💐 Happy Reading 🌺
⚠️ Plagiat dilarang mendekat ☠️
Subuh ini Abimanyu terbangun, ia benar-benar bersyukur atas kejadian semalam. Ia melihat ke arah sampingnya.
Memandang buntalan selimut yang menutupi seluruh tubuh istrinya.Tanpa membangunkan istrinya, Abimanyu langsung berjalan ke kamar mandi, setelah itu melaksanakan shalat subuh di rumah karena ia kesiangan.
Usai melaksanakan shalat Abimanyu berjalan ke kasur, niatnya ingin membangunkan istri tercintanya, namun setelah ia menarik selimut tersebut, ternyata didalam buntalan itu bukanlah Ami melainkan bantal guling.
Abimanyu segera berjalan kebawah, mendapati Wulan yang tengah menyiapkan sarapan pagi.
"Hmm Ma, Ami dimana yah?" tanya Abimanyu ragu.
"Ami? Pukul empat subuh tadi izin ke Mama, katanya untuk sementara waktu ia ingin tinggal bersama Dokter Nisyah."
Jdarr! Abimanyu tercengang, dirinya seakan linglung, baru saja semalam mereka bertemu malah istrinya meninggalkan nya lagi.
Dengan lemas Abimanyu duduk, memandang nasi goreng yang ada didepannya.
"Nak Abi nggak kekantor hari ini?" tanya Wulan.
"Tidak, Kamis nanti akan ada meeting di luar kota."
Wulan terdiam sesaat, ia berpikir bahwa hubungan Ami dan juga Abimanyu masih renggang.
"Kebetulan sekali Ami lupa membawa obatnya. Nak Abi bisa mengantarnya? Soalnya Mama mau ke rumah Zidan," pinta Wulan mencari alasan.
"Boleh, hm Ma, apa boleh saya menanyakan sesuatu?"
Wulan yang tengah mengoleskan selai strawberry menoleh, ia pikir bahwa Abimanyu mengetahui tantang alasan ia menyuruh nya ke rumah dokter Nisyah.
"Ma--mau nanya apa?"
"Beberapa hari sebelum Mama menjemput Ami, Ia sempat drop karena seekor kucing, Abi dengar dari penjelasan dokter Eva tentang fobia tapi saat Ami tak sadarkan diri ia menyebut nama Rehan. Apa Ami mempunyai adik?" tanya Abimanyu ragu.
Wulan terdiam sesaat, roti yang ia genggam diletakkan di atas piring, menarik nafasnya panjang lalu mengembuskan nya kembali.
"Khm, Rehan Yudistira putra dari pemilik perusahaan gr*** yang telah menjebak Ami saat berusia sembilang tahun," jelas Wulan dengan tatapan penuh amarah sembari mengepalkan tangannya.
Abimanyu tak bisa berkata-kata, ia merasa tidak enak karena membuka luka lama yang menimpah keluarga Sanjaya.
"Hmm kalau begitu Abi mau ke rumah dokter Nisyah."
Tatapan Wulan mereda, amarahnya seakan menghilang saat mendengar suara Abimanyu.
"Maaf nak Abi, Mama terlalu terbawa emosi," Wulan mengeluarkan ponselnya, mengirimkan alamat ke nomor Abimanyu.
"Tidak, Abi yang salah, maaf Ma, karena kesalahan Abi, mood Mama jadi rusak," jawabnya tidak enak. "Kalau begitu Abi pamit dulu, Assalamualaikum," lanjutnya seraya bersalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
Fiksi Umum"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...