⚠️Plagiat dilarang mendekat 👿
🍀 Happy reading 🍀
Terdengar suara tangisan ketiga anak mungilnya di dalam sebuah kamar. "Bi, bisa bantu Ami nggak? Itu Ayra dari tadi rewel mulu," panggil Ami sembari memakaikan popok Aras.
Abimanyu yang tengah meeting online langsung menyudahi rapatnya.
"Kafka, tolong lanjutkan pembahasan semalam dan kirimkan kepadaku hasilnya," ucapnya lalu berpamitan.Ia berjalan ke arah kamar sebelah dimana ketiga anaknya dirawat. Handuk yang berserakan, baju dan celana sikembar berada dimana-mana.
"Sudah kuduga. Baru aja dua jam kakak tinggal udah kayak gini," gumamnya sembari memegang pelipis kepalanya.Mendengar suara sang empu membuat Ami langsung berbalik. "Kakak tolong," ucap Ami lirih.
Abimanyu menatap Ami dari bawah sampai atas. Baju yang dikenakannya semalam belum ia ganti, jilbabnya juga sudah tak serapi saat ia melihatnya tadi pagi.
Abimanyu langsung berjalan masuk, ia langsung menggendong Ayra. "Susu untuk Aras dimana?" tanya Abimanyu.
"Itu ada di samping Ariz." Ami beralih ke Ariz. "Ami mau mandi'in Ariz dulu bentar."
Sembari memandikan Aris, Abimanyu membantu memberikan susu kepada Aras dan juga ia menggendong Ayra.
"Mi! Ini Ayra juga lapar," ucap Abimanyu saat ia melihat putrinya mencari nenen kepada-nya.
"Iya, bentar lagi udah selesai!" sahut Ami.
Ami kembali dari kamar mandi dengan baju yang sedikit basah. "Ariz udah mandi yah? Udah wangi yah Boboiboy Umi?" tanya sembari mendandani Ariz.
"Bukan Fang lagi?" imbuh Abimanyu terkekeh. Entah kenapa semenjak sikembar lahir, entah itu Ayra, Ariz, atau Aras pasti namanya berubah jadi karakter kartu.
"Hari ini Ariz jadi Boboiboy, karena nanti Ariz bakalan nyelamatin umat nabi yang tersesat!" jawab Ami sembari mengangkat kedua tangan Ariz, sedangkan batita mungil yang diperlakukan malah tersenyum gembira.
"Tu lihat, Ariz ketawa, anak Umi ketawa," lanjut Ami begitu gemas.
"Iya-iya anaknya Umi. Sekarang nih giliran Ayra, sudah lapar dari tadi." Abimanyu memberikan Ayra kepada istrinya.
"Tuan putri lapar yah? Sini, sini sama Umi."
Ami memegang tangan mungil putrinya. "Nggak kerasa yah, bentar lagi sikembar udah masuk delapan bulan. Rasanya begitu cepat," gumam Ami.
Yaps, Umur si kembali kini sudah masuk tujuh bulan, dan dalam tujuh bulan terakhir Ami tinggal bersama kedua orang tuanya karena Wulan mengerti betapa repot nya merawat mereka.
Hari ini mereka mulai tinggal di rumahnya. Itulah mengapa Ami sedikit kewalahan menghadapi mereka.
"Makanya kita harus menikmati waktu kita bersamanya," seru Abimanyu yang tengah mengajak Ariz untuk belajar duduk.
"Tapi menurut Ami ini terlalu cepat gitu."
"Nikma-" ucapan Abimanyu terhenti saat ponselnya berbunyi.
"Siapa?" tanya Ami mulai kepo.
"Aisyah, mungkin mau membahas lagi masalah pondok," tebak Abimanyu.
"Jadi keputusan kakak gimana?"
"Mi, jawaban kakak tidak akan pernah berubah," sahutnya sedih.
Beberapa bulan ini Arif, Abahnya Abimanyu memintanya untuk kembali mengurus pondok, dan hal itu yang membuat ia merasa terusik. Bukannya ia tak ingin mengurusnya tapi ia juga memikirkan perasaan Aisyah yang telah mengurus pondok beserta suaminya. Selain ia memikirkan perasaan Kakaknya, ia juga tidak bisa memaafkan dosa-dosanya dimasa lalu. Makanya ia lebih memilih untuk melakukan dakwah diluar pondok dari pada menjadi seorang pemimpin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
General Fiction"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...