Part 19 : Nyesel dehh

498 23 2
                                        

Happy Reading😭
.








.








.




MAAP KALO ADA TYPO...






"Laporkan perkembanganya," ucap Victor kepada tangan kanannya itu.

"Baik tuan, saya akan mengirimkan progres pendapatan lewat email milik anda."

"Lalu bagaimana dengan pemberontak itu?" Xavier yang sedari tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan papanya, kini memulai memberanikan angkat suara. Terlebih menganai masalah tentang pemberontak.

"Saya masih mendalami kasus ini tuan," ucap Joss kepada Xavier.

"Berapa lama kau bekerja dengan pria tua itu?" Xavier berucap seraya menatap sinis Victor yang duduk di sampingnya.

Joss melirik kearah tuan besarnya yang juga ikut menatapnya. Netra mereka bertemu, tatapan tajam milik Victor seolah menusuk dirinya, dengan cepat Joss mengakhiri kontak mata dengan tuan besarnya itu.

Menyeramkan, pikir Joss.

"Sepuluh tahun," ucap Joss.

Xavier bangkit dari duduknya, lalu mendekati lelaki yang umurnya sedikit jauh diatasnya. Anak itu memandangi tangan kanan papanya dengan seksama."Kurasa kinerjamu bagus karena dia masih menahanmu sampai saat ini."

Entah apa yang merasuki tubuh tuan mudanya ini, Joss mendadak gugup saat tubuhnya dipeluk oleh Xavier. Ingin membalas namun enggan, ia cukup tahu diri. 

"Jangan sampai dia menebas kepalamu," bisiknya kepada Joss. Dan setelah itu Xavier meninggalakan ruang itu, menyisakan joss dan Victor.

♧♧♧


"Dimana tuan besar?"

"Ada di ruangannya," ucap salah satu pengawal yang sedang berjaga.

Gabrio kini hanya bisa pasrah. Ia lelah memberontak, sebesar apapun tenaganya jelas-jelas tidak bisa menandingi tenaga kuda orang yang mencengkram dan menyeret lengannya ini.

"Bisa lepaskan cekalanmu?, itu sakit." Gabrio berucap dengan lesuh. Sedangkan lelaki yang menyeretnya itu tetap saja masih mencekal tangannya.

"Pertanyaan bodoh," ucap lelaki itu. Mana ada seorang pencuri dibebaskan begitu saja?, penjara pasti akan penuh.

Sekarang mereka telah sampai di depan ruangan milik Victor. Pintu megah nan kokoh berwarna cokelat tua perlahan di ketuk dengan pelan. Tak berselang lama dari ketukan itu, seseorang mulai membuka pintu.

"Selamat malam tuan," lelaki itu memberi salam hormat dan diangguki oleh sang empu.

"Saya mendapatkan seorang penyusup di gudang senjata." Lelaki itu menyeret tangan Ganrio agar lebih dekat dengan tuan mudanya.

Sosok si pembuka pintu tadi menatap datar pada Gabrio yang sedikit kikuk. Entah kenapa anak itu menjadi kalem, padahal kelakuannya tadi sudah seperti satwa liar yang kelaparan.

"Penyusup, hm?" Xavier menatap adiknya dengan raut yang tak terbaca. Gabrio berharap kakak kesayangannya ini akan melepaskanya.

Sayang seribu sayang ternyata dugaannya salah, kakaknya itu justru membawanya masuk kedalam ruangan yang ia yakini pasti papanya ada didalam sana.

Apes banget, tuhan jika ini hari terakhirku kalau bisa ya pokoknya diundur dulu tuhan.

"Bawa kedalam!" titah Xavier. Gabrio yang kembali ditarik menuju dalam ruangan hanya bisa pasrah.

AVIOTHICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang