Part 32

109 13 5
                                    

Waktu berlalu begitu saja, tidak terasa sekarang Joohyun sudah beranjak naik ke kelas tiga, kelas yang menjadi penentu langkah Joohyun selanjutnya.

"Yah gak sekelas." Seorang pria tinggi mendengus sebal di depan Mading yang namanya tertera di sana. Pria itu melirik perempuan di sampingnya dengan wajah yang masih cemberut, "Kita kenapa harus pisah sih? Kenapa gak sekelas aja coba?"

"Seokjin, ini udah kelas tiga, kita harus benar-benar fokus, lagian siswa kelas kita udah kebanyakan, makanya harus dimekarin."

Seokjin lagi-lagi tidak senang dengan jawaban wanita di sampingnya ini, "Tapi Joo, ah sudahlah." Dia mengurungkan niatnya untuk berbicara.

Joohyun tersenyum geli, ia mencubit gemas pipi Seokjin, "Gak usah kayak anak kecil, udah kelas tiga, malu sama umur." Ujarnya sembari terkekeh.

Seokjin menatap wanita mungil di sampingnya dengan tatapan sebal, "Kamu rela pisah sama aku?"

Terbesitlah satu ide jail di otak Joohyun, "Rela-rela aja sih."

Dan benar saja, sebuah tatapan tajam berhasil ia dapatkan, "Tapi oke sih, aku juga sekelas sama Minji, lumayan cuci mata."

Kali ini gantian Joohyun yang kesal, ia mencubit asal pinggang Seokjin sampai yang punya mengaduh kesakitan.

"Ampun, aku bercanda."

Fyi, Minji adalah salah satu siswi populer di sekolah, dia aktif organisasi, walaupun kecantikannya masih berada di bawah Joohyun, namun ia sangat populer di kalangan siswa laki-laki.

"Awas kalo centil." Joohyun menyikut pelan perut Seokjin diikuti oleh wajah sebalnya.

Seokjin terkekeh pelan, kemudian mengajak Joohyun untuk melihat-lihat kelasnya.

______

Dua bulan telah berlalu, hubungan Seokjin dan Joohyun tidak pernah berubah, justru semakin lengket, yaa walaupun intensitas bertemu mereka jauh lebih sedikit dari sebelumnya, namun mereka mengakalinya dengan hampir tiap hari bertemu di kantin, karena jarak kelas mereka yang lumayan jauh.

Seokjin mengangkat tangan memanggil gadis mungil yang sudah dari tadi ia tunggu kedatangannya itu, "Sini!" Ungkap Seokjin.

Gadis mungil itu tersenyum menampakkan deretan gigi rapinya, kemudian berlari kecil menghampiri orang yang memanggilnya.

"Sorry telat, tadi tuh ibu Jung keluarnya lama banget, lagi ngomelin woojin dia, haha lucu banget tadi tuh."

Seokjin terkekeh mendengar cerita Joohyun yang begitu antusias, "Emang kenapa bisa dihukum?"

"Dia tidur di kelas terus ngigo mau jadi Harry Potter, hahaha lucu banget pokoknya." Joohyun tak henti-hentinya tertawa mengingat kejadian tadi.

Seokjin tersenyum senang melihat Joohyun yang masih antusias bercerita. Joohyun yang menyadari sudah terlalu excited, langsung menatap Seokjin dengan malu, "Eh sorry sorry, dari tadi cerita aku terus yang didengar, cerita kamu gimana? Ceritain dong orang-orang kelas kamu."

Seokjin mendengus pelan, "Gak ada yang seru, biasa aja."

"Kok gitu?"

"Dimana-mana jadi biasa aja karena gak ada kamu, gak ada Yoongi, gak ada Seulgi sama Wendy, terus gak ada Woojin yang di kelas kamu itu, jadi ya, biasa aja."

Joohyun tertawa pelan, "Kenapa Woojin dibawa-bawa coba? Kamu gak cemburu ke Woojin kan?"

Seokjin lagi-lagi tersenyum, "Ya enggak, aku justru seneng, dia bisa bikin cewek aku ketawa, jadi gak bosen di kelas baru."

Pipi Joohyun memerah, sudah jadian lama, tapi dia masih salah tingkah saat Seokjin menyebutnya "Cewek aku" padahal emang iya ya, kenapa harus salting coba.

"Oh iya, tadi aku udah pesen, hari ini menunya sama kayak Senin lalu, pasti kamu suka deh." Ujar Seokjin.

Joohyun mengangguk dengan sangat antusias, "Thank you..." Ucapnya.

"Kalo merasa bersyukur banget gitu, nanti sore temenin aku jalan bisa kali."

"Ke mana?"

"Nonton, ada film baru, aku mau ajak kamu dari Minggu lalu, tapi kayaknya kamu sibuk sama kerkel, jadi gak jadi."

Joohyun memainkan jarinya di dagu Seokjin, "Ulu ulu, tumben cowok aku pengertian."

"Eh sorry nih ya, aku hampir selalu pengertian tauu."

"Iyaa deh, karena kamu udah mau ngertiin aku, jadi hari ini tiket bioskopnya aku yg beliin, gimana?"

"Gak mau lah, enak aja. Aku yang ajak, aku yang beliin dong, lagian aku belum miskin miskin amat sampai gak sanggup traktir kamu jalan." Seokjin protes.

"Masa kamu terus yang traktir?"

"Kamu tuh kangen banget berantem sama aku apa?"

Joohyun terkekeh, kalau dipikir-pikir ia juga, sudah lama sejak terakhir kali mereka bertengkar, entah kenapa belakangan ini mereka adem adem aja, saling ngertiin satu sama lain.

"Ya udah, aku nurut."

"Gitu dong, pokoknya, selama kamu sama aku, jangan harap buat ngeluarin duit."

"Enggak Seokjin, aku cuma nurut kali ini aja, lain kali engga, aku punya uang, gak harus kamu yang bayarin tiap kita jalan, lagian itu masih belum jadi uang kamu, itu uang orang tua kamu, masa kamu habisin buat aku?"

Seokjin baru mau membantah perkataan Joohyun, namun segera dipotong oleh Joohyun, "Seokjin.?"

"Iyaa iyaa, aku nurut deh."

"Bagus."

Percakapan mereka terpotong karena ibu Kantin sudah menghidangkan makanan yang mereka pesan.

____

TBC .

Love Never Changes (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang