Happy Reading🍡
..
.
.
Selepas memastikan putra bungsunya yang sudah tertidur. Malam ini ia akan pergi ke dunia bawah miliknya yamg sudah lama tak ia kunjungi, biasanyapun ia hanya akan menyuruh orang kepercayaannya untuk memantau segala aktifitas di bawah sana.
"Sudah siap?" Tanyanya kepada putra tengahnya. Ya, malam ini Xavier akan ikut terjun bersama papanya.
"Sure." Ucap Xavier dengan mantab.
Ayah dan anak itu lengkap menggunakan pakaian serba hitam. Seperti pinang dibelah dua, mereka benar-benar mirip.
"Apakah papa sudah memastikan jika adiku itu benar-benar terlelap?" Tanya Xavier kepada Victor yang terlihat sedang membanarkan kancing kemeja hitamnya.
"Sudah. Bahkan anak itu mendengkur dengan keras." Setelah itu Victor mulai keluar dari dalam mansion. Dan segera di ikuti oleh Xavier.
Di halamam mansion sudah berjajar rapi mobil yang akan mengawal mobil yang ditumpangi tuan besar mereka. Terhitung ada enam mobil jeep dan satu mobil yang akan ditumpangi oleh victor dan putranya.
"Kau ambil alih kemudi!" Perintah Victor kepada salah satu pengawal.
"Baik tuan." Pengawal itu menjawab dengan hormat. Kemudian segera masuk kedalam mobil. Tuannya ini bukanlah orang yang memiliki stok kesabaran yang tebaĺ. Ia masih sayang kepalanya.
Kedua manusia titisan iblis yang sayangnya tertutupi oleh cahaya malaikat tengah sibuk dengan aktifitasnya sendiri-sendiri. Xavier yang fokus dengan pistol baru pemberian kakaknya, sedangkan Victor fokus dengan ipad ditangannya.
Selama perjalanan hanya ada keheningan. Untuk bisa sampai ke markas membutuhkan waktu sekitar satu jam. Mengingat markas itu berada jauh dari pemukiman. Letak dari markas ada di tengah-tengah hutan yang lebat dimana berisi hewan buas yang siap mangsa siapapun yang berani menginjak tanah itu tanpa seijin si tuan besar.
"Berapa harga yang kau tawarkan untuk mendaptkannya?" Victor mengamati sang anak yang terlihat asik dengan mainan barunya.
"Tak banyak. Hanya dua kepala tikus pemakan uang miliknya, dan mungkin dua ginjal penghianat." Ucapnya dengan senyum manis yang biasa ia tunjukan kepada keluarganya. Masih sama tak ada yang berubah.
Iblis.
"Jangan terlalu lelah. Papa bisa memberikanmu jika kau mau." Tawar Victor namun ditolak oleh sang anak. Apa salahnya ia hanya menawari bukan?, jika menolakpun itu keputusan anaknya.
"Sayangnya aku tak minat. Pak tua sepertimu tak akan lepas dari sebuah imbalan. Apa bedanya dengan dia?" Jawabnya dengan malas. Awalnya saja seperti tak ada beban, pada akhirnyapun ia akan mendapatkan tagihan. Merepotkan.
"Hahaha..kau memang putraku, son." Victor tertawa mendapat jawaban pedas Xavier. Jika yang mengatainya itu putranya ia tak akan marah. Sebaliknya ia akan mencokel mata, merobek mulut, dan menguliti jika orang lain yang mengatainya.
Perbincangan cringe itu tak lepas dari sopir. Sebenarnya ia ingin tertawa ketika tuan besarnya dikatai oleh anaknya sendiri, namun apalah daya, ia tak mau mati sia-sia. Tapi setidaknya ia lega akhirnya dapat mendengar seorang ketua mafia berhasil dikatai oleh seorang bocah, yang sayangnya adalah anaknya sendiri.
"Tak ada yang melarangmu untuk tertawa." Ucapan sang tuan besar membuat tubuh si sopir membeku seketika. Apakah tuannya ini cenayang?
"Ti-tidak tuan, maafkan saya." Pengawal itu hanya bisa meremas stir mobil untuk menghilangkan rasa gugup.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Roman pour AdolescentsMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...