Di dalam sebuah ruangan dengan khas serba putih dan bau obat-obatan itu terdapat seorang perempuan dengan jas putih khas dokter bersama sepasang suami istri. Dokter perempuan beserta suster yang mendampinginya tersebut, sedang mengatur alat untuk digunakan pada pasien.
Perempuan yang berbaring di atas brankar dan di dampingi sosok laki-laki yang tak lain adalah suaminya, merasakan jantung yang berdetak lebih kencang. Bahkan genggaman tangan yang bertaut pada lelaki itu, juga terasa sedikit basah oleh keringat dingin.
Azzam mengusap kepala istrinya dengan lembut saat merasakan telapak tangan Alifah yang terasa basah dan mendingin. Azzam juga merasakan hal sama, saat pertama kali menginjakkan kaki di dalam ruangan ini. Jantungnya serasa berdetak kencang dan tidak sabar untuk segera melihat hasilnya.
Dokter perempuan yang berdiri di sebelah kiri brankar, mengulas senyum simpul di depan sepasang suami istri tersebut.
"Saya mulai ya, mbak Alifah," ucapnya dengan memegang sebuah alat di tangannya.
Alifah mengangguk kecil dan menarik napas dalam-dalam. Ia tidak sabar melihat sebuah gambar yang akan menunjukkan sesuatu di dalam perutnya. Azzam menarik kedua ujung bibirnya untuk menyakinkan sang istri serta menguatkan dirinya untuk melihat secara langsung.
Hingga alat transducer itu pun menyentuh permukaan kulit di perut Alifah. Detak jantung Alifah seolah akan berhenti saat monitor itu menyambung dan menampakkan sebuah biji kecil seperti kacang. Netra dari pasangan halal itu seketika berkaca-kaca.
Azzam seolah berhenti bernapas saat melihat layar monitor itu. Meski tidak terlalu tampak jelas, Azzam bisa melihat hal ada sebuah biji kecil di dalam sana. Dokter perempuan yang berumur sekitaran 30 ke atas itu, tersenyum simpul pada sepasang suami istri dan bergantian melihat pada monitor itu.
"Bisa mbak Alifah lihat, ini adalah pembentukan janin yang masih belum tampak jelas. Tapi, nanti akan tumbuh dan berkembang di dalam sini."
"Dan ini masih trimester pertama dan kehamilan mbak Alifah sudah memasuki usia hampir empat Minggu."
Dokter perempuan itu terus menjelaskan kehamilan saat memasuki usia empat Minggu, yang di mana lebih kecil dari kacang hijau dengan panjang kurang dari 1 mm. Bola sel berukuran kecil disebut blastokista. Yang mana, blastokista tersebut kemudian masuk dan menempel pada lapisan dalam rahim (endometrium).
Azzam dan Alifah mendengarkan seksama apa yang telah di jelaskan oleh dokter perempuan itu. Mata kedua insan itu tak berhenti alihkan pada monitor yang menunjukkan hasil di dalam sana. Terlihat tatapan bahagia, senang dan terharu tampak jelas di netra kedua pasangan halal itu. Ini kali pertama bagi mereka berdua dalam merasakan kebahagiaan yang tak terhingga ini.
Semua ini sudah atas takdir dan kekuasaan sang maha pencipta. Anugerah ini bukanlah suatu hal yang kecil, namun sesuatu yang besar dengan segala nikmat yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Ilahi [END]
Espiritual(Follow sebelum membaca) "lantas, ketenangan seperti apa yang kau cari di dunia? jika orang yang sudah tiada saja masih ingin di do'akan agar bisa tenang." kata itulah yang menjadi hal yang selalu di ingat dalam hidup seorang gadis bernama Alifah Ka...