🤗 Happy reading 🤗
"Kakak kenapa setuju dijodohin sama aku?" tanya Ami yang sedang duduk disamping meja kerja Abimanyu.
Setelah shalat isya Pria itu langsung mengerjakan beberapa file dari kantor. Karena satu minggu kedepan Abimanyu akan mengambil cuti untuk menemani Ami sampai ia terbiasa di lingkungan barunya.
"Mungkin karena ..., cinta," balasnya tanpa mengalihkan perhatian dari laptop
Sungguh kumerasa resah....
Mungkin lagu itu yang menggambarkan perasaan Ami saat ini, bagaimana tidak? Setiap berbicara pasal cinta. Jantungnya akan bereaksi lebih, kek jedagjedug capcut.
Berbanding terbalik dengan rupa, gadis itu berusaha agar tidak terbawa suasana. Kebingungannya semakin menjadi, Kenapa Abimanyu mau nikah sama gadis kayak dia yang masa lalunya kurang baik? Mana langsung cinta lagi. Watdepuk?
"Kita nggak pernah ketemu, tapi kakak bilang cinta?"
Abimanyu menarik nafas sejenak dan menutup laptopnya, pria itu sedikit memiringkan kursi untuk menghadap istrinya.
Pria itu tersenyum. "Sebelum itu, aku minta maaf." Ia berdeham. "Sebenarnya, setelah Kamu nyelamatin Umi waktu itu ..., kakak diminta untuk cari tau tentang kamu, Dek." Pria itu meringis saat melihat Ami yang bergeming.
Abimanyu memegang tangan Ami, tapi mendapat penolakan dari sang empu. "Jadi kakak tau masalalu Aku?"
"Semalam Papa jelasin semuanya sama kakak ..., dan ternyata itu alasannya mengapa aku tidak mendapat kan apa-apa saat aku cari tau tentang kamu .... Karena kamu orangnya tertutup," ujar Abimanyu.
"Udah deh, Aku mau nonton dulu ...." ucap Ami bermaksud menghentikan pembicaraan. Karena jika diteruskan Ami takut malah membahas masalalunya.
Gadis itu melangkah pada r4njang, memulai apa yang ia katakan tadi.
Sesuai keputusan antara hati dan pikirannya. Ami memutuskan untuk tidak menggunakan bahas Jepang lagi, karena Abimanyu masih kesulitan dalam memahami ucapannya.
Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, Abimanyu menutup laptop untuk menyudahi kerjanya, pria itu memundurkan kursi untuk melonggarkan posisi, sejenak memijat batang hidung lalu melangkah pada istrinya yang masih menonton.
"Dek, ini udah larut. Nontonnya udahan dulu, yah," tegur Abimanyu. "Besok bisa dilanjut lagi." Pria itu mengusap kepala istrinya.
Ami menurut, langsung mematikan ponsel lalu memperbaiki posisinya.
"Jangan lupa baca do'a." Abimanyu ikut berbaring di samping Ami.
Ami hanya mengangguk dengan senyum manis. "Yukkuri nete ne," (Tidur yang nyenyak) ucapnya lalu mulai memejamkan mata.
Abimanyu mematikan lampu lalu memejamkan matanya, beberapa menit berlalu pria itu belum tidur nyenyak ditambah dengan pergerakan di samping, Ami terus bergerak gelisah.
Ami bangun lalu kembali berbaring, berbalik ke kanan dan ke kiri, dan terus seperti itu.
"Kenapa Dek?"
"Watashi nggak bisa tidur," ujarnya, gadis itu meraup wajahnya frustrasi.
Abimanyu tersenyum tipis melihat Ami yang mengembungkan kedua pipinya. Ia paham, Ami tidak akan muda tertidur jika berada di tempat baru, karena terkadang rasa takut akan muncul saat matanya dipejamkan.
"Mau peluk?" Ami menoleh, memicingkan matanya.
"Nggak bakal macam-macam kok," lanjut Abimanyu. "Serius sumpah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
General Fiction"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...