Happy reading 🍀
"Umi!" panggil anak kecil seraya menepuk pundak Ami.
Ami bergeming, dadanya sesaat saat ia perlahan tersadar. "Umi," panggilnya lagi.
Ami tersenyum saat ia melihat putra sulungnya duduk di sampingnya. "Aras, kamu sudah datang?"
"Kenapa Umi tida jemput Alas?" tanya Aras sembari melipat kedua tangannya didepan dada.
"Anak Umi marah?"
"Iya, Umi tida jemput Alas."
Ami terkekeh, lucu sekali anaknya itu saat lagi marah. "Umi minta maaf yah sayang, tadi Umi ketiduran," jelas Ami seraya mengangkat Aras dalam gendongannya. Ia memeluk Aras begitu erat.
"Ayra sama Ariz ada dimana?"
"Lumah Kakek. Abi bilang Umi halus makan," jawab Aras sembari memainkan ponsel Ami.
'Jadi kakak Abi yang membawanya kesini,'
"Aras udah makan?"
"Alas mau makan sama Umi."
"Ya udah, ayo kita makan."
Ami membawa Aras ke luar. Ia memerhatikan keadaan rumah yang terlihat kosong, sepertinya tak ada manusia selain ia dan Aras didalam rumah ini.
"Aras, Abi ada dimana?"
"Tida tau, Abi bilang mau pelgi kelja sama paman Kakka."
Ami mengambil ponselnya, terlihat pesan Abimanyu di layarnya.
[Aku titip anak-anak, in sya Allah Senin depan aku akan pulang.] Isi pesan tersebut.Bukannya membalas chat suaminya itu, Ami malah mencari nomor seseorang. [Assalamualaikum, apa benar ini Mba Lisa? Pemilik vila yang ada di xxx?]
'Jangankan hari Senin, besok pun kamu harus kembali kak,' batin Ami.
"Umi? Alas mau sup."
"Anak Umi suka sup?"
"Suka."
Melihat putranya tersenyum manis membuat Ami langsung menguyel-unyel pipinya. "Baik pangeran," ucap Ami begitu gemas.
Setelah makan siang, Ami membawa Aras kembali ke pondok setelah itu ia melajukan mobilnya ke arah rumah kedua orangtuanya.
"Ma! Mama!" teriak Ami sembari berjalan masuk.
Dirham yang tengah asik bercanda tawa dengan istrinya langsung menoleh ke arah pintu.
"Eh ada papa juga."
Ami langsung menyalami keduanya lalu ikut duduk disamping mereka. "Ma, Pa, Ami mau minta izin sesuatu," ucap Ami tanpa basa-basi.
"Kamu mau minta izin apa? Nggak biasanya kamu seperti ini," sahut Dirham dengan lembut.
Ami tersenyum, ia menceritakan perihal musibah yang menimpah Arum dan juga kemarahan Abimanyu.
Mendengar cerita putrinya membuat Dirham menggeser posisi duduknya.
"Nak, pernikahan bukan lah sesuatu yang harus dipermainkan. Mungkin saat ini kamu ridho untuk di madu tapi tidak ada yang tau jika suatu hari nanti kamu cemburu melihat Arum bercumbu mesra dengan suami mu," nasehat Dirham seraya mengelus pelan puncak kepala putrinya."Pa, Ami benar-benar ikhlas, Ami udah memikirkan ini sudah sejak lama."
"Ami, tidak salah Abimanyu marah kepadamu, permintaan kamu itu terlalu ngawur," sela Wulan.
Ami menggenggam tangan Wulan dan juga Dirham. "Pa, Ma, percaya sama Ami," ucapnya meyakinkan keduanya.
"Papa tidak ingin melihat mu terluka nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
Fiksi Umum"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...