Happy Reading🦖
..
.
.
Brannen dan Graiden baru saja datang, kedua anak kembar itu pulang dengan menenteng dua tas belanjaan masing-masing di tangan kanan dan kirinya. Dengan langkah lesunya Brannen meletakan asal tas belanjaan berisi makanan maupun cemilan.
"Dari mana saja?" Gabrio yang baru saja muncul langsung di suguhi si kembar yang duduk di ruang keluarga.
"Menjadi ajudan ibu negara," ucap Brannen sambil mengelap peluh di keningnya.
"Dimana mommy?" tanya Gabrio.
"Masih di mall," Brannen menyenderkan kepalanya di bahu sang kembaran.
"Ada susu kesukaanmu." Graiden menunjuk tas belanjaannya dengan dagunya.
Gabrio yang mendengarnyapun langsung bersemangat dan membuka tas belanjaan yang di bawa si kembar tadi. Dan benar ternyata ada susu rasa coklat, almond, dan caramel, kesukaanya.
"Makasih," ucapnya diangguki oleh si kembar.
Gabrio duduk di samping Graiden yang sedang mengelus manja surai adiknya. Dirinya memang terkesan cuek dan dingin, namun tetap saja ia memiliki sisi hangat untuk keluarganya meskipun tidak ia lakukan secara terang-terangan.
Gabrio dan Graiden memiliki kedekatan yang sedikit berbeda jika di bandingkan dengan Brannen. Ia akan lebih pendiam dan akan menyahut jika Graiden mengajaknya mengobrol, namun ia tak merasa canggung ketika berada di dekat sepupu dinginnya itu, seperti hal nya sekarang, duduk di samping si dingin tidaklah buruk.
"Jangan melakukan hal bodoh jika anak nakal ini mengajakmu!" peringat Graiden pada Gabrio.
"Hehe...yang waktu itu tidak sengaja," ucap Gabrio dengan cengirannya.
"Enak saja aku tidak nakal!" Brannen menjitak kepala sang kembaran.
Gabrio yang mellihat itu hanya bisa meringis, andai bukan Brannen yang melakukannya, pasti Graiden sudah mengamuk mencak-mencak.
"Aku ingin jalan-jalan," tak di pungkiri Brannen bisa merengek meskipun kelakuannya sebelas duabelas dengan setan.
"Kita tadi sudah berkeliling di mall." Graiden menghela napas, tidak lelahkah anak itu berkeliling hampir dua jam?
"Kalian tidak mengajak ku?" Gabrio memelas sedih karena tak diajak ke mall, padahal itu kesempatan untuk bebas dari mansion ini.
"Mama mu tidak mengizinkan mu saat kami akan berangkat tadi," ucap Brannen seraya mengejek anak itu.
"Anak kecil memang harus bobok siang," ucap Brannen sambil menjulurkan lidahnya.
"Diamlah!" Graiden menyentil bibir Brannen karena mulai membuat si bungsu berkaca-kaca.
Entahlah sekarang ia merasa menjadi lebih sensitif setelah sembuh dari demamnya. Bahkan ia siap untuk menangis jika Brannen masih saja mengejeknya lagi.
"Eh kok nangis sih?" Panik Brannen saat melihat lelehan air mata meluncur bebas dari sarangnya.
"Siapa yang nangis, ini cuma kemasukan debu," elaknya langsung menyeka air mata yang masih saja merembes.
Graiden hanya bisa menebalkan kesabarannya melihat tingkah bocah prik di samping kanan dan kirinya ini.
"Mau kemana?" tanya Brannen ketika melihat Gabrio berlari menjauh. Namun tak lama dari itu terdengar suara yang cukup renyah.
Gabrio menabrak kusain pintu!
Anak itu meringis memegangi keningnya yang terpentok, antara sakit dan malu karena si kembar menatapnya.
"Jangan dilihat!" Spontan si kembar mengalihkan pandangannya. Namun tidak dengan Brannen yang mendadak tertawa kencang, ia tak tahan saat melihat reaksi Gabrio yang menurutnya terlihat lucu.
"Jay diam lah," ucap Graiden pada kembarannya.
"Dia terlihat menggemaskan," Brannen masih tertawa sampai akhirnya tangisan Gabrio semakin keras.
"Kakak, Brannen mengejek ku!" tangisnya semakin kencang saat Brannen tak henti-hentinya tertawa.
"Dia mengejek ku!" adunya sambil menghentak-hentakan kaki dan menyeka ingusnya.
"Aku mau mama~" ia memeluk sosok didepannya dengan erat, ia sembunyikan muka sembabnya di perut kotak enam. Ia sudah kepalang malu, pasti mukanya seperti tomat sekarang.
"Kakak ayo~" rengeknya.
Sebagai kakak yang baik mungkin?, mau tak mau ia harus menuruti kemauan si bungsu. Langkah nya ia bawa ke arah dapur untuk menemukan Kazuna, memang pada saat jam-jam seperti ini Kazuna sering menghabiskan waktu di dapur, entah sekedar memasak atau membuat cemilan.
.
.
.
"Loh Kenzo, Gabrio kenapa?" Kazuna yang baru selesai mencuci tangannya tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan si sulung yang menggendong si bungsu.
Sedangkan Gabrio yang masih anteng di gendongan Kenzo mendadak tegang, apa yang ia lakukan tadi hingga bisa berada di gendongan si sulung?
Jika sudah begini ia merasa malu dan canggung, memang pada dasarnya ia yang jarang berkomunikasi dengan Kenzo, mendadak berada di situasi macam ini, sekarag ia tidak tau apa yang harus di lakukanya. Haruskah ia meminta diturunkan? Tapi tak bisa dipungkiri, ia juga merasa senang karena bisa digendong oleh kakaknya yang satu ini, meskipun tidak sengaja.
"Kok nangis kenapa hey?" Kazuna mengusap jejak air mata yang membasahi pipi anaknya.
"Brannen mengejek ku terus," adunya pada Kazuna.
Kazuna menghela napas lega, ia kira anaknya mengalami kejadian buruk, ternyata menangis karena diejek sang sepupu. Terlebih kagetnya lagi ketika Kenzo menggendong Gabrio, pasalnya mereka berdua tidak cukup dekat.
Sedangkan Kenzo hanya diam sambil menahan berat badan Gabrio yang menurutnya tidak ada apa-apanya. Apa anak ini cacingan?, ringan sekali.
"Ken, mama lupa ada pemotretan setengah jam lagi, titip Gabrio sebentar ya, bisa kan?"
"Aku harus segera kembali ke kantor."
"Bawa saja adikmu, mama yakin ia tak akan macam-macam. Jika dia bertemu dengan Brannen pasti akan kembali bertengkar," ucap Kazuna memohon. Ya anggap saja ini sebagai langkah pertama pendekatan kedua anaknya.
"Mau ya ikut kak Ken," Kazuna mencoba membujuk si bungsu yang masih bersender di bahu bidang milik si sulung.
Astaga bagaimana ini?
"Anak kicil nggak boleh nangis ya," Brannen tiba-tiba datang dengan muka konyolnya yang membuat Gabrio kembali naik darah.
"BRANNEN!" teriak Gabrio hingga melengking. Anak itu mencoba memberontak dari gendongan Kenzo hingga Kenzo sendiri pun harus menahan pungung Gabrio agar tidak terjatuh.
Brannen yang dasarnya memiliki sifat jahil semakin bersemangat untuk menggoda sepupunya yang gampang esmosian itu. Mereka berdua ini bak Tom and Jerry.
"Brannen jangan mengganggu sepupumu terus," peringat Kazuna dengan sabar. Memang menghadapi kecebong milik Jerdan harus banyak-banyak sabar.
.
.
.
Semoga suka ya...💜
Tenang aja aku double kok up nya hehe🤸♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Teen FictionMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...