L.Y.B.M.H.A - Wanderer, Slight NSFW.

4.6K 266 110
                                    

—Let You Break My Heart Again
–Laufey, Philharmonia Orchestra

"I'm just tryna understand
What I am to you
More than songs, we've exchanged
Midnight calls
Sunset views"

-

[Name] menatap layar handphonenya, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, namun orang yang menjanjikannya tak kunjung datang.

Gadis itu mengaduk-aduk minuman yang ia pesan, bosan. Handphonenya tak ada notifikasi apapun dari kekasihnya itu, Wanderer.

"Dia selalu terlambat." [Name] berbisik pada dirinya sendiri, menghilangkan kebosanan dengan imajinasi-imajinasi kecil.

Entah sudah berapa lama ia duduk disini menunggu kekasihnya, bahkan baristanya saja kasihan dengan [Name]. Siapapun akan tau gadis itu tengah menunggu kekasihnya, dengan penampilannya yang memang ia siapkan untuk kencan bersama Wanderer.

Namun lelaki itu tak menunjukkan batang hidungnya sama sekali.

Manik [E/C] itu menatap pada jam yang berada di café tersebut, sudah pukul 9. Akhirnya [Name] menyerah, ia memilih untuk berdiri dan pulang. Ia memberi selembar uang kertas berwarna merah dibawah cangkir minumannya yang sudah kosong, setidaknya ia berterimakasih pada pegawai disana yang memberinya bonus kue tadi.

Kaki yang dialasi dengan heels itu berjalan, memberi suara bersentuhan pada tanah, suara favorit [Name]. Motor Ninja miliknya ia nyalakan, tubuhnya membungkuk. [Name] mengenakan helm kok. Tapi rasanya tak cocok ya, penampilan manis ala Vintage kencan malah menggunakan motor ninja? haha.

Ini juga bagian favoritnya, mengebut dijalanan sepi dengan air mata yang mengalir. Setiap kencan selalu begini, entah Wanderer sudah bosan dengannya atau tidak.

Motornya ia hentikan kala menatap taman awal pertama kali mereka bertemu, manik berwarna [E/C] itu menatap tak percaya. Ia mematikan motornya, turun dari motornya dan berjalan pelan.

Tubuhnya gemetar hebat, itu Wanderer.

Iya.

Wanderer.

Dengan sahabatnya, Lumine.

Tengah berciuman di kursi taman, nampak panas. Saling melumat satu sama lain.

[Name] memasang senyum sinis, maniknya masih terbuka lebar. Ah, dia marah.

"Woi!" Ia berteriak, dengan helm yang masih ia kenakan.

Ia berlari kearah mereka dengan sepatu heels yang masih ia kenakan, tangannya membuka helmnya dan melempar kearah Lumine.

PRAK

Tentu, langsung kena.

Mampus lo anjg.

Wanderer menatap kekasihnya terkejut, ia nampak marah juga. Namun, ekspresinya kalah dengan ekspresi [Name] yang siap membunuh mereka berdua.

"Apa-apaan, [Name]?!" Wanderer berteriak, memeluk Lumine dan mengelus kepalanya yang terluka. Lumine meringis, air matanya jatuh, ah.. sok kesakitan.

"Lumine? kamu gapapa?" Tanya Wanderer, ia seolah melupakan janji mereka berdua.

[Name] tertawa pelan, ia berjalan kearah Wanderer kemudian menarik kerahnya. Ia mencium lelaki itu secara paksa, melumatnya, dihadapan Lumine.

"Mpha.. begini cara melakukannya, Lumine." Gadis itu melepas ciumannya, melirik kearah Lumine yang syok. Wanderer terdiam, wajahnya memerah, entah marah atau malu.

Atau memerah yang lain?

Manik berwarna [E/C] itu menatap lelaki dihadapannya hina, merendahkan Wanderer hingga ke inti bumi. Tangannya bergerak, menunjukkan benda kontroler dihadapan Wanderer.

Ibu jarinya bergerak, menyalakan kontroler itu hingga ke level 10. Wanderer mengerjap, tubuhnya gemetar hebat, ia bahkan sampai terbaring.

"[N-Name] ah! P-please.. mat-matiin.. mh.. lagi dilu.. haa.." Wanderer tergagap, ia meremas gaun yang dikenakan oleh [Name].

Gadis itu menyamakan tingginya dengan Wanderer, menatapnya datar.

"Lalu?"

Lelaki itu terkejut menatap gadis yang berada dihadapannya, tatapannya berbeda.

"Ah?!"

Tingkat Kontrolernya dinaikkan jadi lvl 20!

Lumine ternganga, ia terkejut menatap adegan dihadapannya. [Name] seolah-olah mengontrol Wanderer, bahkan lelaki yang tadinya hendak melawan menjadi tak berkutik.

[Name] meletakkan kontrolernya disaku jaketnya, ia menatap Lumine yang nampak terkejut.

"Hei.. apa lubangmu itu tak cukup untuk satu orang?" Gadis itu berucap lirih, memojokkannya di kursi taman.

Gerakan tiba-tiba dari [Name] membuat keduanya terkejut, terutama Lumine.

Ciuman mendarat ke bibir Lumine, bahkan [Name] melumatnya pelan. Tangannya bergerak menyentuh paha Lumine, manik berwarna [E/C] itu terbuka, menatap wajah gadis berambut pirang yang nampak menahan desahannya.

Lick

"Ah?!" Lumine mengerjap kala [Name] menjilat lehernya, bahkan memberi tanda kemerahan disana.

Wanderer menatap dua gadis yang berada di hadapannya, ia tak karuan, tubuhnya terasa aneh, benda yang diletakkan [Name] di ‘tip’ miliknya itu Vibrator.

Ia lupa, kekasihnya ini Psikopat BDSM.

Sebenarnya, ia hendak menyuruh Lumine untuk menjauhinya, namun justru Lumine menciumnya tadi di taman.

"Ah- [N-Name]!?" Lumine melenguh kala tangan [Name] berjalan kearah bawah Lumine, wajah gadis itu nampak bahagia kala melihat wajah Lumine yang kacau.

Penglihatan Wanderer memburam, kemudian menggelap. Ia pingsan.

Ah, sayang sekali~

-

Wanderer menatap langit-langit dihadapannya, ia masih mengenakan pakaian, kanan kirinya kosong, hanya bantal dan selimut saja.

Kakinya berjalan kearah pintu kemudian membuka pintu berwarna coklat kayu tersebut, pemandangan yang ia lihat ialah Lumine yang tengah berpelukan dengan [Name].

Masalahnya, mereka berdua sama-sama bugil.

Buku yang dibaca [Name] ia tutup, kacamata yang ia kenakan ia lepas.

"Sudah bangun?" Tanya [Name], ia mengelus surai pirang milik gadis yang sibuk bermanja dengannya.

Wanderer mengangguk patuh, ia tak pernah berani menatap manik berwarna [E/C] itu.

Maniknya yang berwarna ungu menatap foto-foto yang berada di dinding kanannya, foto porno dari peliharaan [Name].

Pria dan wanita.

Bahkan dirinya ada disana.

"Ya.."

"Apa kau mengerti, kesalahanmu? Nomor 12?"

"Yes.. ma'am"

Yang gila disini, sebenarnya [Name].

-

✎: ̗̀➛ᴳᵉⁿˢʰⁱⁿ ⁱᵐᵖᵃᶜᵗ ;ᴼⁿᵉˢʰᵒᵗ! ˣ ʳᵉᵃᵈᵉʳTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang