15. Siapa?

5.3K 225 1
                                    

Typo tandain:v

Vote comentnya jangan lupa:)

Vote comentnya jangan lupa:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Muka lo merah, gemes. Pengen gue makan," jelasnya pelan.

Jesslyn semakin dibuat baper. Ia mendongak menatap sekitar. Sontak matanya membulat kala banyak yang menyaksikan tingkah Angkasa kepadanya.

Tidak ingin lebih malu Jesslyn bangkit dan berlalu dari sana dengan kepala menunduk. Teriakan Angkasa ia abaikan karena malu. Untung saja bel masuk telah berbunyi jadi di lorong kelas mulai sepi.

Angkasa yang melihat kepergian Jesslyn geleng-geleng kepala. Setelahnya mengajak mereka untuk melancarkan aksi pembolosan.

Saat ketiganya ingin menaiki tangga menuju rofroff, Bu Seti berteriak membuat mereka refleks berhenti.

"ANGKASA, DAMAR, GIBRAN, SATYA! MAU KEMAN KALIAN!?" Teriaknya menggunakan suara penuh.

Setelah sampai dihadapan anak didiknya, Bu Seti berkacak pinggang, matanya menatap mereka tajam.

Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Gibran membuka suara. "Mau ke kelas, yakali bolos," jawap cowok itu bangga.

Damar menjentika jarinya, pertanda setuju dengan apa yang Gibran katakan. "Iya, Bu. Kita mau masuk kelas."

Bu Seti menurunkan kaca matanya. "Kelas kalian ke sana, bukan sini! Cepat masuk kelas, jika saya lihat kalian membolos lagi ... siap-siap ganti nama sekolah!" Sinisnya tajam.

"Loh. Bagus dong Bu. Saya juga bosen nama sekolah ini 'TRISAKTI'. Ganti kek jadi 'TRISATYA' kan bagus tuh," ujar Satya dengan bangga.

Bu Seti menepuk jidatnya, pening menghadapi kelakuan mereka yang tak lupt dari masalah. "Gak gitu konsepnya, Satya!" Tekan Bu Seti penuh penekanan.

"Terus gimana, Bu?" Satya bertanya.

"Lupakan. Cepat kalian masuk sebelum rambut kalian botak seperti Udin-Adin."

Angkasa, Damar serta Gibran berjalan menuju kelas. Terkecuali Satya yang masih terdiam dengan kebingungannya. "Bu, sejak kapan nama Upin-Ipin diganti jadi seperti itu?" tanyanya.

Bu Seti menghela napas kasar. Sabar, menghadapi murid dakjal seperti Satya perlu membutuhkan kekuatan, tenaga, serta kesabaran penuh.

"Semenjak bapakmu mengganti gambar kolor."

"Wahh, bener banget kok ta--"

"--sialan!"

🍁

"Rencana lo kali ini, apa?" tanya seorang lelaki berbaju serba hitam. Matanya menggunakan kaca mata hitam, topi hitam dan jaket kulit hitam.

Perempuan itu tersenyum miring. Memikirkan rencana apa yang akan dirinya perbuat untuk orang yang ia benci dan pastinya tidak ia suka. "Yang pasti gue akan buat Jesslyn menjauh dari Angkasa. Udah cukup gue pantau mereka dari jauh, sekarang tinggal liat hasilnya," jawabnya. Mata sinis yang terlihat memancarkan kebencian.

ANGKASA | Bad Husband [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang