Jam menunjukan pukul 09.50, Jesslyn dan Angkasa sudah siap untuk pergi ke acara pertunangan kakaknya Damar. Sebenarnya acara tersebut dimulai pukul 10.00, namun Angkasa dan Jesslyn memutuskan untuk pergi sekarang.
Angkasa menggunakan kemeja biru navy dengan celana panjang berwarna cream. Sementara Jesslyn, perempuan itu menggunakan dress yang senada dengan pakaian Angkasa.
Keduanya telah sampai di kediaman orang tua Damar. Walaupun masih jam 9, tetapi di sini sudah lumayan ramai akan tamu undangan. Termasuk para inti Antarax dan juga pasangannya.
Angkasa dan Jesslyn menghampiri meja yang sudah di isi oleh inti Antarax. Tentu juga ada teman-teman Jesslyn di sana, kecuali Bian.
"Bian kemana?" Tanya Jesslyn kepada Lia.
"Dia nganter neneknya ke rumah sakit," jawab Lia.
Jesslyn mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Perempuan itu duduk di sisi Angkasa, dengan tangan cowok itu yang melingkar di bahu.
"Kalian udah mutusin mau kuliah dimana?" Angkasa mulai bertanya, berusaha membuat topik agar tidak bosan.
Satya menghela napas pelan. "Gue sih disuruh kuliah ke luar negri sama bonyok," ujar Satya, dari suaranya saja terdengar sangat berat.
Sindi menoleh menatap Satya sinis. "Kuliah ke luar? Gila lo!"
"Gila? Kenapa gila?"
"Lo mau ninggalin gue sendiri gitu di indo?" Tanyanya memutar bola mata malas.
Satya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gue lupa kalau kuliah nanti udah punya bini," ujarnya setelah itu memeluk Sindi dari samping.
Sindi mendengus kasar. Tangannya mebusaha menjauhkan tangan Satya yang melingkar di pinggang. "Minggir lo! Gue alergi cowok buaya. Udah jelek, kayak babi, ngeselin, gunta ganti cewek. Gue benci sama lo!"
"Lup yu too, sayang."
"Najis!"
Mereka hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah pasangan yang satu ini. Yang satu gak pedulian, yang satu alaynya naudzubillah.
Angkasa kembali menatap mereka. "Kalian?" Tanyanya kepada Gibran, Leo dan Damar.
"Gue pengen kuliah bareng kalian. Gue juga gak mau jauh dari ortu sama Alma," ucap Gibran.
Satya memukul bagian belakang kepala Gibran. "Udah bulol sekarang."
"Gaje lo, Sat!"
"Gue setuju sama Gibran. Gue pengen kita kuliah bareng-bareng," sahut Damar yang menyetujui perkataan Gibran.
Angkasa beralih menatap Leo. "Kalau lo, Yo?"
"Ngikut," balas Leo dengan wajah lempeng tanpa ekspresi.
Lia menabok paha Leo keras. Hal itu membuat sang empu meringis dan menatap Lia bingung.
"Jawab itu jangan singkat, padat, gajelas. Yang denger tuh ngenes tau, gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA | Bad Husband [PROSES REVISI]
Teen Fiction⚠FOLLOW SEBELUM BACA⚠ ⚠ PLAGIAT? HARAP MENJAUH!⚠ ⚠HARAP DIMAKLUMI. TYPO BERTEBARAN!⚠ || MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI! JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, JUDUL, DLL. ITU TIDAK DISENGAJA! || ••••• "Baby-nya jadi, Sa." "Maksudnya?" "Aku hamil." ••••• Tenta...