💙 Happy reading 🍀Setelah selesai mengaji bersama, Ami langsung berbaring dipangkuan suaminya seperti malam sebelumnya.
Dengan lembut Abimanyu mengelus puncak kepala istrinya. Pria itu bergeming, sesaat teringat dengan Najwah.
Jantung Abimanyu berdegup kencang, lidahnya keluh untuk berbicara, namun ia juga tidak punya banyak waktu untuk mengulur nya.
"Dek," panggil Abimanyu disela keheningan.
"Hmm, ada apa?" sahut Ami tanpa menatap wajah Abimanyu, ia malah sibuk menikmati suasana tanpa si kembar.
"Kakak punya cerita tentang teman kakak," ucap Abimanyu.
"Ada apa dengannya?"
"Beliau pusing karena orang yang ada di masalalunya kembali dengan keadaan yang memperihatinkan."
"Maksudnya bagaimana? Ami nggak ngerti," decak Ami mulai emosi.
"Jadi mantannya itu kembali dan meminta untuk dinikahi sebelum ia meninggal."
"Meninggal? Bukannya umur nggak ada yang tau yah?"
"Iya, tapi wanita itu sedang sakit parah."
Deg, Ami tercengang mendengar ucapan Abimanyu. 'Siapa yang dia maksud?' batin Ami.
"J-jadi?"
"Sebagai permohonan terakhinya ia ingin dinikahi hingga ia wafat, karena dokter mengfonis nya bakalan hidup beberapa bulan lagi. Bagaimana menurut mu?"
"Hmm kalau Ami sih tergantung cowoknya, kalau misalkan dia cinta ya udah tapi kalau dianya hanya kasihan alangkah baiknya nggak soalnya kan sesuatu yang diawali dengan rasa iba bakalan berujung kehancuran."
"Bukan begitu maksud ku, eee teman kakak itu mempunyai istri dan juga anak," ucap Abimanyu sedikit nyaring.
'Apa maksud kakak? Kenapa temannya itu seolah dia? Apa filingku ini salah?' batin Ami sudah mulai khawatir.
Ami langsung terbangun, menatap Abimanyu begitu serius. "Kak, Apa yang kakak maksud itu kakak sendiri?" tanya Ami dengan tatapan curiga.
Tanpa menatap mata istrinya Abimanyu menggelengkan kepalanya. Melihat kelakuan suaminya membuat Ami mengangkat kedua tangannya, memegang pipi suaminya.
"Kak, tatap mata Ami," pekik Ami serius.Mata bulat istrinya membuat Abimanyu tidak tega untuk menutupinya lagi. "Mi, Najwah."
'Pantes,' batin Ami kecewa.
Ia langsung menutup telinganya, menolak penjelasan Abimanyu. Buru-buru ia terbangun, berjalan ke arah tepi kasur.
"Dek, dengerin penjelasan kakak dulu," ucap Abimanyu mengejar.
Hati Ami seolah diselimuti rasa cemburu, emosinya tak bisa ia kendalikan. Kebahagiaan yang selama ini ia rasakan seakan runtuh mendengar ucapan Abimanyu.
"Ami, tolong dengarkan penjelas--"
"Apa kakak ingat ucapan kakak kepada Ustadz Ilham!?" teriak Ami, matanya memerah dengan linangan air di bola matanya. Terlihat jelas istrinya tengah marah besar kepadanya.
"Kakak sadar Mi, tapi lihat keadaan Najwah sekarang."
"Hahahha ... Apa segampang itu kakak percaya kepadanya? Apa sedalam itu cinta kakak kepadanya!?" pekik Ami, tangisannya kini mulai pecah namun ia tetap menatap Abimanyu dengan tajam.
Ami mendekat, menunjuk dada bidang Abimanyu. "Semua yang kakak ucapkan selama ini ternyata hanyalah kebohongan, lagi-lagi kakak terjatuh kedalam lobang yang sama!" gumamnya lalu mendorong Abimanyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
Fiksi Umum"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...