Chapter 12

3.2K 412 38
                                    

Sonder
Chapter 12
By saytheutic

.
.
.

Zello tidak tahu sudah berapa lama ia menghindari Rean. Sesuai dengan keinginan sang kakak, mau tidak mau harus Zello lakukan. Hal tersebut dilakukan agar Rean setidaknya sedikit luluh.

Berhari-hari Zello berdiri di depan kamar Rean. Ingin mengetuk, bertanya kabar, tetapi takut membuat Rean makin membencinya. Terkadang ingin memasak untuk sang kakak, namun teringat perkataan terakhir Rean.

"Jangan repot-repot, ya ... Zel." Zello mendesah pelan, menatap ruang makan yang terasa selalu kosong. Jika bukan karena dirinya atau Rean, ruangan ini tidak akan pernah digunakan. Kedua orang tuanya selalu sibuk, meski kadang sempat sarapan atau makan malam bersama.

Zello merapikan tas beserta jaket yang dikenakannya. Dengan langkah lunglai, ia berjalan meninggalkan area ruang makan. Sudah pukul tujuh malam dan Zello harus segera berangkat ke rumah sakit. Ia tidak boleh telat. Jangan sampai menambah omongan orang-orang.

Udah, mah, baru berapa hari kerja udah izin, kerjaannya telat pula.

Zello bergidik. Ngeri sendiri jika dirinya kembali perbincangan hangat, setelah sempat mereda. Oleh karena itu, Zello mempercepat langkahnya. Menyusuri area rumahnya yang sunyi. Sejenak, mengingat tragedi yang terjadi ketika dirinya berangkat bekerja di hari pertama.

Senyum Zello tanpa sadar merekah. Anak tersebut berhasil selamat, setelah berhari-hari berada di Pediatric Intensive Care Unit. Secara kebetulan pula, Zello menjadi penanggung jawabnya ketika di ruangan. Bertemu ibunya yang sempat panik sendiri karena Zello tampak tidak mampu berbuat apa-apa, tetapi sekarang berbanding terbalik; penuh senyum dan ucapan terima kasih.

Hal tersebut ternyata mampu membuat semangat Zello meningkat. Hanya sekadar ucapan tulus dan senyum, membuat Zello ingin terus mendengarnya. Membuatnya merasa berguna untuk individu lainnya.

Sekaligus membuat Zello berpikir bahwa ia tidak boleh mati lebih cepat, hanya demi mendengar ucapan tersebut. Setidaknya, meski Rean tidak akan pernah menganggapnya, masih ada orang lain yang membantunya untuk terus semangat. Membantunya untuk berpikir kalau Zello tidak akan kalah.

•••

Ulang tahun Rumah Sakit Amartya sebentar lagi akan tiba. Setiap ruangan akan dihias, kemudian hasilnya akan dijadikan ajang perlombaan. Ruangan dengan hiasan paling menarik akan menjadi pemenang dan mendapatkan hadiah kecil, yang tentu saja menambah antusiasme.

Departemen anak selalu menjadi juara sejak tahun-tahun sebelumnya. Selain karena ruangannya yang sudah menarik, tim yang bekerja di sana juga berusaha agar hiasan itu menjadi salah satu cara untuk menangkan pasien. Dengan balon warna-warni di nurse station, ucapan selamat ulang tahun, serta tidak lupa, hiasan dinding dengan karakter kartun yang baru.

Tahun ini menjadi tahun pertama Zello ikut membantu. Sebelumnya, ia hanya berkeliling, menikmati suasana rumah sakit yang terasa lebih ceria. Kesannya memang tetap ada, apalagi dengan aroma disinfektan yang masih tercium dengan kuat. Tetapi, suasana itu juga turut meningkatkan semangat pasien.

"Zel, nanti balonnya ditempel di ujung sana, ya," titah Kia. Ia memberikan beberapa balon yang sudah dirangkai kepada Zello.

"Siap, Kak." Zello tersenyum lebar, menerima balon tersebut dengan senang hati. Dibanding yang lain, mungkin Zello menjadi orang yang paling semangat.

Tentu saja, tidak semuanya ikut menghias. Mereka bekerja bergantian, dengan tetap mengedepankan pelayanan kepada pasien. Beberapa yang memang sudah menyelesaikan pekerjaannya, kemudian ikut membantu.

SonderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang