Happy reading...
Seokjin sedang menunggu Joohyun di atas motornya, tidak selang beberapa menit, keluarlah Joohyun dengan seragam sekolah lengkap dengan tas ransel bawaannya.
Seokjin memperhatikan Joohyun sejenak, hal itu membuat Joohyun salah tingkah, "Kenapa sih lihat-lihat? Siniin helmnya." Ujar Joohyun sembari mengambil helm di tangan Seokjin.
Seokjin manggut-manggut, "Berarti mogok ngomongnya udahan ya?"
"Kenapa? Mau aku mogok ngomong lagi?" Keluh Joohyun.
Seokjin segera menggeleng cepat, "Nggaklah, kamu ga cocok diem, jadi tambah jelek." Ejek Seokjin.
Joohyun menjitak helm Seokjin, "Kebiasaan, kalo ngomong ga pernah pake filter." Lagi-lagi Joohyun mengeluh.
"Nah ini, ini dia Bae Joohyun, si tukang pukul dan si tukang ngomel, pertahankan ya." Seokjin terkekeh pelan.
Joohyun tidak habis pikir, "Ada ya manusia suka dipukul sama diomeli? Aneh."
"Yang lain ga boleh, tapi kalo kamu pengecualian haha."
"Aku ngerti, biar kamu ngerasa menang kan karena berhasil bikin aku marah?"
"Yap, tepat sekali, itu sebenarnya tujuanku, kalo kamu ga marah, goals ku jadi ga kecapai dong, ya kan?"
Joohyun menghembuskan nafasnya perlahan, berusaha menetralkan emosinya, ya, bersama Kim Seokjin, kesabaran Joohyun selalu teruji.
"Dah, ayo naik, aku ga mau telat gara-gara kamu." Lanjut Seokjin.
Joohyun mendumel pelan, "Siapa tadi yang ngajak ngobrol, nyebelin."
"Kau bilang apa?"
"Aku bilang kau tampan."
"Oh, makasih, tumben?"
"Ya ya ya, cepetan jalan." Joohyun memutuskan untuk menghentikan obrolan mereka, karena Joohyun tahu, itu tidak akan pernah selesai.
"Pegangan yang erat tuan putri, kita akan segera meluncur."
Joohyun memegang bahu Seokjin, Seokjin mengeryitkan alisnya, "Perasaan kemarin ga pegang bahu deh." Ucap Seokjin.
Joohyun terbatuk-batuk mendengarnya, "K-kenapa? Pelukanku nagih banget ya?"
"Ngga sih, cuma mau ingetin aja, aku mau ngebut." Tanpa aba-aba Seokjin segera melajukan motornya, Joohyun yang terkejut tanpa sadar memeluk Seokjin dari belakang.
Seokjin tersenyum di balik helmnya, Joohyun yang mulai sadar, hendak melepaskan tangannya, namun segera ditahan Seokjin.
"Pegangan yang erat." Ucap Seokjin.
Joohyun yang mendengar itu lantas tersenyum, sangat manis, untung saja Seokjin tidak melihatnya.
___
Sesampainya di sekolah, Joohyun dan Seokjin kali ini berjalan beriringan untuk masuk ke dalam kelas, hal yang sangat langka sekali terjadi, namun di pertengahan jalan, seseorang memanggil Seokjin.
"Pagi Seokjin." Ucapnya.
"Oh, pagi Yuki." Jawab Seokjin seadanya.
Joohyun mendengus sebal, "Aku ga disapa?" Tanya Joohyun sedikit penekanan.
"Oh, hai... Pagi Bae Joohyun."
"Pagi juga Yuki, ya udah, mau masuk kelas kan? Ayo bareng aku." Ujar Joohyun sembari merangkul tangan Yuki dan beranjak menjauhi Seokjin.
Seokjin menjadi bingung melihat tingkah Joohyun beberapa waktu belakangan ini, tanpa Seokjin sadari, bahkan Joohyun sendiri juga tidak menyadarinya, sebenarnya Joohyun sedang dalam mode tidak rela kepunyaannya (?) direnggut oleh orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Never Changes (Revisi)
Teen FictionCeritanya beda dari sebelumnya. 🔥JINRENE AREA🔥 Proses revisi, ceritanya berbeda ya dari sebelumnya... Sinopsis : Pernah ngerasain punya tetangga jail, suka usil, dan ga pernah seharipun ga gangguin lo? Joohyun merasakan hal itu, hampir setiap hari...