Halo gengsss...
Ini gimana dengan Arin?
Pada panik nggak sih?
Ya udah langsung aja...
**********
Rumah Sakit Medical Center.
Arin langsung di bawa ke Rumah Sakit terbesar di Indonesia. Karena Jenan sangat panik kala itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Berjalan menuju ke ruang UGD dengan brankar, Jenan terus saja bergumam agar Arin bisa bertahan.
“Mohon maaf, kalian bisa tunggu di sini,” ucap suster itu sambil menutup pintu UGD.
Mahen, Haikal dan Jenan hanya bisa menunggu di ruang tunggu UGD. Mereka benar-benar sangat khawatir akan keadaan Arin. Terutama Jenan. Dia bahkan sampai mondar-mandir nggak jelas.
“Jen, lo yang tenang dong! Jangan panik, kita semua juga khawatir kok di sini, tapi lo harus yakin kalau Arin bakal baik-baik aja,” ucap Mahen berusaha menenangkan Jenan.
“Gue nggak bakal berhenti nyalahin diri gue sendiri, kalau semisal Arin kenapa-kenapa, Hen.”
Haikal berdiri dari duduknya. “Lo nggak boleh ngomong gitu, Jen. Itu namanya lo nggak yakin sama diri lo sendiri. Gue percaya, Arin bakal baik-baik aja. Dia anak yang kuat kok,” kata Haikal.
Beberapa menit kemudian....
Dokter keluar dari ruangan itu. Bersama dengan Arin yang di dorong dengan brankar keluar dari UGD.
“Dok, itu—mau di bawa kemana? Gimana keadaan Arin, Dok?” tanya Jenan dengan panik.
“Hhmm Pak Jenan, begini, kondisi Bu Arin sangat mengkhawatirkan. Tusukan itu sangat dalam, jadi kami harus menjahitnya perlahan. Tapi, itu sudah di lewati, dan—” kalimat Dokter itu menggantung.
“Dan, apa Dok?”
“Dan, keadaan Bu Arin jadi kritis. Dia harus bisa melewati masa kritisnya agar bisa selamat,” jelas Dokter itu.
Jenan membelalakkan kedua matanya. Separah itu keadaan Arin? Sampai harus kritis. Terus, siapa yang bisa di salahkan dalam hal ini?
“Pak Jenan banyak berdoa saja. Saya yakin, Bu Arin bisa melewati masa kritisnya.” Penjelasan Dokter itu tak membuat Jenan bahagia.
Dia semakin terpuruk. Ini salahnya. Dia menyesal. Kenapa Arin harus mengalami hal ini? Oh tidak. Tangan Jenan mengepal begitu kuat. Dendam dan amarah yang dia rasakan sekarang. Saat Dokter itu pergi meninggalkan mereka, Mahen menghampiri Jenan dan mencoba menenangkannya.
“Jen, lo yang sabar ya. Gue yakin, Arin bakal kuat kok melewari masa kritisnya. Dia kan anak yang kuat dan hebat,” ucap Mahen sambil bercanda.
Jenan gelisah. Dia takut terjadi apa-apa dengan Arin. Tak ada yang di pikirkan sekarang selain kesehatan Arin. Sedangkan Haikal, dia justru masih memikirkan soal preman itu.
“Lo percaya kalau preman itu suruhan orang, Jen?” tanya Haikal mengalihkan pembicaraan.
Jenan tersadar sambil berdiri dan menjawab dengan lantang. “Percaya!”
“Jadi, maksud lo—semua ini udah di rencanain, Kal?” tanya Mahen dengan penasaran.
“Iyalah Hen, nggak mungkin kalau ini tuh cuma nggak sengaja. Gue yakin, Bos mereka itu kenal sama Jenan atau nggak dendam sama Arin. Tapi, karena dia nggak mau muncul langsung, dia nyuruh orang buat mencelakai salah satu di antara mereka,” jelas Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Love✔️
Ficção AdolescentePertemuan antara CEO dan gadis biasa yang secara tidak sengaja itu, membuat mereka menjadi saling mengenal. Walaupun setiap harinya harus di penuhi dengan pertengkaran. Arin, gadis muda, sarjana ekonomi yang berusaha mencari pekerjaan setelah lulus...