Part 8

613 70 12
                                    

Happy reading...

Joohyun diintrogasi oleh guru seakan-akan memang benar ia pencurinya.

"Saya harus bilang berapa kali pak? Saya ga mencuri, apalagi ponsel itu, kalau saya mau, saya masih mampu membelinya sendiri, jadi buat apa saya mencuri?"

"Terus kenapa ponsel itu bisa ada di dalam tas kamu?" Tanya pak guru sembari menatap tajam Joohyun.

Joohyun tidak gentar, karena memang dia tidak merasa pernah mencuri sesuatu. Ia sedikit mengacak rambutnya frustasi.

"Saya tidak tahu, ini jebakan. Ada yang menjebak saya." Ungkap Joohyun.

"Siapa yang mau menjebak kamu Joohyun, sudahlah, mengaku saja, kalau kamu mengaku, setidaknya hukuman kamu akan lebih ringan, ini tidak akan di bawa ke jalur hukum."

Joohyun menatap tak percaya pak gurunya, bagaimana bisa pak guru langsung mengatakan kalau ia bersalah, hanya karena bukti yang tidak masuk akal itu.

"Saya seharian memasak bapak, dan setelah memasak, saya tertidur di bawah pohon besar di belakang sana, saya kembali lagi sebelum makan malam, jadi kapan waktunya saya mencuri? Joohyun masih berusaha menjelaskan.

"Dia bohong pak, pencuri mana ada yang mau ngaku? kalau semua pencuri jujur, penjara penuh kali pak." Seseorang muncul bak biang kerok pengadu domba yang berusaha memanaskan suasana yang memang sudah panas.

Joohyun menatap tajam orang itu, kemudin memutar bola matanya malas mendengar ocehan penuh kebohongannya kepada pak guru.

"Soo ah! Aku tidak pernah mencuri ponselmu, untuk apa aku mencurinya?" Kali ini Joohyun berusaha menjelaskan pada Soo ah, mana tahu dia bisa mengerti.

Namun, nihil. Tidak ada orang di sana yang mempercayai ucapan Joohyun.

Sekarang, Joohyun hanya bisa terdiam, ia tidak bisa melakukan apa-apa, tidak ada yang mempercayainya. Di saat Joohyun kebingungan, dan mulai putus asa, Joohyun merasakan seseorang duduk di sampingnya, dan menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Seokjin, kenapa kau di sini?" Tanya pak guru pada Seokjin, namun tidak digubris olehnya. Pandangan mata Seokjin masih tertuju pada Joohyun.

"Kenapa hanya diam dan tidak membela dirimu?" Itu kata pertama yang Seokjin keluarkan.

"Air liurku sampai berbusa menjelaskannya, dan tidak ada yang percaya."

"Aku ngerti." Ujar Seokjin kemudian beralih menatap dua orang di depannya dengan tatapan tajam.

"Jadi... kau!" Seokjin menunjuk Soo Ah.

"Aku Soo Ah, Seokjin. Masa kau lupa namaku?" Soo Ah sedikit protes.

"Aku ngga peduli siapa namamu, jam berapa ponselmu hilang?"

"Itu... Umm, aku tidak ingat."

Seokjin mengangkat sudut bibirnya, dan kembali berucap, "Kenapa kau gugup sekali? Tenanglah..." Ujarnya.

"K-kau mencurigaiku Seokjin?" Kali ini Soo Ah tidak berani menatap mata Seokjin.

Seokjin berdecak, dan mengeluarkan Smirk nya. "Kau gagap, kenapa?"

"A-aku tidak gagap, a-aku memang seperti ini."

"Oh, begitu, kau tidak perlu takut, lagi pula aku tadi tidak bilang mencurigaimu kan? Kenapa kau suka berspekulasi?" Seokjin tersenyum karena berhasil mengintimidasi lawan bicaranya.

"Sudahlah Seokjin, jangan bertele-tele, ada apa kau ke sini?" Kali ini pak guru menimpali.

"Maaf pak, saya belum selesai." Seokjin kembali menatap tajam Soo Ah, dan melanjutkan kata-katanya.

"Seharian, Joo memang memasak, dan kemudian tertidur di pohon besar di belakang sana, saya dapat menjamin hal itu, karena saya melihatnya sendiri, saya ada di sana menemaninya." Ungkap Seokjin, kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto.

Karena penasaran, Joohyun pun ikut melihat foto itu. Matanya terbelalak melihat foto itu dan memukul bahu Seokjin.

"Yak! Kau mengambil foto jelekku?" Kesal Joohyun.

Seokjin tersenyum tanpa rasa bersalah pada Joohyun. Ia kemudian melanjutkan kata-katanya.

"Awalnya, foto itu akan saya jadikan bahan untuk menjahili Joo Pak, saya tidak menduga akan keluar di saat seperti ini." Seokjin memasang wajah kecewanya, dan mendapatkan lirikan tajam dari Joohyun.

"Foto ini tetap saja tidak bisa membuktikan kalau Joohyun tidak berasalah."

"Bapak lihat jam saya mengambil foto itu, jam 16.35 itu berarti pada jam itu, Joohyun masih di sana, di bawah pohon itu. Kemudian sekitar jam lima sore, Wendy dan Yoongi datang, dan setelah itu saya pergi. Kalau bapak tidak percaya, bapak boleh panggil Wendy ke sini."

Wendy dan Yoongi dipanggil untuk menghadap guru. Pak guru langsung bertanya pada Wendy.

"Ia, benar pak, dan setelah itu saya selalu bersama Joo, jadi kapan waktunya dia mencuri?" Jawab Wendy seadanya.

"Bisa jadi kan sebelum itu?" Soo Ah yang mulai merasa terancam, langsung menyahuti.

"Sebelum itu, sekitar jam berapa?" Tanya Seokjin.

"Mana aku tahu?"

"Dari jam 11 sampai jam 2, Joohyun memasak bersama Wendy, benar kan Wen?"

"Iya, benar, kalau kalian tidak percaya saya, bisa tanyakan pada Bu guru, beliau yang mendampingi kami tadi." Jawab Wendy cepat.

"Kemudian, jam 2 sampai jam 5 dia ada di pohon, setelah itu, Joohyun tidak pernah berpisah dari Wendy sampai jam makan malam, lalu, kira-kira jam berapa ya Joohyun mengambil ponsel milikmu Soo ah?" Seokjin tersenyum menatap Soo Ah yang kebingungan.

"Mungkin sebelum jam 11!" Soo Ah berusaha membantah lagi.

"Sebelum jam 11 ya... Yoon, jam berapa kau lihat dia sedang memainkan ponselnya?" Kali ini Seokjin beralih menatap Yoongi.

Yoongi mengangkat sudut bibirnya, "Umm, tadi aku melihatmu bicara pada Min woo, eh, sebenarnya aku juga mendengarnya sih, hehe. Maaf kalau menguping, itu... Ku rasa sekitar jam 11, kau masih memegang ponselmu pada saat itu."

"Kau berbohong! Kalian pasti bersekongkol untuk menjebakku!" Teriak Soo Ah frustasi.

"Hey... Tenang dulu, kita belum selesai... Jadi Yoon, mereka bicara apa? Min woo dan Soo ah?" Ujar Seokjin.

Lagi-lagi Yoongi mengangkat sudut bibirnya.

"Dia memarahi Min woo karena menyukai Joohyun, padahal selama ini Soo ah menyukai min woo." Jelas Yoongi yang mendapatkan tatapan terkejut dari orang yang berada di sana.

"Kalau begitu, sekarang, kita panggil Min Woo ke sini." Sambung Seokjin.

Min woo pun datang, dan langsung di berikan beberapa pertanyaan.

"Iya, itu benar pak, Soo ah... Dia, memang menyatakan cintanya pada saya pak, tapi saya menolaknya, karena saya tidak menyukainya."

Merasa di sudutkan, Soo Ah pergi meninggalkan tempat itu, sembari melirik tajam Joohyun.

"Maafkan bapak Joo, bapak sudah salah menuduh kamu." Ucap pak guru.

Joohyun tersenyum, kemudian berkata, "Ga apa-apa pak, saya mengerti." Ujarnya tanpa ada rasa dendam sedikitpun.

Masalah selesai, dan Joohyun kembali ke tendanya, di dalam tenda, Seulgi, Yeri, dan Sooyoung sedang menunggu dengan harap-harap cemas, dan senyum mereka kembali setelah melihat Joohyun masuk dengan tersenyum kepada mereka.

"Kau ga apa-apa kan Joo? Kau ga terluka kan?" Seulgi bertanya dengan raut wajah cemas.

"Aku ga apa-apa, aku juga sudah terbukti tidak bersalah." Ungkap Joohyun.

"Gimana bisa?" Tanya Sooyoung penasaran.

"Sudah, sudah. Joohyun sudah lelah, biarkan dia istirahat. Besok akan menjadi hari yang panjang untuk kita." Timpal Wendy.

Malam itu, Joohyun tidak bisa tidur. Dia bingung bagaimana cara mengucapkan terima kasih kepada Seokjin karena telah banyak membantunya.

...

TBC...

Love Never Changes (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang