🌺 Happy reading 🍂
Hari-hari Ami dimulai saat itu juga, ia tak lagi gugup jika berhadapan dengan orang-orang yang menyapanya. Jika pun ia merasakan drop, pasti ia langsung berzikir untuk menenangkan hatinya.
Karena tak adanya jaringan membuat Ami terpaksa mengikuti kegiatan Abimanyu yang tak terlalu melibatkan banyak orang.
Lima hari sudah ia berada di desa, kehidupan sederhana, jauh dari kota dan tak adanya internet membuat kondisi Ami semakin membaik, bahkan ia mulai berinteraksi dengan para tetangganya.
Pagi ini, Windi langsung menuju ke rumah Abimanyu sesuai dengan janjinya kemarin. Setelah tiba disana, ia melihat suasana rumah yang terlihat kosong. Hanya ada kelinci dihalaman rumahnya.
Karena jenuh menunggu membuat ia langsung mel0mpati pagarnya lalu menangkap satu kelinci untuk di elus.
"Assalamualaikum," sapa Abimanyu sambil menggandeng tangan Ami.
"Waalaikumsalam, lama banget sih!" ketus Windi sambil berdiri melipat kedua tangannya di depan dada.
"Baru juga jam enam Win."
"Munyu, kamu lupa yah? Kalau kakak mau ke rumah ustadz Ilham sama Papa."
"Ingat kok, bentar yah, kakak siap-siap dulu."
Abimanyu langsung masuk kedalam rumahnya, sementara Ami, ia hanya berdiri di samping Windi, sembari menyiapkan dirinya untuk menyapa.
"O-ohayo Windi-chan," sapa Ami memberanikan dirinya.
Mendengar sapaan Ami membuat Windi menatapnya dari atas sampai bawah, 'Kata Munyu, anak ini memiliki sifat kekanak-kanakan, bahasanya aneh, tapi kalau dilihat manis juga nih anak,' batin Windi.
"Hai, Aku Windi, panggil aja aku Win atau kakak juga boleh kok," balas Windi tersenyum.
Ami yang terlihat gugup sedikit merasa tenang saat mendengar respon Windi.
"Jalangkote ...! Roti ...! Apan ...!" teriak seorang pedagang kue yang tengah berjalan didepan rumah mereka.
Mendengar teriakan pedagang membuat Ami sedikit melangkah mendekati Windi. Sementara Windi, ia langsung tersenyum melihat pedagang tersebut.
"Wah enak nih, makan Jalankote sambil minum kopi," gumam Windi, ia lalu berjalan masuk mencari Abimanyu.
"Bu Dewi! Jalankote nya Bu!" pekik Windi sembari membawa piring sambil menarik tangan Abimanyu.
Ibu Dewi langsung mampir ke depan rumah Abimanyu, "Kamu mau berapa Windi?" tanya Ibu Dewi.
"15 ribu aja Bu," jawab Windi sambil menyodorkan Piring beserta gelas untuk kuahnya.
Bu Dewi langsung mengisi piring beserta gelas nya, setelah mengisinya, ia lalu memberikan piring tersebut ke Windi.
"Munyu, bayar, Aku mau makan dulu sama Ami," pekiknya lalu meninggalkan Abimanyu.
"Ami, makan Jalankote yuk," ajaknya.
Ami langsung menuruti ucapan Windi, ia lalu duduk di ruang tamu sambil melihat kue yang baru saja Windi beli.
"Kak, ini isinya apa yah?" tanya Ami sambil memperhatikan kue tersebut.
"Isinya itu ubi, mie, wortel dan seledri. Kuenya enak loh coba deh," seru Windi sambil berjalan ke dapur.
"Nanti aja deh. Kakak mau kemana?"
"Bikin kopi."
"Biar Ami aja kak, disini kan kakak jadi tamu, jadi biar Ami yang bikin kopinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
Ficción General"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...