⚠️Plagiat dilarang mendekat 👿
🍀 Happy reading 🌺
Sinar Senja mulai menampakan cahayanya, disebuah rumah batu sederhana terdapat seorang pria yang tengah duduk di kursi sembari membaca tulisan yang dibuat oleh istrinya.
Suasana hatinya kacau, bercampur dengan rasa rindu dalam dirinya. Entah apa yang terjadi sebenarnya, sehingga istrinya tiba-tiba pergi meninggalkan nya.
Abimanyu meremas surat yang ia pegang, memeluknya begitu erat. Disetiap kalimat yang ada dalam surat tersebut seakan melayang-layang diatas kepalanya.
Isi Surat
Kak, Ami izin pulang dulu soalnya Dokter Nisyah ingin melakukan tes bulanan di rumah Papa. Niatnya Ami pengen minta izin secara langsung tapi sepertinya kakak sibuk berbincang dengan Najwa. Oh iya, Ami minta maaf jika Kakak merasa Ami itu durhaka kepada kakak. Ami sayang kakak, sayang banget tapi jika kakak ingin berp0lig4mi maafkan Ami. Kurasa Kakak bakalan mengerti maksud Ami. Ami pergi yah Bi, Assalamualaikum.
"Ami ...," lirihnya memeluk kertas tersebut.
Yaps, seusai pulang dari masjid, Ami langsung mengemasi barang-barangnya, mengajak kedua orangtuanya untuk pergi tanpa menjelaskan apa yang terjadi kepada dirinya.
Kini ia tengah berbaring di atas jop mobil, mengeluarkan segala emosinya yang tak terkontrol. Deburan air mata terus saja mengalir, Wulan yang melihatnya hanya terdiam kaku. Bagaimana tidak, putrinya pergi menemui suaminya tapi setelah ia kembali tiba-tiba saja ia terisak tangis dan langsung mengemasi barang-barangnya.
"Nak, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Wulan saat ia melihat kondisi Ami yang sudah sedikit membaik.
Sangat sulit bagi Ami untuk menjelaskan segalanya, lidahnya keluh, kaku dan tenggorokannya sakit menahan perih didalam dada.
"Ma," lirih Ami sembari mengeratkan pelukannya.
Melihat putrinya terpukul membuat Dirham langsung mengetik beberapa kalimat lalu mengirimkannya kepada menantunya.
Hari mulai gelap, membuat Abimanyu segera kemasjid, mencurahkan segala keluh kesahnya kepada sang kuasa setelah itu ia berangkat ke salah satu pondok pesantren yang tak jauh dari desa.
Usai melaksanakan shalat Isyah, Abimanyu kembali mengisi kajian yang sudah ditentukan berdasarkan jadwalnya.
Tepat jam sepuluh malam, ia pulang dari pondok pesantren. Cuaca yang mendung, sesekali terlihat kilat dari jauh yang di iringi dengan rintik hujan yang tidak terlalu deras.
Dingin, hanya itu yang terlintas dalam pikirannya. Sesampainya didepan rumah, Abimanyu menghela nafas panjang, memikirkan senyum manis yang akan ia lihat saat membuka pintu rumahnya.
"Assalamualaikum," salam Abimanyu tersenyum.
Keadaan rumah sangat sepi, membuat Abimanyu terdiam. Sesaat ia mengingat kejadian tadi yang membuat ia langsung masuk kedalam kamarnya.
Bayangan Ami yang serius nonton sambil tertawa ria di atas kasur membuat Abimanyu meraba tempat tidur istrinya. Setitik air matanya keluar. Rasa rindu menyelimuti hatinya.
"Dek, kuharap bertemu dengan Dokter Nisyah itu benar," gumam Abimanyu memeluk bantal yang biasa dipakai istrinya.
***
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya mereka sampai di kediaman Sanjaya. Disana sudah ada Dokter Nisyah.
Sanjaya langsung membopong putrinya ke dalam. Melihat Ami yang tak sadarkan diri membuat Dokter Nisyah heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
Narrativa generale"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...