Happy Reading🍦
..
.
Roti Awoka coklat enak oi😭
DOR
DOR
DOR
Dua timah panas tepat mengenai sasaran. Pemuda itu telah berhasil membidik dengan nilai yang sempurna. Ditatapnya pistol yang berhasil melubangi kepala dan dada orang yang sengaja diikat di sebuah tiang kayu berukuran besar yang berada ditengah-tengah tanah lapang.
"Good job." Seorang pria mengacungkan dua jempol karena berhasil membidik tepat sasaran.
Tanda kepuasan darinya. Mungkin?
"Kau berlatih dengan baik. Tak sia-sia selama ini aku melatihmu." Pria itu menepuk kedua pundak pemuda yang berada di depannya dengan tatapan kagum.
"Terima kasih." Ucap si pemuda namun enggan melihat ke arah pria yang ada didepannya itu.
"Istirahatlah. Latihan hari ini selesai." Ucap Pria itu lalu pergi setelahnya.
Sang pembidik hanya diam tanpa ekspresi. Terlalu sulit untuk dapat mengerti isi dari seorang sepertinya. Complicated.
Langkahnya ia bawa mendekat pada bocah yang umurnya mungkin belum sampai sepuluh tahun. Bocah itu terlihat sangat ketakutan saat pemuda yang berhasil melepaskan dua peluru saat latihan tadi, yang sayangnya kedua sasaran untuk latihan itu adalah kedua orang tuanya.
Bajunya yang kusut, rambut berantakan, serta air mata yang terus mengalir. Pemuda itu membenarkan tata letak poni bocah yang terlihat kacau.
"Don't cry." Ucap pemuda itu sembari menghapus lelehan air bening yang terus saja mengalir di kedua pipi gembil itu.
"Jahat hiks...i-bu, aku mau ibuku hiks..."
"A-ayah..."
Anak itu menangis sesenggukan. Ingatannya terus berputar saat bunyi letupan itu berhasil mengenai kepala ibunya dan Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Bagaimana darah memuncrat mengenai kayu penopang tubuh itu. Apakah kepala ibunya pecah?, ia tak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ia takut.
"Shutt diamlah, dia layak mendapatkannya." Pemuda itu membawa bocah yang terlihat kacau saat ini kedalam dekapannya. Ia berusaha menenangkan anak itu agar tidak terus menangis.
Anak itu masih terisak didalam dekapan pemuda yang menjadi penyebab kedua orang tuannya tewas. Sampai akhirnya anak itu terlelap atau mungkin pingsan?, entahlah pemuda itu tak peduli.
Ia akan membawa bocah ini ketempat yang lebih aman. Alur hidupnya terlalu berat untuk seorang bocah yang belum mengerti betapa kejamnya dunia ini.
..
.
.
Jari tangan yang mungil itu sangat terampil dalam menyusun balok-balok berwarna. Anak itu sangat antusias dengan mainan yang baru saja ia dapatkan dari Opanya.
"Kau senang dengan mainan barumu?" Tanya Xavier yang baru saja bergabung dengan keluarganya yang lain.
"Of course." Ucap Gabrio apa adanya. Ia tidak terlalu fokus kepada Xavier yang sedari tadi ia tanyakan kepada papanya mengenai kemana kakaknya itu pergi.
"Dia akan fokus kepada lego sialan itu. Jangan terlalu berharap." Sindir Reiner ketika melihat muka cucu tengahnya yang kusut. Sebegitu besarkah kendali Gabrio untuknya?
"Ini salah opa yang telah memberikan adiku lego itu." Xavier menatap Reiner yang notabenya adalah opanya sendiri. Salahkan saja tua bangka itu.
Anggota keluarga yang lain hanya tersenyum mengamati interaksi mereka. Terkecuali untuk sosok Kenzo yang asik duduk di sofa pojok sambil menatap ipad yang dibawanya.
Entah apa yang sedang dipikirkan orang itu. Terlihat jelas kerutan di dahinya seolah ada sesuatu penting yang dipikirkan.
"Apa kau mau secangkir kopi?" Tanya Kazuna kepada putra sulungnya yang terlihat asik dengan dunianya sendiri.
"Jika tidak keberatan." Ucap Kenzo menatap Kazuna sekilas.
Kazuna mengangguk dan segera membuat kopi untuk putranya yang terlihat sedikit kusut. Mungkin secangkir kopi bisa menyegarkan Kenzo kembali.
"Buatkan aku juga honey." Ucap Victor yang tak sengaja mendengar percakapan anak dan istrinya.
"Sure. Daddy ingin kopi juga?" Tanya Kazuna pada Reiner yang dijawab dengan anggukan sekilas.
"Aku juga mau kopi." Gabrio yang tak mau ketinggalan ikut serta menyertakan pesananya. Anak itu tersenyum menampilkan deretan gigi putih yang rapi.
"Tidak ada kopi untukmu. Anak kecil dilarang meminum kopi." Tolak Kazuna mentah-mentah yang membuat Gabrio memanyunkan bibirnya. Apa salahnya?, ia hanya ingin mencoba rasa dari kopi itu seperti apa.
Pluk
Mulut yang memanyun itu di pukul pelan oleh tangan Xavier. Hal itu membuat si empu tidak terima karena bibir sexy miliknya tercemar tangan kakaknya yang tadi ia lihat dengan mata kepalanya sendiri sehabis digunakan untuk mengupil.
"KAKAK JOROK!" Teriak si bingsu melengking. Anak itu mencoba membersihkan bibirnya menggunakan kaos yang dipakainya.
"Maaf tidak sengaja." Setelah mengatakan itu Xavier segera pergi meninggalkan ruang keluarga. Ia yakin pasti adiknya akan mengamuk sebentar lagi.
Lihat saja anak itu sudah memerah layaknya sebuah bom yang akan segera meledak.
Gabrio menatap melas kearah Victor seolah meminta pertolongan. Jangan lupakan tangannya yang masih membersihkan bibirnya menggunakan kaos.
"Jika terus saja diam itu tidak akan membuahkan hasil. Kejar dan balaslah. Papa tidak akan membantumu." Ucap Victor kepada bungsunya.
Ia mengisyaratkan sang anak untuk berusaha dengan kempuannya sendiri apabila menginginkan sesuatu.
Gabrio yang merasa ditolak ia segera berdiri dan pergi untuk mencari Kakaknya yang minus akhlak. Lihat saja ia akan membelas kelakuan kakaknya itu nanti.
"Anak itu bisa menjadi lebih dari yang dibayangkan." Ucap Reiner menggelengkan kepalanya yang tak pusing itu. Kelakuan cucunya itu terkadang diluar kepala.
🤸♀️____/____/____/____🤺
TBC
..
.
Lama banget nggak up hehe, maap kawan. Hari ini mungkin aku bakalan double up karena udah ku tinggal hampir sepuluh hari😭
Tunggu ya kelanjutannya🤗
💜
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Teen FictionMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...