Happy Reading🍑
..
.
.
Gabrio masih saja mondar-mandir kembali memikirkan kejadian tadi, memang susah sekali jika memiliki jiwa yang tidak enakan pasti selalu overthinking dan berakhir dengan rasa bersalah pada diri sendiri.
Berbagai dugaan-dugaan negatif terus saja menghantui dirinya, bagaimana jika kakaknya marah, bagaimana jika kakaknya membencinya, bagaimana jika kakaknya semakin menjauhinya, begitulah beberapa pikiran negatif yang menaungin pikirannya saat ini.
"Aih gimana nih?"
"Minta maaf?, tapi kan nggak salah juga ngelerai orang berantem kan?" Gabrio terus saja mondar-mandir sambil memikirkan keputusan yang tepat untuk kelangsungan hidupnya.
"Tapi tadi mukulnya kenceng banget. Wajar dong kalo narik secara spontan?"
"Kak Lux gimana ya kira-kira keadaannya?" monolog anak itu sambil membayangkan wajah Luxio yang babak belur akibat ulah kakaknya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Brannen yang bersandar diambang pintu kamar mengawasi setiap pergerakan sang sepupu.
"Astaga kau megejutkanku! Bukanya tadi pintunya terkunci?"
"Faktanya tidak seperti yang kau bayangkan."
"Sudahlah, sudah waktunya makan malam. Mama mu memintaku untuk memanggilkan mu."
"Ada kak Kenzo dan temannya?" tanyanya dengan raut cemas.
"Tentu saja, dia juga manusia. Butuh makan." Brannen segera meninggalkan sepupunya yang masih diam saja. Ia yang sudah lapar masih saja disuruh memanggil sepupunya. Cacing perutnya sudah demo tahu!
..
.
.
"Malam semua," sapa Gabrio yang baru saja keluar dari lift mendapati beberapa anggota keluarganya sudah duduk rapi di kursinya masing-masing.
"Malam."
"Malam sayang."
Kazuna segera menyiapkan hidangan makan malam untuk anak bungsunya yang baru saja datang. Wanita cantik itu nampak lihai menyajikan lauk pauk kedalam piring.
"Terima kasih. Baru saja pulang, Ma?" Gabrio segera menerima piring berisikan makanan favoritnya.
"Iya, Papa mu banyak kerjan tadi," ucapan Kazuna mampu membuat Gabrio mengerutkan keningnya.
"Loh bukannya tadi Mama mau pemotretan, kok tau Papa banyak kerjaan?" Kazuna kelabakan sendiri mendengar pertayaan sang anak. Bodoh sekali! Kenapa harus keceplosan.
"Oh itu tadi Mama mampir ke kantor dulu setelah pemotretan, jadi kita pulangnya bareng deh." Kazuna berusaha menyembunyikan raut paniknya agar sang anak tak curiga.
"Terus Papa kemana?" Anak itu masih berceloteh menghiraukan tatapan orang di sekitarnya.
"Sedang bersih-bersih."
"Oiya tadi namanya siapa?" Carlote yang sedari tadi diam menyimak akhirnya memberanikan diri untuk bersuara menatap sesorang yang duduk disamping Kenzo.
"Alex nyonya."
"Sepertinya jika dibandingkan dengan Xavier umur kalian tidak terlau jauh." Carlote mengamati paras Alex yang cukup menawan.
"Hanya Alex saja? Tidak ada nama marga?"
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan padanya mampu membuatnya bungkam. Nama marga?, cih ia tak membutuhkannya lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Teen FictionMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...