(Follow sebelum membaca)
"lantas, ketenangan seperti apa yang kau cari di dunia? jika orang yang sudah tiada saja masih ingin di do'akan agar bisa tenang."
kata itulah yang menjadi hal yang selalu di ingat dalam hidup seorang gadis bernama Alifah Ka...
“Seorang anak adalah anugerah terindah dari sang maha pencipta. Dan Kehadirannya akan menjadi cinta abadi ibu dan ayah.”
-Takdir Sang Ilahi-
°°°
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa bulan kemudian.
Mendekati hari HPL yang semakin dekat dengan perut yang mulai membesar itu, seorang perempuan menatap dalam dan sendu pada kotak yang berukuran sedang yang berisi hasil testpack saat pertama kali mengetahui bahwa ia mengandung, hasil usg yang mulai menunjukkan perkembangan bayi di dalam sana dan topi rajut yang sudah jadi.
Meraih dua topi rajut yang sudah Alifah buat dengan mengusapnya penuh cinta. Kurang beberapa hari lagi, sosok malaikat kecil akan terlahir ke dunia dengan kebahagiaan pada semua orang. Mengelus perutnya yang membesar, Alifah benar-benar tidak menyangka hari itu akan menjadi hari yang nanti akan membahagiakan dan menjadi sosok ibu yang sempurna.
"Adek, kamu tau, perasaan bunda rasanya gak sabar lihat kamu akan terlahir di dunia ini. Kita berjuang bersama-sama ya, dek. Bunda dan ayah akan menjaga kamu dan menyayangi kamu. Adek adalah cinta bunda dan ayah yang akan terus abadi." tutur Alifah dengan netra yang berkaca-kaca saat merasakan sebuah tendangan dalam perutnya yang membesar.
Menghalau air mata yang akan jatuh, Alifah menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ini memang bukan pertama kali ia merasakan tendangan dalam bayinya di dalam sana yang selalu membuat terharu dan bahagia sekaligus.
Sesaat itu, Alifah kembali membereskan kotak itu dengan menutupnya juga, dan bersamaan dengan itu suara ketukan pintu dan suara khas lembut dari seorang wanita paruh baya terdengar di balik pintu yang terbuka sedikit.
"Alifah, kamu ada di dalam?" tanya umi Fatimah dengan tangan yang membuka perlahan pintu itu.
Alifah menoleh ke belakang dan berjalan ke arah pintu setelah tahu ada umi Fatimah.
"Ada apa, umi?" Alifah berbalik tanya kepada umi Fatimah.
"Ada Zahra di ruang tamu, nak."
Senyum Alifah tertarik ke atas mendengar nama sahabatnya.
"Dari tadi umi?"
Umi Fatimah membalas dengan gelengan kepala.
"Nggak, baru aja dia datang." kata umi Fatimah dengan menatap pada Alifah. "Kamu abis nangis, nak?"
Alifah menggeleng cepat. Ia tadi sempat berkaca-kaca saja.
"Nggak kok, umi. Tadi Alifah cuma terharu dikit lihat barang-barang di dalam kamar," jawab Alifah dengan jujur.
Umi Fatimah menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyuman hangat. Ia mengusap kepala Alifah dan berganti mengelus perut yang membesar itu.
"Kalau ada yang mengganggu pikiran kamu, cerita ke umi langsung ya, nak. Jangan di pendam sendiri! Umi sayang sama kamu." ujar umi Fatimah dengan lembut dan memeluk Alifah.