Happy reading 🥰
"Astaghfirullah Aras, Ariz!" pekik Ami saat ia melihat kedua putranya yang baru saja pulang setelah ia bermain seharian bersama dengan temannya.
Pakaian yang basah, sepatu yang di penuhi dengan lumpur dan satu hal yang paling membuat Ami histeris adalah hewan yang digendong putranya.
"Umi, Oca lucu," sahutnya tanpa merasa bersalah.
Ami memegang pelipis kepalanya. Ia tidak habis pikir, pasalnya pagi tadi putranya keluar dengan penampilan yang rapi bersih dan wangi, tidak seperti sekarang ini.
"Habis dari mana? Kenapa bisa kotor begini?"
"Sungai, tadi Dapa ajalin Ali sama Alas nangkap ikan," jelas Aras bangga.
Ami membulatkan matanya, baru beberapa hari di desa anaknya sudah berkeliaran keliling kampung, entah ia kembali dengan tangisan atau nggak pakaiannya yang kotor.
"Sama siapa lagi kesungai?"
"Temen. Umi lucu kan?" sahut nya sembari bertanya.
Ami langsung mengambil hewan yang di bawa anaknya itu, ia lalu membawanya keluar. Sebelum Ami membuka pintu, Aras terlebih dulu berlari ke arahnya.
"Umi, umi mau bawa oca kemana?" tanya Aras sembari memeluk lutut sang ibu.
"Umi mau buang, bahaya kalau kamu di gigit bagaimana?" pekik Ami.
"Huaaa Umi jangan, Alas janji nggak bakalan kena gigit," rengek Aras.
"Pokoknya Umi nggak suka kalau Aras sama Ariz bawah hewan ginian," pekik Ami begitu tegas.
Aras langsung terduduk, menghentakkan kedua kakinya begitu kesal, ia mulai mengeraskan suara tangisannya, sedangkan Ariz, ia terdiam dengan air mata berlinang.
Ami mengabaikan kedua putranya, ia kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu. "Umi! Huaaa!" lirih Aras disela tangisnya. Aras membaringkan dirinya ke lantai, menangis sejadi-jadinya.
Langkah kaki Ami berjalan masuk kedalam rumah setelah ia membuang hewan yang dibawa kedua putranya tadi.
"Ululu anak Umi," ucap Ami berusaha menenangkan Aras.
"Huaa Umi jahat," lirih Aras sembari menghempas tangan Ami yang ingin menggendongnya.
"Jadi nggak mau dipegang sama Umi?" tanya Ami dengan tegas.
"Alas benci Umi!" pekiknya disela tangis.
"Ya udah." Ami beralih ke Ariz, menyeka air matanya lalu mengecupnya.
"Putra kesayangan Umi mau mandi kan?" tanya Ami begitu lembut.
Ariz mengangguk, ia lalu memeluk Ami. "Maa Syaa Allah, anak ganteng nya Umi," puji Ami lalu membawa Ariz ke kamar mandi.
Tangisan Aras semakin lirih, saat Ami menggendong Ariz. "Umi! Huaaaaaa!"
Pintu perlahan terbuka, menampakkan Abimanyu yang baru kembali dari rumah pamannya. "Huaaa! U-mi," lirih Aras sesegukan.
Melihat putranya yang telentang dengan baju yang kotor membuat Abimanyu langsung menghampirinya.
"Abi! U-umi j-ahat," adu Aras kedua netranya melihat sang Abi.
"Sini sama Abi," ajak Abimanyu lembut.
"Huaa Umi jahat Abi," adu nya lagi.
"Kenapa Umi bisa jahat hm?"
"O-ca di buang huaaa!"
"Pokoknya selain peliharaan Kakak, nggak ada tambahan hewan lagi!" sela Ami begitu tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
Ficción General"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...