Sesuai rencana, sepulang sekolah Jesslyn, Lia, Fani dan Sindi pergi ke mall. Mereka berangkat menggunakan mobil yang Fani pinjam kepada Damar.
Fani hanya nurut saja saat mereka menunjuknya untuk nyetir. Lagipun, hanya dirinya dan Jesslyn-lah yang bisa mengendarai mobil.
Jesslyn yang kebetulan duduk di samping Fani menepuk bahu perempuan itu pelan. "Fan," panggilnya yang mendapat deheman dari sang empu.
"Hm?"
"Lo udah di kasih tau sama Damar?" Lanjut Jesslyn bertanya.
Fani menoleh sekilas dan kembali menatap jalanan. "Kasih tau apa?"
Jesslyn menghela napas pelan. "Kakaknya Damar kan besok tunangan. Lo gak dikasih tau Damar? Lo gak diajak dia buat ikut dateng?" Perempuan itu balik bertanya.
Fani terdiam sampai akhirnya ia berucap. "Ah iya, gue lupa Jess. Kemaren Damar udah ngasih tau gue kok, buat ikut dateng ke sana," jawab Fani membuat Jesslyn tersenyum.
"Bagus, lo udah beli kado?"
"Belum," balasnya dengan gelengan pelan.
"Kalau gitu, kita beli kadonya sekalian sekarang," Fani hanya mengangguk sekilas menjawabnya. "Kalau baju satu keluarga bakal samaan. Termasuk lo juga. Gue udah pilihin modelnya, pasti lo suka."
Fani tersenyum. "Gasabar deh gue nikah sama Damar."
"Ekhem. Ngobrol gak ngajak-ngajak," sahut Lia dari belakang.
Jesslyn menoleh ke belakang, kemudian tersenyum. "Eh iya, kalian berdua juga diundang kok," perempuan itu menyerahkan dua undangan yang ada di dalam tas sekolahnya. "Jangan lupa ajak pasangannya," lajut Jesslyn seraya menaik turunkan alisnya.
Lia menerima undangan itu, setelahnya meneliti cover undangan tersebut dengan mata menyipit. "Undangan apa nih. Jangan bilang lo mau nikah lagi, Jess," tunjuknya.
"Ndasmu! Itu undangan tunangan kakak Damar," jawab Jesslyn menoyor pelan kening Lia.
"Oke, gue pasti dateng. Tapi gue sendiri. Males banget harus ngajak buaya darat macam Satya," sahut Sindi memasukan undangannya ke dalam tas sekolah.
Lia menepuk paha Sindi keras. "Gaboleh gitu! Kalian berdua itu kan udah dijodohin. Jadi kalian harus akur, belajar menerima satu sama lain. Maybe, Satya udah nerima lo, tapi lo kapan?"
Jesslyn menatap Sindi terkejut. Kemudian menunjuk perempuan itu menggunakan jari telunjuknya. "Lo dijodohin? Belarti..., Lia, gue sama lo senasib?"
Lia mengangguk. "Begitulah...," balas Lia tersenyum manis.
Sindi mendengus. "Kalian 'mah enak dijodohin sama orang yang kalian suka. Lah gue? Boro-boro suka mukanya, liat dia napas aja gue udah gak suka!" Ujar Sindi memutar bola matanya malas.
"Haha..., emang paling bener gue yang beruntung di antara kalian," sahut Fani melirik mereka sekilas.
"Cih, bukan lo doang kali. Gue juga beruntung bisa nikah sama cowok yang udah gue suka selama tiga tahun," Jesslyn menatap Lia sekilas. "Lia juga. Dia beruntung karena dijodohin sama cowok yang dia suka," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA | Bad Husband [PROSES REVISI]
Teen Fiction⚠FOLLOW SEBELUM BACA⚠ ⚠ PLAGIAT? HARAP MENJAUH!⚠ ⚠HARAP DIMAKLUMI. TYPO BERTEBARAN!⚠ || MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI! JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, JUDUL, DLL. ITU TIDAK DISENGAJA! || ••••• "Baby-nya jadi, Sa." "Maksudnya?" "Aku hamil." ••••• Tenta...