Episode 36🌻

10 1 1
                                    

"Karena isi pikiran lo yang rumit itu, bukan sebuah kesalahan."
-Regan-

"Gue gak mau ikut campur sama urusan lo dan adek gue, tapi jangan sampe ngelakuin hal bodoh yang bikin gue harus bertindak sama lo." Regan menatap Arta yang kini tengah duduk sambil menghisap rokok nya.

Malam ini mereka sedang berada di sebuah rooftop gedung, tempat dimana yang sering Arta datangi dari dulu. Tempat favorit Arta, yang sejak dulu juga jadi tempat favorit Regan. Namun semenjak kejadian setahun lalu, Regan sudah tidak pernah lagi mendatangi tempat ini. Karena tahu, sudah pasti Arta sering berada di tempat ini. Karena saat itu masing-masing dari mereka masih belum bisa berdamai dengan keadaan, Regan enggan untuk menemui Arta. Begitu pun sebaliknya.

"Gue ngerti, tapi gak bisa."

Regan menghela napas nya kasar. Regan baru sadar, bahwa permasalahan antara Arta dan Rinai, baginya jauh lebih sulit dibanding kejadian setahun yang lalu. "Kalian berdua sama-sama orang penting di hidup gue. Tolong jangan buat gue ada di posisi serba salah."

"Lo jangan nyalahin Rinai. Meskipun dia punya rasa ke gue, jangan di salahin. Lo cukup marahin gue, Gan." Arta kembali menghisap batang rokok nya. Menatap langit malam dengan hamparan bintang yang begitu indah.

"Karena mau gimana pun, disini gue yang salah. Gue yang gak bisa bertindak." Lanjutnya.

Regan terdiam beberapa saat, matanya ikut memandangi langit malam. Regan benar-benar tidak ingin ikut campur urusan Arta dengan Rinai. Regan hanya ingin memperingati Arta untuk tidak membawa Rinai lebih jauh lagi jika tidak ingin memberikan kepastian apapun. "Ta, mau tau sesuatu gak?"

"Apa?" Arta menoleh kearah Regan. Menatap lelaki itu dengan penasaran.

"Dari kecil, Rinai gak pernah punya temen banyak. Dia susah buat bergaul. Dari kecil, dia cuma punya satu temen. Sampe akhirnya di SMA nya yang sekarang, dia punya Lora." Regan mulai berbicara panjang. Arta masih setia mendengarnya.

"Sampe akhirnya gue tau ternyata lo deket sama dia, gue seneng. Akhirnya adek gue makin gede makin ngerti cara berteman." Lanjutnya.

Regan menghela napasnya pelan. "Pikiran gue gak nyampe kalo Rinai bakal punya perasaan ke lo, karena yang gue tau dia buat berteman aja susah, apalagi soal perasaan."

Kini Arta yang menghela napas nya. Ada sedikit perasaan bersalah di dalam hatinya. "Tapi kayaknya setahun terakhir ini berhasil buat gue banyak gak mengenal Rinai."

"Gak nyangka aja, ternyata adek gue udah bisa ngerasain jatuh cinta." Regan tersenyum tipis. Isi pikiran nya melayang jauh ke beberapa tahun yang lalu. Dimana pada saat itu dia dan Rinai masih kecil, semua hanya tentang kebahagiaan.

"Maaf, Gan." Lirih Arta tiba-tiba membuka suaranya.

Mendengar hal tersebut, sontak membuat Regan menoleh kearah Arta. "Maaf buat?"

"Soal kehadiran gue yang buat Rinai harus ikut ngerasain kerumitan yang ada di diri gue."

Regan terkekeh pelan, "Awalnya gue juga kaget, ketika tau ternyata lo orang yang ada di hati Rinai sekarang."

"Gue tau kerumitan lo, tapi gue gak pernah menyalahkan hal itu. Begitu pun adek gue Rinai." Ucap Regan seraya kembali mengalihkan tatapan nya ke langit.

"Karena isi pikiran lo yang rumit itu, bukan sebuah kesalahan." Lanjutnya.

Arta menghela napas nya kasar, "Gue gak tau kalo dengan berteman sama Rinai, ternyata tanpa sengaja gue udah ngasih harapan lebih ke dia."

Arta menundukkan kepalanya, "Demi tuhan, gue gak pernah ada maksud mau kasih harapan semu ke Nai, gak pernah, Gan." Lirihnya.

Melihat Arta yang tampak begitu merasa bersalah, sontak Regan menepuk bahu nya pelan. "Jangan ngerasa bersalah, perasaan bukan kita yang pegang kendali nya. Kalo boleh milih, adek gue juga gak mau jatuh cinta sama orang yang gak bisa dia milikin, Ta."

Arta mengangguk pelan membenarkan ucapan Regan. Karena bagaimana pun, dia tidak pernah menyalahkan perasaan Rinai. Tidak pernah sama sekali. Arta hanya tidak ingin membawa Rinai kedalam kehidupan nya yang penuh dengan kerumitan ini.

"Selain lo gak bisa ngasih perasaan lo ke Rinai karena gak mau libatin dia ke isi pikiran lo yang rumit, apa ada alesan lain, Ta?" Regan menanyakan hal tersebut secara tiba-tiba.

Arta sedikit terkejut mendengarnya. Dia terdiam sesaat, menghela napasnya kasar. "Iya, gue punya alesan lain."

Regan mengerutkan keningnya, "Lah serius ada? Apaan?"

Arta lagi-lagi menghela napasnya kasar, menyugar rambut nya yang cukup panjang dengan frustasi. "Ada perasaan lain yang gak bisa gue tinggal."

Regan tertegun. Isi pikiran nya menolak apa yang Arta ucapkan. Tapi itulah yang memang Arta bicarakan.

Regan menatap Arta dengan tatapan tidak percaya. "Ada seseorang yang hatinya, udah cukup lama gue singgahi."

Halo guys!! Semoga episode kali ini bisa menghibur kalian ya!!

Jangan lupa vote dan kasih komen kalian yaa💛

RUMIT (ARTANAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang