Happy reading 🍂
⚠️Plagiat dilarang mendekat 😏Abimanyu duduk memakai sepatunya. "Dek, Kakak berangkat, yah," ucapnya.
"Pulangnya jam berapa?" tanya Ami yang kini menampilkan wajah cemberutnya.
Ami sudah biasa dengan hal ini, termasuk lingkungannya yang baru juga. Tapi entah kenapa melihat Abimanyu kerja membuatnya was-was sendiri. Dia akan berjauhan dengan suaminya.
Abimanyu tersenyum lalu beranjak untuk mem3luk istrinya dan tak lupa mengecvp singkat kening Ami.
"Cuma sebentar, Dek. Nggak akan lama," seru Abimanyu.
Abimanyu bersyukur, dalam seminggu ini. Ami sudah mulai terbiasa dengan sikapnya, bahkan mulai menerima perlakuannya yang romantis. Ia berhasil membuat istrinya merasa nyaman.
_Walaupun kadang akan berurusan dengan kelinci-kelincinya._
"Berapa lama, satu jam? Dua jam?"
Mendengar itu Abimanyu tertawa kecil, tak percaya. Perjuangannya bahkan mampu membuat istrinya bergantung padanya. Sepertinya, hatinya telah diikat kencang, hingga berpisah pun tak mampu lagi. Walaupun hanya sesaat.
Pria itu mengusap pipi kiri istrinya dengan lembut. "Sebelum dzuhur, Kakak pulang. In Syaa Allah," jawabnya, senyumnya belum luntur.
"Ya udah, ... Tapi beliin es krim!"
Abimanyu mengangguk. "In Syaa Allah, ... ya udah Kakak pamit, Assalamualaikum ...."
Ami menyalami, mengecvp punggung tangan suaminya. "Wa'alaikumsalam ...." Gadis itu melambaikan tangan setelah suaminya keluar dari teras.
Ami langsung masuk ke dalam rumah. Berhenti sejenak melihat suasana rumah yang sudah rapi dan bersih. Keningnya mengerut bingung, mau buat apalagi? Semuanya sudah selesai. Ami melanjutkan langkahnya ke kamar.
Suaminya itu terlalu rajin, masih subuh langsung beres-beres dan memasak untuk sarapan. Disini, istri yang mana sih?
Selama seminggu ini Ami tidak pernah memasak, bukan karena Ami tidak tau masak, tapi Abimanyu lah yang sering melarang Ami untuk memasak.
Jika di rumah orang tuanya, mungkin hari ini ia akan mengganggu Wulan yang sedang memasak. Sejujurnya Ami rindu, tapi memikirkan jarak dan waktu membuatnya urung untuk bersuara.
"Bosaann! Main game, nggak ada PS." Ami mengubah posisi menjadi telentang di kasur kemudian menopang wajahnya. "Mau nonton, nggak asik kalau pake hp, ... Enaknya ngapain, yah?"
Matanya berbinar saat mengingat sesuatu. "Main Twitt3r aja kali, yah." Ia menganggukkan kepalanya. "Sekalian ikut spaces temen. Itung-itung dengerin curhatan para Wibu."
Dengan segara ia meraih ponsel diatas nakas, memasuki aplikasi berwarna biru muda. Jika di dunia nyata ia tidak memiliki teman maka beda lagi di dunia maya. Gadis itu terkenal tapi ia sama sekali tak memiliki teman yang lebih dekat.
Karena sering upload video editing anime, live game dan upload info anime terbaru yang akan rilis, ia memiliki cukup banyak followers. Ami memakai nama samaran dan fotonya pun tidak di publik.
Ami mulai mendengar kan curhatan- curhatan di Spices salah satu temannya. Yah begitulah keseharian Ami, ia menggunakan aplikasi Twitt3r untuk berkomunikasi dengan orang lain. Meski ia tak pernah menggubris panggilan atau curhatan mereka. Tapi Ami bahagia mendengar ocehan dan curhatan para temannya.
Cukup lama dengan kegiatan itu, membuatnya lupa dengan waktu. Bahkan waktu dzuhur akan segera tiba.
Sampai suara Abimanyu terdengar dari luar, tapi tidak didengar oleh Ami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
Fiction générale"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...