Di rumah sakit, dokter tengah menangani Zaky yang tertembak pada lengannya. Semua keluarga menunggu di depan ruang rawat Zaky. Gadis kecil di dalam gendongan ayahnya itu, menatap dengan mata berkaca-kaca pada ruangan rawat tersebut. Kejadian tadi masih teringat jelas pada pikiran gadis kecil berumur 10 tahun itu.
"Papa, bang Zaky bakal baik-baik aja kan?" tanya Aqilla pelan.
David mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Iya, sayang, bang Zaky pasti baik-baik aja. Qilla kan tau, bang Zaky itu kuat. Jadi, Qilla doain bang Zaky biar cepat sembuh ya."
Aqilla mengangguk, lalu gadis kecil itu mengeratkan pelukannya pada sang ayah.
"Aqilla, sini duduk sama umi." Aqilla menoleh dan menyuruh sang ayah untuk menurunkannya.
Umi Fatimah mengangkat sedikit Aqilla untuk duduk di pangkuannya. Beliau, lantas memeluk Aqilla dengan penuh kasih sayang. Umi Fatimah sangat menyayangi Aqilla sejak masih bayi dan bahkan almarhumah mendiang istri dari David menitipkan Aqilla untuk ia rawat dengan baik dan memberinya kasih sayang yang penuh pada gadis kecil ini.
Beberapa menit kemudian, seorang dokter laki-laki keluar dari ruang rawat Zaky. David lantas menghampiri dokter tersebut sembari bertanya.
"Bagaimana dengan putra saya, dok?"
"Putra anda sudah lebih baik. Pasien sempat mencegah pendarahan yang terus keluar, dan hal itu tidak menjadi hal buruk untuk keadaannya saat ini."
"Apa ada luka serius, dok?" tanya umi Fatimah yang masih khawatir.
"Tidak ada, kami sudah mengeluarkan peluru tersebut. Dan tembakan pada lengannya tidak terlalu dalam."
Umi Fatimah menghela napas lega dengan berucap syukur. Gadis kecil yang mendengarkan semua itu, lantas beranjak dari duduknya dan menghampiri dokter tersebut.
"Paman dokter, apa bang Zaky bakal sembuh dari itu?" tanya Aqilla pada dokter tersebut.
Dokter laki-laki itu, melihat ke arah Aqilla sembari tersenyum simpul.
"InsyaAllah, abang kamu pasti sembuh. Kamu perlu berdoa yang terbaik dan menghibur abang kamu nanti."
Senyum di bibir dari gadis kecil itu melengkung sempurna.
"Terima kasih ya paman dokter, udah mengobati luka dari abangnya Qilla."
"Iya, sama-sama, adek cantik." dokter itu merasa gemas dengan cara bicara dari Aqilla.
***
Di sebuah kamar hotel sudah tersedia untuk kebutuhan kedua pasangan halal itu. Umi Fatimah sudah menyiapkan baju ganti untuk mereka berdua. Suasana di dalam kamar sedikit canggung, Alifah bahkan sampai menahan napas melihat dekorasi kamar yang telah dihias seperti ini. Azzam membuka jas hitam yang sedari tadi melekat pada tubuhnya, lalu melihat ke arah sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Ilahi [END]
Espiritual(Follow sebelum membaca) "lantas, ketenangan seperti apa yang kau cari di dunia? jika orang yang sudah tiada saja masih ingin di do'akan agar bisa tenang." kata itulah yang menjadi hal yang selalu di ingat dalam hidup seorang gadis bernama Alifah Ka...