Episode 27🌻

6 2 0
                                    

"Bang, lagi sibuk banget gak?" Tanya Rinai kala melihat Regan yang tengah sibuk menatap laptopnya.

Regan seketika menoleh kearah Rinai, "Enggak sibuk banget, kenapa?"

"Rinai mau nanya, Bang."

SontakRegan meletakkan laptop nya keatas kasur dan mendekatkan dirinya untuk duduk disamping Rinai. "Mau tanya apa bocill?"

Sebelum mengeluarkan suara, Rinai menghela napasnya pelan. "Abang udah ketemu Nilam lagi belum setelah kejadian hari itu?" Tanya nya dengan hati-hati.

Regan terdiam mendengar pertanyaan adiknya itu. Dalam hatinya sedikit terkejut, tidak menyangka dirinya akan mendapat pertanyaan seperti ini dari Rinai.

"Kenapa tanya gitu tiba-tiba, hm?"

"Gak papa, nanya aja,"

Hening. Regan terdiam, begitupun dengan Rinai. Hatinya cemas takut Regan akan marah karena membahas hal yang cukup sensitif di antara mereka berdua. Bukan apa-apa. Pasalnya mereka baru saja berdamai dan memilih untuk tidak mengungkit apapun yang sudah terjadi di masa lalu. Namun hari ini, Rinai kembali membuka kenangan itu.

"Bang? Maaf, ya," ucap Rinai pelan.

Regan segera tersadar dari lamunan nya, "Lho? Kenapa minta maaf? Gak papa kali, Cil."

Rinai menunduk, "Takut abang marah karena Rinai udah nanya kaya gini ke Abang." Jawabnya pelan.

Regan tersenyum tipis, lantas menarik Rinai kedalam pelukannya. "Ngapain takut, lagian ini mau dijawab kok."

Rinai terdiam sambil menyenderkan kepalanya di dada bidang Regan.

"Sejak kejadian hari itu gue selalu berusaha nemuin dia, Nai," ucap Regan yang mulai bercerita.

Rinai terdiam mendengar penjelasan Regan.

"Kalo lo pikir gue lari dari masalah, lo salah."

Iya, kakak laki-laki yang selalu menjadi kebanggaan nya memang tidak pernah mengecewakan dari dulu. Pikir Rinai.

"Kenyataan nya gue berusaha nemuin dia dan berusaha buat ngejelasin semuanya. Tapi ternyata gak semudah itu. Dia terlalu salah paham sama gue, dan hal itu berdampak sama pertemanan kalian."

"Waktu itu gue selalu datengin dia, selain karena mau ngejelasin kesalah pahaman gue sama dia, gue juga gak mau liat pertemanan kalian rusak apalagi karena masalah gue dan temen-temen gue."

"Gue gak bisa ngeliat lo yang selalu dateng ke rumah Nilam buat ngemis-ngemis untuk mempertahankan pertemanan kalian."

Rinai terkejut. Bagaimana mungkin Regan bisa mengetahui fakta bahwa Rinai dulu sering pergi kerumah Nilam untuk mendapatkan maaf darinya? Rinai menatap Regan dengan keheranan.

"Kenapa gue bisa tau soal lo yang selalu dateng ke rumah Nilam? Itu kan yang sekarang ada di kepala lo?" Tanya Regan.

Rinai mengangguk pelan.

"Jawabannya gue emang selalu tau atau lebih tepatnya selalu cari tau apapun yang lo lakuin selama tanpa gue. Gue juga tau Nilam udah balik lagi kan ke lo? Bagus deh." Ucapnya sambil terkekeh pelan.

"Setidaknya satu rasa bersalah gue selesai dengan ngeliat kalian udah baikan, tinggal nyelesain rasa bersalah gue yang lainnya."

Rinai kembali bingung. Rasa bersalah yang lainnya? Rasa bersalah yang mana? Bukankah semua kejadian itu bukan sepenuhnya salah Regan?

"Gue gak akan lari, Nai. Gue bakal tebus semuanya, tenang aja."

Rinai terdiam. Hatinya sakit sekali mendengar penjelasan Regan yang selama ini berusaha untuk menyelesaikan masalahnya. Masalah yang sebenarnya bukan sepenuhnya salah nya. Rinai sedih kenapa Regan harus memiliki perasaan bersalah sebegitu besarnya? Perasaan bersalah yang seharusnya tidak pernah ada di hatinya saat ini. Bagaimana Regan menjalani hari-harinya yang penuh dengan rasa bersalah? Rinai memikirkan semua itu. Hingga tanpa sadar air matanya menetes dari ujung matanya. Sesak hati Rinai membayangkan nya.

"Heh bocil, kok nangis?" Tanya Regan dengan keheranan.

"Maaf ya, Bang, karena udah sempet ngira abang gak usaha minta maaf ke Nilam." Jawab Rinai dengan air mata yang masih menetes dari matanya.

Regan tertawa pelan, "Ngapain minta maaf? Lo gak salah, Nai. Udah ah jangan nangis, katanya udah gede."

Rinai menghapus air matanya. "Nanti Rinai bantu ngomong sama Nilam ya, Bang." Ucapnya.

"Gak usah, biar jadi urusan gue. Lo baik-baik aja main sama dia lagi, gue mah gampang." Tukas Regan dengan lembut.

Rinai terdiam. Mungkin memang kadang ada beberapa hal yang sulit untuk kita maafkan di masa lalu. Namun, bagaimana mungkin jika ternyata masa lalu itu menyimpan banyak rahasia yang tidak pernah kita ketahui hanya karena kita lebih dulu memilih untuk menutup rapat-rapat masa lalu bahkan ketika kita belum selesai berdamai dengan semuanya. Mungkin terdengar menyakitkan, tapi masa lalu akan tetap menjadi bagian dari diri kita yang tidak bisa kita biarkan usang begitu saja. Setidaknya, meski hanya sebatas masa lalu, kita juga perlu menjaganya.

Halo!!, gimana episode kali ini???
Semoga bisa menghibur kalian, yaa!!
Jangan lupa kasih vote dan isi gimana perasaan kalian di kolom komentar, ya!!

Oh iya, baca juga Artanai versi daily chat nya di Tiktok aku, ya @blungstory_

See u di next episode, guyss..!!

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang