Happy Reading🍳
..
.
Dibawah pohon yang rindang terdapat Gabrio yang sedang mendongak keatas, bocah itu terus saja memberi semangat dan arahan kepada orang yang ada di atas pohon?
"Semangat om, pasti bisa." Serunya dengan penuh semangat yang membara.
"Geser ke kiri dikit."
"Nggak jangan yang itu, ganti om."
"Nah yang itu aja, jatuhin biar aku tangkap." Perintahnya kepada yang diatas sana.
Hap
Satu buah apel berwarna merah terlihat begitu menggiurkan, permukaan kulit buah yang mulus tanpa adanya cacat disana, memang pintar sekali ia dalam memilih kualitas buah.
"Apakah anda masih menginginkannya lagi tuan muda?" Tanya sosok laki-laki yang berada di atas pohon dengan sedikit berteriak.
"Udah, sekarang om turun aja." Ucap Gabrio lalu diangguki patuh oleh laki-laki itu.
"Ada yang anda inginkan lagi tuan?"
"Umm sudah cukup, dan sebagai imbalannya ini buat om." Ucapnya sembari menyodorkan dua buah apel berwarna merah.
"Eh tidak usah tuan, saya ikhlas membantu." Tolaknya halus.
"Jika tidak diambil aku akan marah." Ancamnya dengan bibir mengerucut dan alis yang saling bertaut. Bukannya menakutkan justru sangat menggemaskan
Kenapa ada orang segemoy ini, batin Lois.
"Baik tuan muda saya terima, terima kasih."
"Oke, sekarang om boleh pergi." Ucapnya kemudian meninggalkan Lois yang diam saja.
"Kenapa malah si gemoy yang pergi?" Monolognya.
Drrt..drrf
Getaran didalam celana membuat dirinya kembali terhenyak setelah mengamati bocah manis yng sudah hilang dari pandangannya. Dikeluarkannya benda kotak pipih berwarna hitam dari saku celananya dan segera menjawab panggilan dari seserang diseberang sana.
"Hallo tuan."
"........"
"Ba-baik tuan saya akan segera kesana." Ucapnya dengan terbata, degup jantungnya mulai tidak beraturan, suara dingin tuannya seolah menusuk pendengarannya.
Pip
♧♧♧
"Kakak." Ucapnya sedikit berteriak, lalu mendaratkan pantatnya di sebelah Xavier yang tengah duduk di sofa ruang tengah.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Wanna some bite?" Tanya anak itu sembil menyodorkan buah apel yang belum ia gigit sama sekali. Masih ori.
"Sure."
Krauk
Gabrio menatap tak percaya kepada kakaknya itu, ia benar-benar tidak menyangka jika kakaknya itu akan mengigit dengan ukuran yang cukup besar. Dan sekarang apel yang ada digenggamannya berlubang cukup besar.
Xavier tidak melihat jika dirinya saat ini tengah ditatap garang oleh bayi kelinci, ia masih fokus dengan ponsel miliknya, sampai akhirnya terdengar isakan kecil yang mengalihkan atensinya.
"Hiks.."
"Kenapa jadi bolong besar kaya gini?" Tanyanya dengan nada tidak terimannya.
"Hiks...ini baru belum dimakan." Ucapnya dengan memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Teen FictionMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...