“Kita tidak bisa mengendalikan takdir Allah. Dialah satu sang pengendalinya. Hal terbaik yang bisa kita lakukan mengendalikan hati kita sendiri, untuk menerima dan percaya bahwa apapun yang Allah takdirkan adalah yang terbaik untuk kita”
-Ustadzah Halimah Alaydrus-
°°°
Alifah terdiam bagai patung tak bergerak dari tempatnya. Hening. Hanya terdengar hujan yang sedikit reda serta semilir angin bersamaan dengan kilat petir di malam hari. Seperti mendapat sebuah kesadaran, Alifah mendongak ke atas sampai tetesan air hujan itu jatuh di pipinya. Sebuah kejadian di masa lalu terekam kembali, yang di mana Alifah kehilangan sosok ibu pada saat itu. Dadanya sesak, setiap mengingat kejadian di masa lalu.
Alifah menarik napas panjang. Hingga seperkian detik, langkahnya memundur dan melompat dari jembatan itu. Netra sendunya, menatap laki-laki yang berdiri jauh darinya. Sementara Azzam bernapas lega saat gadis itu sadar atas tindakannya. Netra keduanya bertemu, sampai Azzam membuang muka ke arah lain sembari beristighfar.
Tak ada suara apapun dari kedua insan berbeda jenis itu. Sampai beberapa menit, Alifah mulai membuka suaranya.
"Benar. Allah tidak suka dengan hamba-Nya yang melakukan bunuh diri. Lantas, saya harus apa?" Suara Alifah tercekat saat dadanya terasa sesak luar biasa. "Saya harus apa..?" lagi, Alifah merasa tidak sanggup hanya sekedar berucap yang sangat menyakitkan ini.
"Apa saya harus bertahan hidup di antara manusia jahat seperti mereka? Atau kah, saya harus bertahan hidup dengan segala trauma yang mendalam dan mental yang sudah mereka rusak dalam diri saya? Bertahan hidup seperti apa yang harus saya lakukan? Saya tidak sekuat itu.." tutur Alifah dengan setengah berteriak sampai tenaganya habis dan terduduk di aspal sembari terisak.
Azzam mengepalkan tangannya. Mendengar perkataan Alifah yang terdengar sangat frustasi dan netra sendu itu membuatnya ingin melindungi gadis itu dari banyaknya orang-orang yang telah menorehkan luka yang dalam padanya.
Azzam mencoba menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan perlahan. Tatapannya lurus ke depan, seolah menyiratkan jika ia juga tidak bisa melihat gadis itu terluka. Suara isakan masih terdengar bersamaan hujan yang perlahan mereda. Hingga beberapa menit, Azzam membuka suara.
"Saya tidak tahu apa yang selama ini kamu alami. Tetapi, saya hanya bisa memberi saran." Azzam terdiam sejenak. "Bertahanlah hidup untuk diri kamu sendiri. Dan jangan menyalahkan takdir Allah, Allah maha agung dari segala sesuatu di muka bumi ini. Setiap ujian di dunia ini, tidak lain atas kehendak sang maha kuasa."
"Bunuh diri adalah sesuatu yang tidak Allah sukai terhadap hamba-Nya. Jika dunia ini jahat berserta manusianya juga, ingatlah! Bahwa Allah maha baik. Dan hanya dengan mengingat kepada Allah maka hati kamu kan tenang." Azzam berkata sebaik mungkin di setiap perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Ilahi [END]
Spiritual(Follow sebelum membaca) "lantas, ketenangan seperti apa yang kau cari di dunia? jika orang yang sudah tiada saja masih ingin di do'akan agar bisa tenang." kata itulah yang menjadi hal yang selalu di ingat dalam hidup seorang gadis bernama Alifah Ka...