Happy Reading🍩
.
.
.
.
Typo berhamburan!
.
.
Kazuna masuk kedalam kamar si bungsu. Anak itu terlihat lalap dalam tidurnya, rasanya ingin tertawa melihat kondisi anaknya seperti itu, terlilit selimut seperti pocong....eh lontong.
"Sayang bangun." Panggilnya lembut.
"Lima menit lagi." Ucap anak itu lirih. Rasanya sangat nyaman dan hangat di dalam selimut.
Ia masih mengantuk.
"Ada yang ingin bertemu, ayo bangun dulu." Kazuna mencoba merobohkan selimut yang menggulung tubuh anaknya itu.
Kelakuan Victor sangat diluar nalar.
"Masih mengantuk, nanti saja." Ucap Gabrio dengan kesal. Ia kembali mencari sumber kehangatan yang telah disingkirkan darinya.
"Tidak bisa, ayo cepat bangun! " Mau tak mau Kazuna membangunkan tubuh anaknya secara paksa.
"Gendong~" Anak itu sudah merentangkan tangannya. Kazuna yang melihat itu segera menggendong Gabrio ala koala. Agak berat memang tapi masih bisa ia tahan.
"Cuci muka dan gosok gigi dulu, oke?" Ucap Kazuna diangguki oleh sang anak.
"Memang siapa yang datang?" Tanya Gabrio disela menyikat gigi.
"Coba tebak, hum?" Kazuna gemas dengan pipi anaknya yang gembil itu. Ingin ia cibit tapi takut si empu menangis dan berakhir ngambek padanya.
"Kak Zio?" Tebak Gabrio.
"Um..um...salah." kazuna menggelengkan kepalanya, membuat anak itu kembali berpikir keras.
"Sudah cepat selesaikan, kita akan segera ke ruang keluarga, mereka pasti sudah menunggu lama." Kazuna segera membantu anaknya membersihkan muka.
Setelah dirasa selesai Kazuna menggandeng Gabrio untuk di bawa ke kamar Xavier. Ia memang belum menengok anaknya yang satu itu.
"Ajak kakak mu untuk segera kebawah, oke. Mama mau ke kamar kak Kenzo." Ucap Kazuna diangguki sang anak.
Gabrio lebih memilih membangunkan Xavier ketimbang ikut ke kamar kakak sulungnya yang menyeramkan itu. Dengan perlahan ia masuk ke kamar kakaknya yang tidak terkunci.
Ceklek
"Misi paket." Ucapnya mengikuti suara tukang paket yang sering mengantar barang pesanan online milik kakaknya. Namun akhir-akhir ini tukang paket itu jarang sekali datang mengantarkan paket ke sini. Kalau tidak salah hanya empat kali antar, dan setelahnya tidak pernah kembali lagi.
"Kakak...main yuk." Ucapnya namun tidak ada respon sama sekali. Ia semakin maju menuju sangkar milik Xavier, namun kosong tidak ada sosok yang dicarinya, hanya ada selimut yang sudah berantakan saja.
"Kok nggak ada?, apa sudah turun duluan huh?" Ia Merasa kesal karena ternyata sudah ditinggal, liat saja ia akan ngambek dan meminta lego limited edition keluaran tahun ini sebagai syarat permintaan maaf.
"Huh jahat, aku ditinggalkan." Keluhnya dengan berkacak pinggang. Jika sudah seperti ini mau bagaimana lagi?, ia akan turun sendirian.
Deg
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Teen FictionMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...