Part 24

506 59 30
                                    

Seokjin baru keluar dari pagar rumahnya, ia menampakkan ekspresi terkejut pasalnya Joohyun sudah berada di luar menunggunya.

"Kamu ngapain di sini?"

"Ngapain lagi? Nungguin kamu lah." Joohyun cemberut.

"Emang mau ke mana?"

"Ngga lihat aku pake seragam? Ya sekolah lah." Joohyun sebal pasalnya Seokjin tidak mengerti maksudnya.

"Iyaa tahu, emang udah sembuh?"

"Kalo aku belum sembuh, aku ga mungkin kan berdiri di sini?"

"Oh iya juga sih." Seokjin mengangguk.

"Udah ah, ayo berangkat." Joohyun menyeret tangan Seokjin.

"Tunggu dong, aku ambil motor dulu." Ujar Seokjin sembari memperlihatkan kunci motornya.

"Ya udah, aku tunggu sini."

Tak lama, Seokjin datang, bukan dengan motor kesayangannya, melainkan menggunakan mobil yang sangat jarang sekali ia gunakan.

"Loh? Kenapa pake mobil."

"Lagi pengen pake mobil aja, kenapa sih? Ribet banget."

Joohyun memicingkan matanya, "Cih, bilang aja khawatir, padahal aku udah sembuh kok, pake motor pun ngga masalah."

"Dih dih, geer banget, tolong ya buk, kepedeannya dikurangin dikit, malu tahu." Seokjin mengejek Joohyun.

"Nyebelin." Gerutu Joohyun seraya membuka pintu mobil.

Di dalam mobil, Joohyun melihat bantal empuk ditempat duduknya, Joohyun tersenyum.

"Apa senyum-senyum?" Seokjin salah tingkah.

"Ini bantal buat apa?"

"Itu... Hmm itu, oh iyaa, udah lama di situ kok, ngga tahu siapa yang narok." Seokjin berusaha mengelak padahal ia sengaja meletakkan bantal itu di tempat duduk Joohyun takut-takut jika tulang ekor Joohyun masih sakit.

"Udah masuk, mau di situ terus?" Lanjut Seokjin.

Joohyun lagi-lagi tersenyum, "Iya iya, galak."

"Pake sabuk pengaman."

"Iyaa, bawel."

Setelah itu Seokjin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, Joohyun melirik Seokjin melalui sudut matanya.

"Seokjin, makasih."

"Untuk?"

"Catatannya, aku tahu kamu yang nulis." Joohyun tersenyum.

"Sok tahu ba..." Belum sempat Seokjin melanjutkan bantahannya, Joohyun sudah lebih dulu memotong.

"Pesawat kertas, ada tulisan kamu kan? Kamu tuh kalo mau bohong ya pinteran dikit kek, ckck." Joohyun menggelengkan kepalanya sembari berdecak.

Seokjin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Itu... Sebenernya, nggak gratis."

"Jadi kamu mau minta imbalan?"

"Iya dong, aku udah capek-capek nulis."

"Sedetik yang lalu, aku sempet terharu loh Seokjin, tapi aku lupa kalo kamu itu Kim Seokjin, aku yang terlalu berharap." Joohyun cemberut.

Love Never Changes (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang