Happy Reading☃️
..
.
Typo berterbagan
.
.
Sejak pagi tadi Gabrio menggelayuti lengan kokoh milik Victor. Anak itu terus saja merengek untuk pergi ke mall. Lego pesawat terbang edisi terbaru yang hanya diproduksi tiga unit di dunia, tentu saja ia tak akan melewatinya kali ini.
"Jika papa tidak mau mengantarkanku, aku bisa pergi sendiri." Ia terus saja melakukan penawaran kepada Victor.
"Tidak." Tolak Victor. Lagi dan lagi.
Gabrio bagaikan kristal yang dijaga agar tidak rusak.Tidak mungkin ia membiarkan anak itu keluar dari mansion tanpa ada pengawalan. Sama saja memberi umpan empuk untuk kucing yang lapar diluaran sana.
"Ayolah pa, aku sudah besar. Untuk ke mall saja tidak mungkin tersesat." Anak itu berkacak pinggang disertai dengan raut garangnya. Tapi sayang justru kelakuannya itu membuat sang penguasa geram dengan keimutan anak kelinci di depannya ini.
"Baiklah." Final Victor dengan berat hati. Keputusannya itu membuat Gabrio senang. Ia akan bebas hari ini.
"Darimana?" Tanya Victor saat mendapati anak sulungnya baru saja datang.
"Membasmi beberapa tikus." Ucapnya dengan santai. Kenzo memilih duduk bersebrangan dengan Victor, jadi mereka saling berhadapan.
"Suruh bawahamu mengawal mobil Opa. Dia akan pulang hari ini." Ucap Victor.
"Cih, merepotkan."
Keduanya nampak santai setelahnya. Saling memandang satu sama lain, seakan mampu berkomunikasi lewat tatapan mata. Sejujurnya tidak ada yang pernah tahu dengan kepastian orang dalam berpikir. Tidak ada yang mau membuka suara setelahnya, hanya tatapan yang saling beradu. Sampai ketika suara riang memacah keheningan.
"Aku akan segera berangkat." Ucap anak itu yang masih belum memperhatikan suasana sekitar. Fokusnya tertuju pada lengan baju oversize yang sedikit ia gulung.
Hening. Tidak ada yang menyahut. Kedua orang dewasa itu sekarang terlihat seperti hewan buas yang tengah mengintai mangsanya. Bahkan kelinci manis yang berada di lingkup hewan buas itupun belum sadar.
"Apa baju ini cocok denganku?" Anak itu masih saja sibuk dengan bajunya. Karena merasa tidak ada yang menyahut ia melihat kearah depan. Tepat di depannya ada dua orang yang menatapnya.
Bomm
Ia mendadak kaku dan linglung. Apa ia salah kostum?, kenapa mereka berdua masih saja memandanginnya seolah ia adalah mangsa buruan.
"A-apa yang salah?" Gugupnya saat ditatap oleh mereka.
Victor yang akhirnya tersadar dari lamunannya mencoba menanggapi putra bungsunya yang sekarang terlihat menggemaskan.
"Tidak. Tidak ada yang salah." Ucapnya.
"Umm, aku akan pergi sekarang." Pamitnya lalu mulai meninggalkan kedua manusia seram itu, namun saat beberapa langkah, suara berat Victor menginstrupsinya untuk berhenti.
"Siapa yang mengizinkanmu?" Pertanyaan yang membuat Gabrio berpikir. Apakah papanya itu sudah pikun?, padahal belum lewat satu jam ketika papanya memberikan izin padanya.
"Hah?, bukankah papa sendiri tadi yang mengizinkan?" Selidiknya. Ia benar-benar tak terima jika acaranya hari ini gagal. Bahkan disaat ia sudah rapi dengan stylenya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIOTHIC
Fiksi RemajaMencari kebebasan yang tak pernah ia dapatkan, seorang remaja yang terjebak didalam sangkar emas buatan keluargannya sendiri. Bisakah mereka mengerti akan dirinya yang haus akan kebebasan?, cukup selama ini ia diam dengan segala aturan yang diberika...