“Takdir Allah selalu baik kepada setiap hamba-Nya, meski harus melewati banyak ujian dan cobaan. Tetapi, percayalah ada hal baik dan terindah yang telah Allah persiapkan di hari nanti.”
-Takdir Sang Ilahi-
°°°
Hari sudah sore, jam menunjukkan pukul 17.05 wib. Keluar dari tempat coffee shop, dahi laki-laki yang akan menuju parkiran mobil, mengerut melihat orang yang sudah beberapa hari ini tidak menunjukkan batang hidungnya. Azzam yang tidak ingin membuang waktu, lantas kaki jenjangnya mengejar dengan langkah lebar ke arah orang tersebut.
"Gilang.." suara seseorang yang memanggil namanya, sontak membuat Gilang menoleh ke belakang.
Bola matanya membulat saat mendapati Azzam yang berlari ke arahnya. Belum akan menjauh, sosok lelaki berjas biru dongker itu sudah ada di hadapannya. Menelan salivanya dengan susah payah, Gilang menatap Azzam yang melihatnya penuh intimidasi.
"Mau ke mana, lo? Lo ada hutang penjelasan ke gue, Lang. Dan gue mau lo jujur yang sebenarnya." kata Azzam to the point.
Gilang menghela napas pelan. "Gak ada yang perlu gue jelasin ke lo, Zam." Gilang membuang wajahnya ke arah lain. Ia tidak ingin Azzam tahu yang sebenarnya.
"Nggak, lo harus jujur, Lang. Kita bicara ini di tempat lain. Jangan sampai gue udah turun tangan buat cari tau, gue gak akan bisa maafin lo." balas Azzam tidak main-main. Sebelum ia mencari tahu sendiri, Azzam ingin bertemu dengan Gilang secara langsung.
Gilang menghela napas pasrah. Ia tidak ingin menambah masalah lagi, dan membuat ikatan pertemanan yang sudah terjalin lama, terputus begitu aja hanya karena masalah ini.
Di dalam ruangan pribadi Azzam, kini dua lelaki itu duduk berhadapan dengan meja di tengah-tengah mereka. Hening menyelimuti ruangan tersebut, hingga beberapa menit kemudian Azzam mengeluarkan suara pertanyaan yang selama ini ia tahan.
"Ke mana aja lo selama ini? Gak pernah ngumpul bareng sama yang lain dan tiba-tiba gak ada komunikasi apapun sama gue dan semuanya."
"Hari ini, jangan anggap gue sebagai ketua. Tapi lihat gue sebagai teman lo sendiri. Gue butuh lo jujur dan cerita yang sebenarnya, Lang." kata Azzam supaya tidak ada kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka.
Gilang berada di ambang kebingungan. Ia sudah berjanji pada Zaky untuk tidak menceritakan apapun yang terjadi. Cukup Zaky yang tahu hal ini. Ia juga merasa bersalah karena mengkhianati kepercayaan pada pertemanan yang sudah mereka jalani selama bertahun-tahun.
Melihat kebungkaman Gilang, membuat Azzam menghela napas pelan.
"Sorry, Zam. Gue gak bisa cerita sekarang. Gue tau lo pasti kecewa sama gue, tapi apapun itu, gue punya alasan buat gak cerita sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Ilahi [END]
Espiritual(Follow sebelum membaca) "lantas, ketenangan seperti apa yang kau cari di dunia? jika orang yang sudah tiada saja masih ingin di do'akan agar bisa tenang." kata itulah yang menjadi hal yang selalu di ingat dalam hidup seorang gadis bernama Alifah Ka...