Happy Reading🥯
..
.
.
Semilir angin malam ini tidak membuat Gabrio terusik. Anak itu masih asik dengan mainan barunya yang ia dapatkan dari kakak keduannya. Asik merakit sampai-sampai ia tak menyadari adanya makhluk hidup lain yang berada di dekatnya.
Sepasang mata belok terus saja mengamati aktivitas si kecil dengan mainannya. Tak ada suara, hanya diam dan mengamati. Biarkan si kecil sediri yang meyadari eksitensinya di sini.
"Susah juga ya," helaan napas berulang kali ia lakukan. Tidak seperti biasannya ia kesusahan dalam merakit lego. Tapi yang kali ini benar-benar membuatnya harus banyak-bayak bersabar.
"Ini sebenarnya ikhlas nggak sih ngasihnya! Susah banget loh."Dengan sedih hati akhirnya ia terpaksa meninggalkan rakitannya di atas meja dengan kondisi berserakan. Biarkan saja besok pasti juga ia lanjutkan lagi. Kalau tidak malas!
Baru saja balik badan dirinya dikejutkan oleh mata belok yang menatapnya tanpa berkedip. Napasnya tercekat untuk beberapa saat, jika ia berteriak pasti akan memanggil perhatian, karena ia masih berada di balkon, area terbuka.
"Kenapa burung setan ada di kamarku?!"
"Hei, pergi sana huss~" Gabrio mencoba mengusir burung hantu yang masih anteng bertengger di pembatas balkon.
"Apa iya burung setan bisa kerasukan setan? Pasif sekali."
Gabrio akhirnya membiarkan burung hantu itu berada di posisinya, diusirpun juga tidak mau kan? Dengan langkah mundur ia segera masuk kedalam kamar tanpa melepas pandangannya barang sedetikpun.
Setelah berhasil masuk kamar ia segera menutup pintu kaca dan menghalau tatapan burung hantu yang masih saja menatapnya dengan gorden.
"Merinding disko." Anak itu melihat bulu halus di tangannya mulai meremang. Namun sesaat kemudian ternyata yang membuat meremangnnya bulu tangan miliknya bukan karena takut melainkan karena, "Ini sih kebelet boker, ck." Dengan tergesa-gesa ia segera berlari ke kamar mandi untuk menuntaskan panggilan alamnya.
♧♧♧
Diatas ranjang pesakitan seorang perempuan cantik terbaring lemah dengan berbagai alat medis penunjang kehidupannya selama ia berada di dalam ruangan serba putih ini. Mata yang sudah terpejam selama satu tahun itu perlahan terbuka menampilkan manik madu miliknya.
Pandangannya meliar mengamati setiap penjuru ruangan. Lehernya terasa sangat kaku untuk sekedar digerakan, mungkin efek tidur panjangnya. Perlahan ia mulai menggerakan jemari lentiknya dan ternyata berhasil. Ia pikir tangannya akan kaku juga.
"Ternyata masih hidup ya."
Tak lama dari itu seorang pria berbaju hitam disertai earpiece terlihat begitu kaget menyadari kesadaranya. Dengan sigap ia mendekat dengan pandangan yang sulit diartikan.
"No-nona, anda-" nampaknya pria kekar itu tak mampu melanjutkan ucapannya.
♧♧♧
Setelah menuntaskan panggilan alam, Gabrio mulai menaiki ranjang empuk kesayangannya. Anak itu sudah siap menyelami alam mimpi, namun baru saja memejamkan mata, terbesit ingatan tentang burung hantu tadi. Apakah sudah pergi? Atau masih ada di sana?
Dengan rasa penasaran ia turun dari ranjang empuknya lalu mengendap mendekati pintu kaca pembatas antara kamar dan balkon. Disibaknya gorden penghalang kaca perlahan dan langsung disuguhkan oleh tatapan yang sama, saking terkejutnya ia sampai jatuh terduduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Teen FictionMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...