Seorang pria berjalan angkuh dengan menyusuri koridor perusahaan. Bunyi hentakan sepatu di lantai pada pria itu, cukup menimbulkan bunyi suara yang nyaring. Dua bodyguard yang menjaga di depan ruangan pribadi, lantas membuka pintunya untuk sang atasan
"Dia sudah menunggu, bos." kata bodyguard itu sedikit berbisik.
Pria berjas hitam itu tersenyum miring, dan masuk dalam ruangannya. Hingga kedua netranya menangkap sosok seorang wanita yang seperti tengah menunggu kedatangannya. Mendengar suara derap langkah pada sepatu, Sinta lantas menoleh ke belakang. Ruangan itu hening dalam sesaat, sampai akhirnya suara dari seorang Ardy Wiratama terdengar.
"Apa tujuan anda datang ke perusahaan saya?" Ardy bertanya dengan menyilangkan kedua kaki yang duduk kursi kebesaran di ruangannya.
Sinta tersenyum penuh arti ke arah Ardy.
"Saya ingin berbicara hal yang serius kepada anda, tuan Ardy Wiratama." balas Sinta dengan seulas senyum ramah.
Terdengar gelak tawa sinis dari Ardy.
"Jika kau datang ingin berbicara tentang perusahaan dari mantan suami anda, itu akan percuma saja. Karena perusahaan dari Herman Gunawan sudah menjadi hak milik saya secara utuh." tukas Ardy yang tidak akan pernah memberikan kembali perusahaan itu.
Sinta berdecih sinis dengan keserakahan dari Ardy Wiratama.
"Ternyata anda cukup serakah mengurus dua perusahaan sekaligus, tuan Ardy?" Sinta terkekeh pelan dengan tersenyum miring. "Saya datang kesini tidak membutuhkan perusahaan dari Herman Gunawan. Saya hanya ingin kita bisa bekerja sama sama untuk melakukan sesuatu."
Dahi Ardy sedikit berkerut dengan perkataan Sinta.
"Berkerja sama untuk apa?"
Sinta menyunggingkan senyum seringai karena memikirkan sebuah rencana yang sudah ia susun rapi dari sebelumnya. Hingga perkataan Sinta yang tertuju pada seorang gadis dan rencana yang sangat luar biasa itu, Ardy menarik kedua ujung bibirnya dengan senyum miring. Ia cukup kaget dengan rencana yang sangat di luar dugaannya selama ini.
"Bagaimana tuan Ardy, apa anda setuju dan membantu rencana yang saya katakan tadi?"
Ardy berdiri dari duduknya dengan netra yang melihat suasana malam hari dari jendela besar di ruangannya. Satu nama seorang gadis terlintas dalam pikiran Ardy saat ini yang tersenyum menyeringai. Sedangkan Sinta masih menunggu Jawaban dari Ardy, karena ia yakin pria itu pasti akan menyetujui dalam kerja sama ini.
Menit kemudian, Ardy memutarkan badannya dengan menghadap ke Sinta dan menatap ke arahnya. Melihat tatapan dari Ardy yang mengarah padanya, Sinta lantas berdiri dari duduknya. Dua insan itu saling berdiri berhadapan, hingga senyum smrik muncul di bibir Ardy dalam sekilas.
"Saya setuju dengan kerja sama ini," ucap Ardy yang membuat Sinta senang mendengarnya. "Dan saya harap kita saling membantu satu sama lain"
"Tentu saja, tuan Ardy. Saya senang jika anda setuju dengan kerja sama ini. Dan saya yakin dengan sekali tangkap, dua mangsa akan mati sekaligus." kata Sinta dengan sarkas penuh arti dari perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Ilahi [END]
Espiritual(Follow sebelum membaca) "lantas, ketenangan seperti apa yang kau cari di dunia? jika orang yang sudah tiada saja masih ingin di do'akan agar bisa tenang." kata itulah yang menjadi hal yang selalu di ingat dalam hidup seorang gadis bernama Alifah Ka...