Part 17

489 66 23
                                    

Happy reading...

Seokjin POV.

Dulu, aku benar-benar tidak menyukai ide orang tuaku untuk pindah rumah, aku benci harus beradaptasi dengan orang baru, aku terlanjur nyaman dengan kehidupan lamaku, sampai aku bertemu dengannya, dia yang membuatku mempunyai alasan untuk menyukai kepindahanku ini.

Bae Joohyun, dari namanya saja aku sudah menyukainya, *eits lebih tepatnya menyukainya karena bisa kujahili setiap hari, haha.

Belakangan ini, si pendek itu suka sekali tersenyum bodoh di depan ketua OSIS yang sok kegantengan itu, kalau dibandingkan dengan aku, dia tidak ada apa-apanya.

Hari ini aku berniat mengisenginya lagi, aku ingin melihatnya mengomel, tapi anehnya, hari ini dia tidak meresponku, dia pergi dengan cueknya, aku tentu saja kebingungan.

"Temanmu kenapa?" Tanyaku kepada Wendy.

"Bukan urusan lo, lo urusin aja itu si anak baru yang suka nempel sama lo itu, jangan urusin temen gw lagi." Ketus Wendy padaku.

Aku benar-benar tidak mengerti, sebenarnya salahku apa, dan anak baru? Oh iya, aku lupa menjelaskannya, sekarang di kelas kami kedatangan siswi baru, pindahan dari Jepang, namanya horiko Yuki, dia anak yang baik, dan benar dia selalu bertanya padaku tentang sekolah ini, tapi kalau dipikir-pikir kami tidak sebegitu dekatnya. Tunggu... Apa hubungannya anak baru itu sama perubahan sikap Joohyun? Aku masih tidak mengerti.

"Dasar ga peka." Kali ini Seulgi yang menyahut.

"Gw salah apa sih?"

Tiba-tiba dapat kurasakan tepukan bahu dari belakang, "Seokjin, bisa kau ajak aku berkeliling?" Ternyata itu Yuki.

Aku mengangguk, "Tentu, ayo." Jawabku.

Baru beranjak sedikit, Joohyun datang, aku hendak menyapanya, namun dia menatapku tajam, "Hey pendek, kau kenapa sih? Ada masalah? Ooh, kau sedang kedatangan tamu bulanan ya?" Ucapku padanya.

Dia lagi-lagi tidak menjawab, dan langsung saja menerobos untuk mengambil sesuatu di tasnya, kemudian ia pergi lagi.

"Dia kenapa sih?"

"Oh, Yuki, ayo, aku akan mengajakmu berkeliling."

Aku memutuskan untuk mengajak Yuki berkeliling sekolah, menunjukkan kepadanya tempat-tempat apa saja yang ada di sekolah.

"Nah, di sini kantin, makanannya enak-enak, kau bisa ke sini kalau lapar hehe, ayo." Aku mengajak Yuki untuk duduk di salah satu kursi.

"Kau tunggu di sini ya, aku pesan makanan dulu." Ku lihat Yuki mengangguk mengiyakan.

Aku melangkah menuju bibi kantin, namun di sana ternyata sudah ada Joohyun dan si ketua OSIS, entah kenapa aku sangat tidak suka melihat kedekatan mereka.

"Permisi, jangan halangi jalan orang." Ketusku.

Joohyun menatapku tajam, apa arti dari tatapan itu? Kenapa dia selalu memberiku tatapan tajam, sedangkan selalu menatap ketua OSIS itu dengan tatapan lembut? Dasar tidak adil.

Dia hanya menyingkir dari antrian, ia tidak mengeluarkan kata-kata bantahan sama sekali, sejak kapan Bae Joohyun menjadi sepenurut itu?

Ku akui, aku merindukan omelan Joohyun, tapi hari ini dia sangat berbeda, bukan Bae Joohyun yang aku kenal.

Aku selesai memesan makanan kami, di saat berbalik, aku dikejutkan dengan tatapan horor Wendy dan Seulgi, "Astaga! Kalian berdua kenapa sih?"

"Bukan urusan lo, sana, urusin aja itu si murid baru." Ucap Wendy

Aku hanya bisa menggeleng tidak percaya, "Dasar ga peka." Lagi-lagi Seulgi mengataiku tidak peka.

Hari ini benar-benar hari yang aneh, sepulang sekolah, seperti biasa, aku menunggu Joohyun di parkiran, karena kami sepakat untuk pulang bersama seperti biasanya.

Aku tersenyum melihat kedatangan Joohyun, "Lama banget sih? Panas nih." Ucapku.

Lagi-lagi dia tidak merespon, ia langsung mengambil helm di tanganku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aku menahan helm yang akan ia ambil, "Kau kenapa sih dari pagi tadi mendiamiku terus?"

Lagi-lagi dia tidak menjawab.

"Kita ga akan pulang sebelum kau menjawabku."

Bukannya menjawab, dia malah mulai beranjak pergi, aku menahan tangannya, "Mau ke mana?"

Lagi-lagi tidak menjawab, "Kau bisu ya?" Lagi-lagi dia tidak menjawab, "Kau mogok bicara padaku?" Dan akhirnya dia mengangguk.

What? Ini apa sih? Aku sungguh tidak habis pikir dengan si pendek ini.

"Kenapa? Aku salah apa?"

Dia lagi-lagi tidak menjawab, "Oh iya, kamu lagi mogok ngomong ya, ya udah, ayo pulang." Aku akhirnya menyerah, aku akan memberinya waktu, mungkin sekarang dia sedang tidak mood bicara padaku.

Aku mulai melajukan motorku, sampai di gerbang sekolah, aku melihat Yuki masih berada di sana, aku menghentikan motorku.

"Yuki, kenapa belum pulang?" Tanyaku.

"Aku menunggu jemputan." Jawabnya.

"Ohh, ya sudah, kalau begitu, kami duluan ya." Ucapku berusaha ramah.

"Uhm, Seokjin... Bisakah kau menunggu sebentar saja? Aku takut di sini sendiri."

Aku bingung harus menjawab apa, di satu sisi aku mengasihani siswi baru itu, dan di satu sisi, aku merasa tidak enak dengan Joohyun. Tiba-tiba, seseorang yang katanya mogok bicara tadi mulai mengeluarkan suaranya.

"Maaf Yuki, kami harus segera pulang, begini saja, aku panggilkan pak satpam aja ya? Dia bisa nungguin kamu sampai jemputan datang, pak satpam bukan orang jahat kok, dan di sekitar sini juga aman, ga ada penjahat, kamu tenang aja ya." Ucap Joohyun, aku menatapnya bingung.

"Tunggu apa lagi? Ayo jalan." Ucapnya lagi.

"Mogok ngomongnya udahan?"

"Jalan atau aku turun?"

Aku tersenyum mendengar omelan Joohyun, akhirnya Bae Joohyun yang aku kenal sudah kembali.

"Pegang yang erat, aku mau ngebut."

Kurasakan tangan Joohyun memelukku dari belakang, ada apa ini? Biasanya dia tidak pernah seperti ini, dia hanya akan memegang bahuku kalau ku suruh pegangan.

"Yuki, kami duluan ya." Ucapku, kemudian aku mulai melajukan motorku.

Sesampainya di depan rumah Joohyun, aku kembali menggodanya, "Nyaman banget ya pasti, sampai ga mau lepas gitu pelukannya."

Joohyun yang mulai tersadar, langsung turun dan melepaskan helmnya.

"Enak aja! Pulang sana." Ucapnya.

Sepertinya dia malu, haha, lucu sekali. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa menoleh ke belakang sama sekali, aku tersenyum menatap punggungnya.

"Adek gw cantik ya?"

"Iyaa, cantik..." Jawabku tanpa sadar.

Sedetik kemudian, aku merasakan helmku ditepuk, "Ya iyalah, adek gw! Itu ilernya hapus dulu." Ternyata orang itu bang Minho.

Dan, bisa dibayangkan betapa  malunya aku??? Bisa-bisanya ketahuan bang minho?
Aku benar-benar salah tingkah, dan langsung saja menjalankan motorku secepat yang aku bisa untuk kembali ke rumahku, lebih tepatnya untuk menyembunyikan rasa maluku.

Seokjin POV end...


TBC...

Love Never Changes (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang