Part °_(11)_°

561 26 0
                                    

Happy Reading😚
.


.


.

Typo tandai sajaa

















Acara semalam berjalan dengan lancar, tamu undangan ditarik mundur tepat pada pukul 00.00. Pagi ini Kazuna tengah berkutat dengan peralatan masaknya, ia sengaja memasak khusus untuk putra sulungnya.

Dengan di bantu koki, ia mulai memasukan bahan satu persatu. Tangan lentiknya sangat lihai saat memotong-motong sayuran. Rasanya akan kaku jika tangannya tidak lagi memegang pisau. Memang setiap harinya kokilah yang memasak, Victor melarangnya menyentuh peralatan masak, alasannya karena Victor takut istrinya terluka, karena sebelumnya jari lentik kesayangan Victor itu sempat teriris pisau, ia tidak mau lagi miliknya terluka.

"Nyonya apakah anda ingin menambahkan kubis?" Tanya sang koki.

"Tidak perlu, Putraku tidak menyukai kubis, oh dan jangan lupakan jamur yang telah kusiapkan di meja, dan ambilkan beberapa sayuran di kebun, beberapa orang mungkin sedang memetiknya." Ucapnya diangguki oleh koki.

Aroma masakan sang nyonya besar menguar di dapur begitu saja, menghirupnya saja sudah  membuat lapar. Tak sia-sia ia memasak masakan dengan penuh cinta kasih.

Tangan kekar dengan urat yang menonjol melingkar erat di pinggang rampingnya, aroma masakan yang begitu lezat kini tertutupi oleh aroma maskulin yang menusuk penciuman. Wangi ini adalah wangi favoritnya. Hembusan napas ia rasakan di perpotongan lehernya, ada sensasi geli namun sebisa mungkin ia tahan.

"Apa yang kau lakukan Victor?" Tanyanya hanya sekedar untuk basa-basi.

"Memelukmu." Ucap Victor seduktif. Ia masih setia menghirup parfum istrinya yang memabukan, sesekali ia juga mengecupi leher putih  sang istri.

"Hentikan aksimu!, jika nanti ada yang melihatnya aku bersumpah akan mencincang milikmu!" Gertak Kazuna namun dihiraukan oleh suami tercintanya.

"Benarkah?, jika kau mencincang miliku itu artinya kau tidak akan lagi merasakan kenikmatan yang luar biasa, hm?" Ucapan Victor sukses membuat pipinya merona.

"Kenapa?, apa aku salah?, dan ada apa dengan pipimu yang sudah persis seperti udang rebus?" Kazuna tak habis pikir kenapa Victor sangat suka membuatnya merona, sungguh ia tidak bisa dibuat seperti ini. Ribuan kupu-kupu menari bebas di dalam perutnya.

"Diamlah!" Ucapnya garang, namun sama sekali tidak terlihat garang di mata Victor, justru terlihat semakin seksi dan menggoda. Ia suka itu, ketika istrinya salah tingkah dibuatnya.

"Tunggulah di meja makan, sebentar lagi masakan akan matang." Ucap Kazuna. Victor tak menjawab namun malah membalikan tubuh istrinya menghadap dirinya.

Diamatinya Kulit putih bersih, bulu mata lentik, hidung mancung dan terakhir bibir mungil berwarna pink alami. Tangannya membelai dari ujung kepala lalu menyelipkan anak rambut kebelakang telinga sang istri.

Dibawanya tangan itu untuk mengusap pipi istrinya yang lembut dan berakhir di bibir berwarna pink alami. Ingat bibir ini hanya miliknya, hanya miliknya. Tidak ada yang boleh mengambilnya.

"Ini hanya miliku seorang." Ucapnya lirih sembari mengelus bibir sang istri.

"Ya ini hanya milikmu saja, dad." Jawab Kazuna tersenyum nakal.

Mata mereka saling beradu, manik hitam Victor bersitegang dengan manik terang berwarna hazel milik istrinya. Perlahan namum pasti sang dominan mulai mempautkan bibirnya ke bibir lawan mainnya, awalnya hanya sekedar ciuman ringan namun entah kenapa lama-kelamaan ciuman ringan itu berubah menjadi agresif. Kazuna hanya bisa pasrah ketika sang suami sudah seperti ini.

AVIOTHICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang