Part 33 Dia?

32 3 0
                                    

⚠️ Plagiat dilarang mendekat 👿

🍀 Happy reading 🌺

"Kenapa harus senyum!?" tanya Ami sembari membelakangi Abimanyu.

"Dek, kakak tidak bermaksud untuk menggoda mereka," jawab Abimanyu merasa bersalah.

Yah, setelah pulang dari Pondok, Ami terus saja cemberut, dari mulai mereka makan malam hingga selesai shalat Isyah Ami cemberut tanpa berbicara sepatah kata pun. Dan sekali ia berbicara, Ami langsung membahas masalah di lapangan tadi.

"Kakak nggak jawab pertanyaan Ami," kesal Ami lalu beranjak dari tempat tidur.

Abimanyu langsung menyusul istrinya. "Dek kakak minta maaf jika hal itu yang membuat kamu marah."

Ami yang tengah berjalan ke ruang tamu langsung terdiam, langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu. "Dek, kamu kenapa?" tanya Abimanyu saat ia melihat istrinya yang tengah memegang perutnya.

'Sakit,' batin Ami memegang perutnya.

Dengan keadaan terpaksa Ami berbalik menghadap suaminya. "Bi, perut Ami sakit," aduh nya.

Abimanyu langsung mensejajarkan perut Ami dengan tingginya. "Anak Abi jangan nakal yah, kasian Uminya," ucap Abimanyu sembari mengelus perut istrinya lalu mengecupnya.

Cukup lama Abimanyu merasakan tendangan dari ketiga calon anaknya, hingga mereka terdiam.

"Masih sakit?" tanya Abimanyu menyakinkan.

"Hu,u," jawab Ami.

Abimanyu lalu membimbing istrinya ke kamar, menyelimutinya lalu membacakan ayat suci sembari menggosokkan minyak kayu putih di perut istrinya.

Usai membacakan surah An-nisa, Abimanyu lanjutkan dengan shalawat. "Shollu 'ala khairil anamm ... almustofa badri tanaam ... Shallu 'alai wasallimun ... Yasyfa'lanaaa ... Yah malzzi'ham ...," nyanyi Abimanyu begitu merdu.

Mendengar nyanyian Abimanyu membuat Ami perlahan terlelap tanpa memperdulikan rasa sakit akibat tendangan janinnya.

Abimanyu menatap istrinya yang kini terlelap. "Kamu kuat dek, kakak yakin itu," gumam Abimanyu lalu mengecup kening istrinya.

Abimanyu ikut terlelap, namun tidak lama ia terlelap lagi-lagi ia dibangunkan oleh suara tangisan istrinya.

Pelan ia membuka matanya. "Dek, kamu kenapa? Apa perutnya masih sakit?" tanya Abimanyu.

"Kakak ... kaki Ami keram ...," lirih Ami disela tangisnya.

Abimanyu langsung bangun, memeriksa kaki istrinya. "Bagian mana yang sakit?"

"Semuanya."

Abimanyu mengoleskan minyak kayu putih lalu mengurutnya."Apa masih sakit?"

Selang beberapa menit ia menunggu, tak ada jawaban membuat Abimanyu melihat ke arahnya.

Wajah polos istrinya yang terlelap membuat Abimanyu berjalan ke arah kamar mandi, mumpung ia terbangun tak lupa ia melaksanakan shalat tahajjud.

Usai melaksanakan shalat, Abimanyu kembali berbaring di samping istrinya. Pelan Abimanyu menutup matanya, namun sebelum ia terlelap tangan mungil istrinya tiba-tiba memeluknya sembari mengganti bantalnya menjadi lengan kekar suaminya.

Menyadari hal tersebut membuat Abimanyu langsung membalas pelukan istrinya.
"Kenapa belum tidur hmm? Apa masih sakit?" tanya Abimanyu.

Tanpa menjawab pertanyaan suaminya, Ami langsung mengambil tangan kanan Abimanyu, menaruhnya tepat di atas perutnya.

Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang