergian Rinai.

Sayangnya, Arta bukan hanya kehilangan Rinai, namun dia juga harus kehilangan gadis yang sebenarnya menempati hatinya. Iya, dia harus kehilangan Nilam. Pada akhirnya Nilam memilih untuk ikut pergi dari hidup Arta karena untuk menyelamatkan persahabatannya dengan Rinai. Nilam memilih untuk mengubur semua perasaan-perasaan masa lalunya, dan memulai hari baru dengan perjalanan baru. Kini, Nilam telah bertemu dengan orang baru dan jatuh cinta dengan seseorang itu. Seseorang yang nantinya menemani perjalanan Nilam dalam waktu yang lama. Nilam sekarang sudah bahagia. Setidaknya dia pantas mendapatkannya karena sudah terlalu banyak rasa sakit yang dia rasakan di masa lampau.

Lalu Arta? sudah tidak ada jalan lain untuk kembali kepada Nilam. Bagaimanapun, Arta harus merelakan Nilam bahagia dengan orang barunya. Lagipula, semua ini terjadi karena Arta yang tidak bisa memperjuangkan perasaannya untuk Nilam.

Sejenak Arta menghela napasnya kasar. Mengingat beberapa memori membuatnya sedikit merasa sesak. Lelaki itu terdiam menatap jalanan yang juga banyak memberikan kenangan didalamnya. Jalanan yang menjadi saksi bahwa dia pernah merasa bahagia bersama gadis yang dengan tulus menyayanginya. Suasana sore hari yang pernah ada Arta dan Rinai nikmati anginnya. Semua itu, terekam manis didalam ingatan Arta. Sekilas Arta menoleh ke arah halte bus yang berada tak jauh dari perumahan Rinai. Betapa terkejutnya dia saat melihat Rinai yang sedang duduk sendirian disana. Ingatannya melayang pada saat pertemuan kala itu. Bukan pertemuan pertama, namun awal mula cerita dimulai dari halte bus itu. Saat dimana Arta melihat Rinai tengah duduk dengan wajah murungnya. Suasana itu kembali terulang hari ini. Setelah hampir beberapa bulan keduanya tidak saling bertemu, namun kenyataannya semesta kembali membuat Arta melihat Rinai disini. Namun Arta tidak menghampiri Rinai seperti waktu itu, kali ini dia memilih untuk diam dan mengamati Rinai dari jauh. Menatap gadis yang sedang terdiam dengan pandangan menatap manusia-manusia yang berlalu lalang dihadapannya.

Jika dulu Arta bisa menghampiri Rinai kapan saja dan menawarkan permen kapas, kini Arta tidak bisa lagi melakukan hal itu. Arta cukup tahu diri untuk kembali menemui gadis itu. Namun meski begitu, Arta merasa bahwa semua belum benar-benar selesai. Setidaknya selesai dengan baik. Arta masih perlu berbicara banyak hal kepada Rinai. Dia harus menjelaskan beberapa hal setidaknya sebelum keduanya benar-benar saling asing. Tapi tidak sekarang, Arta belum mampu jika harus melakukan itu sekarang. Dirinya tidak mampu melihat Rinai dengan air matanya. Karena luka yang Rinai punya, juga dirasakan oleh Arta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang