Part 37 : Mancing...Emosi

176 7 0
                                    

Happy Reading 🍅
.





.





.

Perempuan dengan manik madu itu terlihat lebih baik daripada sebelumnya. Lehernya yang sebelumnya terasa kaku kini mulai bisa digerakan, meskipun masih terbatas. Kecantikanya benar-benar tidak luntur meskipun sedang sakit.

Masih di tempat yang sama seperti pertama kali ia sadar, namun yang membedakan kini ruang rawatnya sedikit lebih ramai. Sosok pria dengan topi fedora duduk di sampingnya dan terus mengucapkan rasa syukur.

"Aku sangat takut kehilangan bidadariku untuk kedua kalinya."

"Terima kasih sudah mau berjuang, Joana." Pria berumur yang sayangnya masih terlihat seperti bujangan nampak meneteskan air matanya.

"Aku tidak papa." Perempuan yang diketahui bernama Joana itu turun menggenggam tangan pria di sampingnya, ya pria itu adalah ayahnya, orang yang selalu berada disampingnya hingga ia bisa tumbuh menjadi perempuan yang kuat.

"Ayah sudah menemukan dalang dibalik kecelakaan itu. Ayah pastikan mereka semua akan merasakan panasnya neraka dunia!" Ucapnya dengan penuh kesungguhan.

"Permisi tuan, anda sudah ditunggu." Seorang pengawal memberikan instruksi kepada sang tuan agar segera menemui seseorang yang sudah menunggunya.

"Tunggu sebentar." Pria itu mengecup kening Joana lalu segera melenggang pergi, menyisakan Joana sendiri lagi di ruangan serba putih.

"Apa dia baik-baik saja?"

♧♧♧


Disinilah Gabrio berada pada siang hari yang cukup terik, duduk di gazebo taman belakang sambil menikmati es kelapa muda. Anak itu nampak santai sesekali mengamati sepupu sengkleknya yang sedang sibuk memancing ikan di kolam milik pamannya alias daddynya Brannen alias Jerdan.

"Tangkapkan yang besar untuk ku!" Teriaknya sedikit keras agar sang sepupu dapat mendengarnya.

"Boleh tapi bayar!" Teriak Brennen diujung sana, sebenarnya jarak antara kolam ikan dan gazebo tidaklah jauh tetapi karena kolam ikannya yang sangat besar membuat mereka berdua harus saling teriak, karena posisi Branen lebih jauh dari Gazebo tempat Gabrio bersantai.

"Pelit sekali padahal dia orang kaya!" Gerutunya malas karena sepupunya itu begitu perhitungan padanya. Tidak asik!

Tak lama Brannen mendekat dengan membawa ikan koi yang berukuran jumbo. Lumayan bisa buat makan siang kan? "Aku akan membakarnya untuk makan siang!"

Gabrio terkejut ketika Brannen membawa ikan jumbo hasil pancingannya, apakah anak itu tidak takut dapat amarah dari daddynya? Ia pikir anak itu hanya main-main saja ternyata memang luar biasa!

"Ka-kau se-serius?"

"Apa aku tampak seperti orang dungu setelah membawa hasil pancinganku?" Brannen menampilkan raut sinisnya sambil menenteng ikan tangkapannya. Yang benar saja! Sepupunya pikir ia hanya main-main setelah berjemur dibawah matahari hampir sepuluh menit?

"Oke, tapi kau tak takut jika daddy mu marah? Secara itu ikan kesayangan miliknyakan?" Benar-benar tak habis pikir, bagaimana jika Jerdan mengamuk?

"Ck, aku hanya ambil satu, masih banyak tuh di kolam." Dengan acuh Brannen melenggang meninggalkan Gabrio yang masih bersantai di gazebo, niatnya sih ia akan membawa ikan tangkapannya ke dapur agar dimasak oleh koki.

.


.

Ditengah perjalanan langkahnya harus berhenti ketika tak sengaja mendengar perbincangan orang dewasa yang cukup membuatnya terkejut. Disana ada Kenzo yang sedang mengobrol dengan seseorang yang ia tak kenal. Dengan ke kepoan tingkat tinggi ia semakin berusaha mendengarkan obrolan mereka dengan bersembunyi di balik pilar.

AVIOTHICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang