Happy Reading🍟
..
.
.
<3
Typo tandai!
Sosok remaja mungil tengah terlelap di dalam dekapan seorang pria, selimut tebal berwarna putih tulang mampu menenggelamkan seluruh badan anak itu. Salahkan saja punya badan kek botol dot 100 ml.
"Umm papa~" Rancauan dari sang bungsu membuat Victor kembali mengeratkan pelukannya.
"Papa disini jangan khawatir." Ucap Victor.
Merasa tidak ada pergerakan segera ia amati Gabrio yang kini sejajar dengan dada bidangnya, dan ternyata anak itu sudah kembali tidur. Perlahan ia mencoba melepaskan pelukan sang anak takut jika Gabrio terbangun tiba-tiba.
"Papa tinggal sebentar." Ucapnya lalu membenarkan selimut dan memberikan guling disamping sisi kanan dan kiri anaknya.
CUP
Victor segera meninggalkan Gabrio yang tengah terlelap, kini ia harus bertemu dengan sang istri untuk membahas sedikit permasalahan yang hampir membuat nyawa anaknya melayang.
♧♧♧
Pinta besar nan kokoh itu terbuka, Victor masuk kedalam kamarnya dan mendapati sang Istri tengah duduk di kursi balkon kamar. Perlahan ia mendekat dan memeluk Kazuna dari belakang.
Greb
"OH ASTAGA- kau mengagetkanku sayang." Ucapnya menatap sang suami kesal.
"Kau terkejut hm?" Victor berbisik pada Kazuna yang hanya diangguki sekilas.
"Kau cantik dengan kalung yang kau pakai honey, apa itu baru?" Victor menyentuh kalung dengan liontin yang gemerlap di leher istrinya.
"Ya, aku baru saja membelinya, bagaimana kau suka?" Tanya Kazuna semangat.
"Hmm...sangat cantik jika kau pakai."
Victor melirik beberapa tas belanja bermerek yang berada didekat meja rias istrinya, apa ini hasil shopping istrinya hari ini?
"Kau juga membeli itu?" Tanya Victor menujuk barang-barang yang berada disamping Kazuna.
"Iya, tadi aku berbelanja baju dan perhiasan sayang, aku juga membelikan untukmu dan juga anak-anak." Ucap Kazuna.
"Apakah akan ada acara sampai kau membeli barang sebanyak ini?" Victor hanya ingin ke jujuran dari mulut istrinya mengenai pesta yang akan dia adakan. Apakah betul seperti yang di ucapkan anak buahnya tadi?
"Umm sayang~ sebenarnya aku akan mengadakan pesta untuk merayakan hari ulang tahunku bersama kolega bisnis dan teman-temanku." Kazuna menatap Victor yang juga menatapnya balik. Ia takut jika Victor marah karena ia tidak memberikan hal ini terlebih dahulu kepadanya.
"Hmm."
Setelahnha Victor meninggalkan Kazuna yang mendadak khawatir jika suaminya itu marah karena ia tidak memberi tahukan acara yang akan dibuatnya.
"Kau marah padaku?" Kazuna menghampiri Victor yang tengah berbaring di ranjang king size milik mereka berdua.
"Tidak, hanya saja itu diluar pengetahuanku." Victor menatap Kazuna yang berada disampingnya.
"Lebih tepatya sedikig kecewa." Lanjut Victor.
"Dan apa kau tahu?, Gabrio tenggelam tadi saat ia berenang dan sialnya tidak ada satupun pengawal yang berada disana." Ucapan Victor mampu membuat Kazuna bergeridik ngeri tak berani menatap suaminha yang kini tengah menatapnya balik dengan tatapan menusuk.
"Ap-apa maksudmu, Gabrio tenggelam?"
"Seperti yang ku katakan tadi." Ucap Victor enteng.
"Bagaimana keadaan anak itu sekarang?" Kazuna merebahkan dirinya disamping Victor.
"Lebih baik kau lihat sendiri dikamarnya, kau ibunya dan kau berhak atas dirinya, lihatlah." Ucap Victor.
Kazuna hanya diam setelah mendengar penuturan suaminya. Otaknya dipenuhi berbagai pertanyaan yang muncul saat ini, anaknya tenggelam apa itu salahnya?
"Aku akan melihat anak itu sebentar." Ucapnya kemudian segera menuju ke kamar bungsunya.
"Kau lebih naif dari apa yang kubayangkan. Egomu terlalu tinggi dalam mengakui kesalahan"
♧♧♧
TingKazuna telah sampai di lantai tiga, beberapa pengawal menyambutnya dengan sopan, sang nyonya besar berdiri didepan kamaar si bungsu, sejenak menghela napas dan dilanjutkan dengan membuka pintu didepannya.
Ceklek
Remaja yang tengah tertidur kini yang menjadi fokusnya saat ini, didekatinnya perlahan si anak. Lalu memposisikan diri duduk ditepi ranjang, hanya sekedar mengamati wajah imut dari sang anak.
"Jangan mati konyol Bri." Ucapnya sembari membenarkan poni sudah mulai memanjang.
"Kau tahu seberapa khawatirnya papa mu itu?, mungkin orang itu akan menebas seluruh pengawal jika sampai kau tak kembali." Bisik Kazuna.
CUP
Setelah memberi kecupan hangat Kazuna segera meninggalan kamar si bungsu dan kini beralih ke kamar si penengah.
Ceklek
Gelap. Hal pertama yang dirasakan, aura dingin dan gelap terlalu pekat menjadi satu, berbeda dengan kamar si bungsu yang memiliki aura cerah. Apa anaknya ini suka kegelapan,kenapa semua ornamen berwarna hitam yang lebih mendominasi?
"Xavier?" Panggilnya saat tidak mendapati sang anak di ranjang.
Suara gemercik air terdengar dari kamar mandi yang ia yakini jika sang anak berada didalam sana, ia memutuskan untuk menunggu dan duduk di sofa dekat ranjang. Tidak lama dari itu pintu kamar mandi terbuka menampilkan Xavier dengan lilitan handuk di pinggangnya.
"Ma?"
"Ya ini mama." Ucap Kazuna.
"Ada apa?" Tanya Xavier pada Kazuna. Jarang sekali mamah nya itu datang kekamarnya.
"Tidak ada hanya ingin bertemu dengan anak mamah yang paling ganteng."bKazuna berjalan mendekati Xavier dan langsung memeluknya hangat.
"Adiku juga ganteng." Bela Xavier tak terima jika hanya dia yang dikatakan ganteng saja.
"Dia juga ganteng tapi dia lebih menjuru ke imut, jadi kenapa anak mamah ini posessif sekali dengan adiknya hm?" Ucap Kazuna mencoba menggoda anaknya yang berwajah datar.
"Karena dia adik ku, miliku tidak boleh ada yang mengambilnya dariku." Ucap Xavier bersungguh-sungguh membut Kazuna terdiam, benar-benar posessif pikirnya.
"Ya dia adikmu, tidak akan ada yang mengambilnya darimu." Ucap Kazuna tersenyum simpul.
"Cepat pakai bajumu, nanti bisa masuk angin." Titah Kazuna pada sang anak.
"Mama leluar dulu." Ucap Kazuna undur diri.
"Hmm."
.
.
.
😚____/____/____/____🤢
Jan lupa vote sama komennya kawan🤸♀️
Habis ujian tiba-tiba penyakit mageranku makin merajalela. Dahlah sekarang jadi pengangguran dadakan juga.
Visual mamang Xavier apa mamang Gabrio dulu yang keluar nih?
🦄
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Подростковая литератураMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...