Part 27 : Tuan Valter

273 12 0
                                    

Happy Reading🦖
.




.



.



.



Gabrio segera turun dari mobil setelah sampai di luasnya pekarangan mansion. Anak itu terlihat gembira dan menggandeng lengan Xavier, lebih tepatnya menggelayuti sang kakak.

"Itu mobil siapa?" tanya Gabrio mengamati mobil-mobil mewah yang terparkir di pekarangan mansion.

"Mungkin Papah atau Daddy memiliki tamu." Xavier kembali berjalan diikuti sang adik.

"Kakak nggak marah kalau aku nggak pakai masker?" tanya Gabrio.

Xavier menatap paras imut sang adik, diamatinya dengan detail, ada perasaan tak rela jika orang lain dapat melihat sosok yang selama ini ditutupi, nasi sudah menjadi bubur. Ditutupi pun ia yakin media sudah mengunggah wajah adiknya.

Victor sudah berusaha keras untuk menghapus rupa sang adik dari media, namun tetap saja media tetaplah media apalagi adanya sokongan belakang dari pihak lain yang memang selama ini ingin menghancurkan keluarganya, semuanya sia-sia.

Sempurna, anjing liar di luaran sana pasti tidak akan tinggal diam setelah melihat unggahan awak media, ia bukan cenayang yang bisa mengetahui alur hidup kedepannya, namun sebisa mungkin akan menjadi tameng untuk adik kecilnya.

"Tetap bersama ku, kau akan aman."

"Dan jangan ulangi kebodohanmu itu lagi!" Sindir Xavier pada sang adik yang terlihat santai tanpa beban.

"Okelah, nggak diminta pun aku akan selalu ada disamping kakak." Anak itu tersenyum manis hingga kelopak matanya membentuk bulan sabit.

Kedua insan itu pun akhirnya kembali masuk kedalam mansion. Hingga terdengar suara letupan yang keras, membuat Gabrio menutup telinganya seketika.

"A-apa itu?" tanya Gabrio dengan gemetar. Ia benci suara ini, bagaikan kaset rusak yang diputar kembali, potongan-potongan memori yang samar kembali memenuhi ingatannya.

"Hei Gabrio!" Xavier seketika panik melihat kondisi adiknya yang menutupi kedua telinga sambil berkomat-kamit tak jelas.

♧♧♧

Jika seseorang kedatangan tamu, biasanya akan disambut dengan sopan, disajikan berbagai hidangan dan minuman sebagai bentuk kesopanan. Lain halnya dengan Victor, ia memiliki cara sendiri bagaimana cara untuk meratu rajakan seorang tamu khusus?

"Bukankah sudah kubilang, jika kau tak diundang kemari?" Victor menatap lurus pada pria yang duduk menyilangkan kaki di depannya.

Sebuah guci antik tepat di belakang pria itu telah hancur berkeping-keping akibat ulah Victor dengan pistolnya.

"Apa salahnya jika ingin berkunjung?" Pria itu nampak santai sambil tersenyum kearah Victor dan memandang sekilas Jerdan yang duduk di samping Victor berdiri.

"Ku dengar keponakan ku sedang menjadi bahan media untuk menghasilkan uang hm?" ucap Pria itu mulai berdiri mendekati Victor.

"Apa maumu?"

"Tidak. Sudah kubilang aku hanya berkunjung." Pria itu perlahan mengamati setiap detail mansion milik Victor. Tak banyak berubah rupanya.

Sedangkan Victor sudah geram dengan pria itu yang membahas tentang putra bungsunya. Sampai akhirnya usapan lembut di pundaknya mengalihkan perhatiannya kepada sosok istri yang sangat ia cintai.

"Ada apa?" tanya Kazuna menatap Victor. Sedangkan Victor hanya menggeleng dan tersenyum lembut, beda sekali dengan Victor beberapa menit yang lalu, kejam, tegas, dan dingin.

"Ah ada adik ipar rupanya?" Pria itu mendekati Kazuna dan mengulurkan tangan, dan selanjutnya dibalas dengan uluran tangan dari Kazuna. Pria itu tersenyum manis dan mengecup sekilas tangan putih mulus itu.

"Lama tak jumpa nyonya Ishikawa." Pria itu segera melepas acara jabat tangan mereka ketika Victor menatapnya dengan tajam.

"Baik, bagaimana denganmu tuan Valter?" Kazuna menatap sosok pria yang ia panggil dengan tuan Valter.

"Kabar baik, danke."

♧♧♧

Xavier masih berjongkok di hadapan adiknya, anak itu masih saja meracau tak jelas sembari menutupi telinga. Xavier yang tak tega lalu membawa sang adik kedalam pelukannya.

"Shutt diamlah, kakak disini." Xavier masih memeluk erat sang adik, perlahan-lahan adiknya sudah jauh lebih tenang dan tidak lagi menutupi kedua telinganya.

"Ada apa?, ingin bercerita?" Xavier mencoba bertanya mengenai kenapa adiknya yang tiba-tiba terlihat seperti orang kesetanan, sampai-sampai membuat pengawal berdatangan untuk membantu, namun itu semua ia tolak dengan dalih adiknya butuh ketenangan.

Sedangkan Gabrio masih bungkam enggan untuk bercerita terkait apa yang ia alami seperti barusan. Sebenarnya ini bukan kali pertamanya, naasnya kejadian ini menjadi yang pertama kali untuk kakaknya.

"Baiklah tidak usah bercerita jika belum siap,"  Xavier mencoba memahami keadaan sang adik, ia tak mau adiknya kembali terisak, ah lebih tepatnya membangkitkan sumber trauma adiknya mungkin?

"Ayo masuk," ajaknya lalu menggendong Gabrio ala koala.

.




.


Tipis-tipis dulu ya...pening kali aku mikir alurnya hehe...💜

AVIOTHICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang