Part 33: Menjemput si kecil

229 10 0
                                    

Happy Reading🦊
.

.

.

.

Ruang kerja yang tadinya baik-baik saja, sekarang berubah menjadi kotor. Tidak, ini bukan seperti yang kalian banyangkan jika ruangan itu kotor karena sampah. Tetapi kotar karena serpihan daging segar yang tercecer di lantai dan juga darah yang mengotori lantai dan sekitarnya.

"Tidak berguna!" Ditatapnya seonggok mayat yang tergeletak di lantai. Mayat itu bisa dikatakan tidak baik-baik saja, karena bagian kepala dari mayat itu sudah remuk karena ulah dari sang majikan.

"Buang jasadnya ke laut!" perintahnya pada sang anak buah yang sudah berada di dalam ruangan lima menit yang lalu.

"Baik tuan," kedua bawahan itu segera memasukan mayat mengenaskan tadi kedalam sebuah kantong jenazah berwarna hitam. Setelah membereskan beberapa kekacauan yang di lakukan sang tuan, bawahan itu segera pergi untuk menjalan tugasnya.

Kenzo memijat pelipisnya pelan, ya dalang di balik pembunuhan tadi adalah dirinya sendiri. Ia sangat benci dengan orang yang tidak bisa diandalkan.

Saat dirinya sedang menenangkan diri, terdengar ketukan pintu dari luar ruangan, dengan malas ia pun akhirnya mengizinkan orang itu masuk kedalam ruangannya.

"Aku membaw-" napasnya seakan tercekat saat melihat sosok di hadapannya terliat sangat berantakan.

"Apa aku melewatkan sesuatu yang menarik?" tanyanya.

"Ku harap kau membawakan ku sesuatu yang menarik. Jika kau tak mau bernasib sama sepertinya." Kenzo memandang sekilas sosok di depannya yang justru telihat senang bukannya merasa takut.

"Bersihkan dulu baju mu. Aku tak mau mengobrol dengan pria kotor," ucapnya dengan menekan pada bagian kata kotor di akhir.

"Aku juga tak sudi berbicara dengan seorang kacung," ucap Kenzo tak kalah sengit.

"Ughh ucapanmu sangat menohok sampai ginjal"

"Cepat katakan saja Axel!"

Sosok bernama Axel itu pun hanya bisa menghela napas ketika mendapat perlakuan menyebalkan dari seorang Kenzo yang notabenya tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik.

"Pria itu melakukan sabotase cctv di mansion, ku rasa kau juga harus mengecek seluruh kinerja ayah mu itu," ucap Axel.

"Aku tak sebodoh yang kau pikirkan. Bahkan dalam hitungan detik aku bisa menghancurkan repotasi keluargamu." Kenzo seraya mengejek kearah Axel, sunggah ia benci dengan tatapan konyol nan meremehkan dirinya.

"Hancurkan saja, toh keluarga itu tak lagi berharga untuk ku. Bahkan pria sialan itu menjual ku pada musuhnya sendiri. Dasar gila!" ucap Axel dengan keluh kesahnya.

Axel Cornel, seorang anak yang di jual sendiri oleh ayahnya untuk menambah setengah saham perusahaan. Dirinya di paksa untuk melihat kejam dan kerasannya dunia diusia yang sangat muda. Dipaksa untuk mengikuti segala kemauan sang tuan, sungguh membuatnya tertekan. Berulang kali ia memberontak, berulang kali ia kabur, namun ujung-ujungnya ia akan kembali ke tangan sang tuan.

Hingga suatu hari ia kembali dijual oleh tuan besarnya kepada salah satu pasutri yang sedang mencari anak untuk di adopsi. Bagaikan sebuah barang dirinya dilempar kesana kemari demi sebuah uang. Sungguh memuakan!

"Bagaimana dengan kuliah mu?"

"Hanya ada beberapa gangguan kecil, tenang saja," ucap Axel dengan senyum manisnya.

Saat asik bercerita tiba-tiba seseorang masuk kedalam ruangan itu dengan tergesa-gesa. Astaga bahkan ia lupa dengan tata kramanya. Dan ketika berhasil masuk ia langsung di suguhi dua orang yang menatapnya dengan tajam.

AVIOTHICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang