🥀Happy reading 🌷
Suara pintu terbuka, Ami yang tengah meringkuk di belakang sofa langsung membungkam mulutnya.
"Ni-chan ...," ucap Ami dengan lirih.
Abimanyu yang mendengar suara tangisan sang istri lalu bergegas mencarinya.
"Ami! Ami!!" Panggilnya panik.Ami yang tengah meringkuk di samping sofa langsung berlari ke arah Abimanyu, "Ni-chan," pekiknya sambil mem3luk Abimanyu.
Abimanyu langsung membalas p3lukan Ami, "Ami, dengerin kakak. Tenang yah, istighfar Mi," ucapnya berusaha menenangkan Istrinya.
"Astagfirullah ... Astagfirullah." Ami mencengkeram baju Abimanyu yang sedang menghapus air matanya.
Sedangkan perempuan yang berdiri di belakang Abimanyu hanya terdiam mengamati mereka. Dahinya mengerut. 'Dia siapa? Kok, Munyu peluk-peluk?' batinya.
Perlahan Ami bisa tenang, tangisnya pun sudah mereda membuat Abimanyu sedikit tenang.
"Ami ke kamar, yah. Nanti Kakak nyusul," titah Abimanyu, Ami menurut langsung naik ke lantai atas dimana kamarnya berada.
Setelah kepergian istrinya, Abimanyu menghembuskan nafas pelan lalu berbalik saat mendengar dehaman di belakangnya.
"Anak siapa, tuh?" tanya perempuan itu dengan sinis.
Setelah memastikan Ami masuk ke kamar, pria itu duduk di sofa berhadapan dengan wanita itu.
Abimanyu berdeham. "Win, Dia itu ..., Dia ...." Abimanyu menggaruk pelipis, bingung mau menyampaikan seperti apa.
"Siapa Kak?" tanya Windi lagi.
"Dia Adik aku, juga teman-"
'Teman hidup, kan. Aku nggak boong. Ami udah anggap Aku kakaknya,' timpal Abimanyu dalam batinnya.
Windi, sepupu Abimanyu. Gadis berusia 24 tahun, tetangga seberang rumah Abimanyu. Sebelumnya Ia tak menyadari kedatangan Abimanyu, tapi mengingat beberapa hari lalu pria itu menghubunginya. Jadi, Ia berkesimpulan Abimanyu sudah ada di rumahnya ini.
Dan soal panggilan "Munyu", pria itu dapatkan sejak masih kecil. Windi sering memanggilnya dengan itu dan keterusan sampai sekarang.
"Oh ..., tapi Kakak pelukan? Bukannya nggak boleh, yah? Kan bukan mahram." Windi memicingkan matanya menatap Abimanyu dengan curiga.
Abimanyu hanya menatapnya sekilas lalu kembali memalingkan wajahnya. "Udah ah ..., Tadi kamu kesini ngapain? Nganter makanan, kan?" tanya Abimanyu, Ia berharap pembahasan mengenai Ami tidak terlanjut setelah ini.
Windi membulatkan matanya. "Oh iya, jadi lupa deh. Ini, Mama buatin ikan bakar kesukaan Kakak." Ia menyodorkan rantang.
Abimanyu tersenyum. "Alhamdulillah, Syukron dek. Jadi enak ini ...," seloroh Abimanyu membuat Windi terkekeh pelan.
Gadis itu kembali teringat kelakuan Ami. "Iya Kak, tadi cewek itu kenapa?" tanya Windi dengan serius.
Abimanyu terdiam sejenak sebelum berucap. "Namanya Ami ... Dia itu lagi sakit, ini berkaitan dengan peristiwa beberapa tahun lalu yang membuat mentalnya terganggu. Sifatnya bisa berubah menjadi anak kecil juga kadang jadi wanita dewasa. Makanya Kakak bawa kesini, pun sebagai awal pengobatannya."
Windi mengangguk paham. "Oh, sama dong kayak Kakak. Dulu nakal, pembuat onar di Kota. Pacaran, sampai punya mantan ya-" julidnya, Windi terkekeh melihat raut wajah Abimayu.
"Itu dulu ... Sekarang, Alhamdulillah. Kakak dikasi hidayah sama Allah." Abimanyu menukas.
Windi tertawa. "Iya Pak Ustad, kalau gitu Windii mau pulang duluu!" ucap Windi dengan sedikit nada. "Soalnya tadi di suruh mama, ambil air di sungaii," lanjutnya membuat Abimanyu menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
Algemene fictie"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...